Aku tak berani memandang, hanya menunduk. Sepertinya ibu sudah tahu siapa aku sebenarnya, hanya belum berani untuk mengungkap. Karena itulah, perlakuannya kepadaku benar-benar berbeda.“Assalamualaikum,” terdengar salam dari balik pintu. Mbak Zahra segera membuka pintu utama itu. Sedangkan aku mengekori ya sambil menggendong Zafran.“Waalaikumsalam, Bude, Pak De kapan datang?” Terlihat Mbak Zahra mencium punggung tangan mereka. Aku menatap sepasang kekasih itu, mereka berpakaian begitu islami, hampir sama seperti Mbak Zahra dan Mas Zul. Hanya saja mereka terlihat lebih mapan dalam umurnya, bahkan sangat berwibawa. “Siapa, Nak?” teriak ibu dari ruang keluarga. Ruang yang hanya di sekat dengan bupet itu membuat semua obrolan nyaris terdengar. Kini ibu dan Mas Zul pun ikut keluar, menyambut tamu yang tiba. Netraku membalak sempurna ketika lelaki di belakangnya tamoak. Ia tersenyum tak bersalah. “Perkenalkan ini Bu de dan Pak De,” ucap Mbak Zahra. “Aku tidak di perkenalkan, Mbak.”
Read more