Home / Romansa / Aku, istri kedua / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku, istri kedua : Chapter 71 - Chapter 80

96 Chapters

bab 45b pov Randi

Hatiku berdesir hebat, itu artinya Aisyah ada di kota ini, sama denganku. Apa aku siap melihat wanita itu kembali. Hingga suatu ketika aku benar-benar bertemu dengannya. Seorang kasir toko yang memiliki perut buncit itu menatap nanar ke arah pasangan suami istri. Tampaknya ia cemburu ketika melihat Mbak Zahra dan suaminya bersama. Aku bergegas menghampirinya. “Aisyah,” ucapku asal, memastikan jika wanita yang ku lihat itu memang benar. Ia menengok ke arahku. Wajahnya tetap sama seperti saat pertama aku melihatnya, paras ayunya membuat hatiku semakin tak karuan. Itulah pertama kali aku menyapanya. Ia masih ingat kepadaku, wajahnya tampak murka ketika melihatku. Bagaimana tidak, aku lah lelaki yang merampas harga dirinya. Lantas, bagaimana bisa ia bisa ke sini dan menjadi madu dari Mbak Zahra? Aku terus mencari informasi tentang Aisyah. Paras cantiknya tak mampu membuatku berpaling dan move on begitu saja. Apalagi setelah aku mengetahui ceritanya lebih spesifik. Aku di penuhi rasa
Read more

bab 46a

“Kamu,” ucapku sambil menunjuk lelaki itu. Lelaki berkumis tebal, berambut gondrong serta memiliki tai lalat di bawah telinganya.Aku bergidik ngeri melihatnya.Ia menatap ke arahku sesaat dan kembali menundukkan pandangan. Kami masuk bersama, mempertemukan lelaki asing itu dengan ibu, berharap menyelesaikan duduk perkara. “Apa ini lelaki yang bersama Aisyah, Bu?” Mas Zul bertanya dengan lembut kepada wanita yang melahirkannya itu. Itu tampak memandangi lelaki itu dengan seksama, menjawabnya dengan anggukan.“Sekarang, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi,” ucap Mas Zul menatap lelaki asing itu dengan geram.“Aku yang memintanya datang, aku yang meminta Bu Awi juga untuk pulang, aku yang merekayasa skenario itu semua dan bahkan aku juga yang telah menghamili Aisyah dulu.”Mata kami menatap ke arah lelaki yang sama, lelaki asing itu tampak diam, justru Randi lah yang menyaut.BrakkSebuah tonjokan keras menghampiri muka lelaki itu, darah segar kembali keluar dari sudut bibirnya.Br
Read more

bab 46b

“Ya Allah, selamatkan Randi. Biarkan ia berada di dunia ini lebih lama, kasih kesempatan untuknya bertaubat dengan taubat sesungguhnya, taubatan nasuha.”Aku bersujud dalam malamku, memanjatkan doa untuk Randi, seburuk apapun ia. Ia tetap lah manusia yang memiliki hati. Bukan salah hatinya memendam rasa cinta. Hanya terkadang rasa itu mengalahkan logika. Kupandang layar pipih, menunggu kabar dari Mbak Zahra, masih tak ada jawaban. Aku kembali meletakkan ponselku dan mengasihi Nana, terdengar notif pesan masuk. Bergegas aku membukanya, sebuah pesan dari Mbak Zahra.[ Minta doanya ya, Dek. Mbak mohon ikhlaskan segala kesalahan Randi kepadamu.] Kalimat itu membuatku terpuruk, aku yakin lelaki itu sedang tidak baik-baik saja. Kembali aku panjatkan doa untuk keselamatan Randi sebelum aku tertidur. Aku membuka mataku, Randi berdiri tepat di depan pintu kamar, hampir di sekujur tubuhnya memar, ia menyunggingkan senyum yang begitu indah. Tanpa sadar aku mendekati lelaki itu, memastikan k
Read more

bab. 47a

“Mbak, di mana jenazah, Randi?” Mbak Zahra yang tampak terheran melihatku kini memelukku dengan erat. “Kenapa kamu datang ke sini? Di mana Zafran?” “Aku titipkan pada ibu, Mbak. Aku ingin melihat Randi untuk yang terakhir kali,” ucapku sambil menghapus air mataku.“MasyaAllah, Dek. Randi kembali sesaat setelah kamu menutup panggilanku.”Kembali? Apa maksud Mbak Zahra, justru kini aku yang keheranan mendengar kalimat dari wanita cantik bertubuh semampai itu. “Kembali? Makasudnya?” “Keajaiban, Dek. Mukjizat. Terkabulnya dari doa-doa wanita solehah sepertimu.” Aku memeluk tubuh Mbak Zahra begitu erat, kuucapkan rasa syukurku kepada Rabku. ‘Ya Allah yang maha segalanya. Tak ada kejadian di muka bumi ini melainkan karena kehendakMu, terima kasih atas takdir umur yang lebih panjang untuk Randi.’Tak ada yang tak mungkin selama kita mau berdoa. Semua begitu mudah untuk sang Maha pencipta. Kun fayakun, maka terjadilah apa yang ingin di kehendaki.“Mas Zul ke mana, ,Mbak?” ucapku sambil
Read more

bab 47b

Ia menampakkan senyum yang terlihat sedikit di paksakan. Mbak Zahra meghampiri tubuh itu sebelum ia duduk dan langsung meraih tangan serta mencium punggung tangannya. Mas Zul memeluk tubuh semampai itu hingga tangisan Mbak Zahra kembali pecah. Setegar-tegarnya Mbak Zahra, ia pun sama sepertiku yang tak akan tega melihat keadaan Mas Zul seperti ini. Mas Zul tampak mencium kening wanita itu dan lingkaran lengan di perut Mas Zul tampak mengerat. Aku menjadi saksi betapa besar rasa cinta mereka satu sama lain, rasa saling memiliki. Saling melengkapi, saling berkorban. Sungguh suatu ikatan nyata yang menjadi guru hidupku. “Sini, Dek!” Mas Zul menampakkan lengan kirinya ke arahku sedangkan lengan kanannya masih di gunakan untuk memeluk Mbak Zahra. Dengan ragu aku mendekat, ia memelukku begitu erat, hingga suasana kembali membawa kami ke dalam ke syahduan cinta yang di balut kesedihan. “Mas.” Aku menatap wajah Maz Zul dengan iba. Tanpa menjawab, ia kembali menenggelamkan kami ke dalam
Read more

bab 48a

“Mbak Zahra.” Aku terkejut ketika wanita cantik itu berada di kamarku. “Aku pamit,” ucapnya dengan lirih.Pamit? Apa maksud dari ucapan Mbak Zahra. Aku mengucek mataku, memastikan apa yang aku lihat. Sosok cantik itu menghilang.Ah, mungkin itu halusinasi ku saja. Mana mungkin Mbak Zahra bisa pulang secepat itu,Aku bergegas memakai pakaianku dan menghampiri Zafran yang kini tertidur karena kelelahan menangis.“Maaf ya, Bu. Aisyah tidak tahu kalau ada pesan dan panggilan ibu. Ponsel Aisyah sepertinya tersentuh menjadi mode senyap.”“Kamu itu selalu saja ceroboh, Nduk. Lagian ke rumah sakit saja lama sekali.”“Tadi Aisyah bertemu Mas Zul di sel tahanan, Bu!”“Apa? Anakku di penjara? Itu semua gara-gara ....” Ibu memilih diam dan tak melanjutkan ucapannya.“Maafkan Aisyah, Bu. Aisyah tidak pernah tahu kalau semua akan menjadi serumit ini.” Ibu melenggang pergi begitu saja, netranya tampak mengembun.“Ibu, apa Mbak Zahra sudah pulang?”“Cari saja sendiri di kamarnya,” terdengar suara
Read more

bab 48b

“Semangat Zahra ...”“Astagfirullah,” ucapku ketika membaca jajaran rapi tulisan wanita cantik ini. Aku tak pernah tahu jika Mbak Zahra memiliki penyakit kanker, bahkan karena penyakit itulah Mbak Zahra merelakan rahimnya. Aku kembali membuka halaman selanjutnya.“Jangan risaukan apa yang tidak kamu miliki, Tapi risaukan ketika hati tak bersungguh-sungguh mensyukuri pemberianNya,”Bagaimana mungkin aku bisa berkeluh kesah, sedangkan Allah menakdirkan cerita hidupku begitu indah. Dari pandangan pertama saat aku melihatnya bahkan sampai saat ini aku mencintai dan di cintai oleh orang yang sama, perasaan yang tak akan pernah luntur meskipun kelak di alam yang berbeda. InsyaAllah.Aku kembali membuka halaman selanjutnya.“Cinta tak pernah meminta untuk menanti, ia mengambil kesempatan. Yang pertama adalah keberanian dan yang kedua adalah pengorbanan”Seperti cinta untuk suamiku, yang tak pernah ku ukur dengan apapun. Hanya melihat ia tersenyum bahagia itu semua lebih dari cukup. Bahkan k
Read more

bab.49

“Jangan lupa minta tolong Bu Neni tetangga sebelah, minta ia untuk memanggilkan Pak Modin Syukur!” Aku masih tak percaya dengan kalimat yang baru saja ku dengar.“A-apa, Bu?”“Minta tolong Bu Neni. Nduk. Tolong panggilkan Pak Modin, untuk mengurus jenazah Zahra.”Ponselku seketika terjatuh. Aku mencubit diriku, berharap ini semua adalah mimpi. “Au sakit,” ucapku setelah mencubit lengan. “Astagfirullahalazim, rejeki, maut, kematian, memang tidak pernah ada yang tahu, semua rahasia Allah, innalillahi wa Inna ilaihi rojiun,” tangisku pecah, aku tak tahu harus berbuat apa, rasanya getir, bahkan melebihi rasa cemburuku seperti saat ia masih ada. Aku terbayang senyum indahnya. Senyum yang selalu tak pernah jauh-jauh dari raut wajahnya. Senyum yang terus melengkung indah dengan apapun takdir untuknya. Dari ia lah aku banyak belajar artinya keikhlasan. Sosok wanita surga yang selalu menjadi guruku. Belum juga aku meminta maaf atas semua salahku, kini engkau pergi begitu saja, Mbak. Aku m
Read more

Bab. 50 TAMAT

“Assalamualaikum,” ucap seorang wanita yang baru saja memasuki rumah ini. Berparas ayu, mirip sekali dengan Mbak Zahra. Sontak aku terus melihat wanita itu. Siapa dia? Ia mendekati jenazah wanita cantik yang mirip sepertinya. Tangisnya tak kalah pecah dari aku dan Mas Zul, ia memeluk tubuh kaku itu.“Air matanya jangan sampai mengenai jenazah, Dek!” ucap Mas Zul sambil menyentuh pundak itu. Kekasih halalku itu seperti nya mengenal baik wanita berwajah mirip Mbak Zahra. Wanita itu perlahan mundur, menatap aku dengan seksama, memerhatikan dari ujung jilbab yang kupakai hingga rok bawahan yang ku kenakan. “Mbak Aisyah,” ia menyapaku, bahkan ia tahu namaku. “Aku Rara, Mbak. Adiknya Mbak Zahra.” Rara menyodorkan tangannya mengajakku berkenalan. Aku baru tahu kalau adik Mbak Zahra begitu mirip dengannya. Kami memandikan jenazah Mbak Zahra, ia masih terlihat cantik meskipun kini tubuhnya hanya terbalut oleh kain jarik coklat bermotif. Rara duduk memangku kepalanya, sedangkan dua warga
Read more

sesion 2 bab.1

“Apa tidak lebih baik kamu meminta Zul menikah lagi, Nduk? Kamu bakal sibuk ngurus dua anak, sedangkan toko suamimu itu lagi rame-ramenya. Kasihan suamimu harus banting tulang sendiri. Lagian sudah pasti kan kamu operasi Cesar lagi, nafkah batin suamimu tak akan terpenuhi dalam kurun yang lama.”Suara yang terdengar lembut itu, seakan mengantarkan listrik ke urat syarafku. Menegang, detak jantungku seakan berhenti memompa darah ke organ dalam lainnya. Suara lirih tapi menembus ke kalbu. Aku membantu Zafran memakaikan pakaian untuknya. Sambil sesekali melirik ke arah sumber suara. Wanita yang melahirkan suamiku itu berdiri tak jauh dariku, sambil menyampaikan saran yang bagiku terlalu menyakitkan. “Kamu jangan egois, Nduk. Jika dulu Zahra bisa berbagi suami kepadamu, kamu juga harus bisa berbagi suami untuk wanita lain. Ini juga demi kebaikan kalian.”Ucapan wanita itu kembali menyayat hatiku yang kini telah tumbuh sempurna dengan kebahagiaan. Kini organ itu terasa pedih, merasakan
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status