“Kamu nanti jagain Aisyah ya, Nak Zahra! Ia telah mengandung, akan memberi keturunan untuk Zulkifli, jadi kamu yang berkewajiban menjaga Aisyah dan janinnya,”Kami mengarahkan pandangan ke sumber suara.“Baik, Bu,” ucap Mbah Zahra.Aku merasa iba kepada wanita itu, sepertinya Mbak Zahra begitu tersudutkan oleh ucapan ibu tadi. Bahkan ia lebih memilih diam dari pada menanggapi ucapannya. Mbak Zahra yang menyiapkan baju ganti ku, bahkan ia juga yang membantuku ke kamar mandi saat perutku kembali mual. “Kamu jangan kecapekan, Dek! Takutnya nanti kamu sakit, apalagi habis dari perjalanan jauh.” “Gak capek kok, Mas. Ini tanggung jawab aku.”Entah kenapa aku semakin tersiksa dengan sikap mereka, apakah Mbak Zahra hanya berpura-pura baik kepadaku? Setelah anakku hadir, mereka akan membuang ku begitu saja?HoekAku kembalikan memuntahkan isi perutku, rasanya perih. Sedikit makanan yang masuk namun begitu banyak yang keluar. Kali ini aku sengaja memuntahkannya di lantai kayu kamar ini, aku
Baca selengkapnya