Sean menoleh saat suara ketukan pintu terdengar. Rupanya itu Aruna."Sean, aku sudah menyiapkan makanan juga obat. Kamu bisa turun setelah membersihkan diri," kata wanita itu.Sean diam saja. Jujur saja saat ini dirinya bimbang, ada beragam pemikiran juga beban yang seolah tersampir di bahunya.Ia menatap ponselnya lama, mengamati nomor Celine sejenak sebelum kemudian beranjak menuju kamar mandi.Setelah membersihkan diri, pria itu menatap wajahnya yang babak belur dalam cermin. Tersenyum kecil seolah mengejek dirinya sendiri yang tidak berusaha untuk melawan."Ini karena janji pada Ibu, atau memang aku yang terlalu payah untuk melawan tua bangka itu? Tidak, sekalipun aku melawannya, itu bisa dikatakan sebagai bentuk pertahanan diri akibat penyerangan, bukan?" gumamnya sendirian.Ia menghela napas, rasanya kehidupannya tidak pernah baik sejak Ibu juga anak itu hadir dalam hidupnya.Sean masih ingat jelas bagaimana bahagianya ia dulu, menjadi pusat perhatian dari kedua orangtuanya adal
Read more