Home / Romansa / (Bukan) Istri simpanan CEO / Kabanata 61 - Kabanata 70

Lahat ng Kabanata ng (Bukan) Istri simpanan CEO: Kabanata 61 - Kabanata 70

108 Kabanata

61

Hari berlalu dengan damai, hubungan antara Wisnu dan Aruna kembali membaik. Pria itu juga jadi lebih sering mengunjungi Aruna di rumah kedua.Seperti sore ini, Wisnu baru saja tiba dengan membawa smoothie strawberry juga martabak manis. Pesanan Aruna.Kandungan wanita itu sudah menginjak bulan ke tuju, perut buncitnya kian terlihat juga rasa ngidam yang beberapa kali diluar nalar.Contoh saja kemarin malam, saat itu Wisnu sedang tidak bisa datang karena pekerjaan. Tapi Aruna terus merengek, wanita itu tiba-tiba saja jadi begitu manja dan ingin bertemu Wisnu dengan segera.Mengalah, pada akhirnya Wisnu menuruti keinginan Aruna. Ia datang ke rumah kedua setelah menyelesaikan beberapa meeting dan pekerjaan menumpuk di hari itu, sedikit terlambat tapi lebih baik daripada tidak sama sekali.Wisnu tiba pukul sebelas malam, ia agak cukup terkejut saat melihat Aruna yang masih stay duduk di sofa ruang tamu menunggunya.Begitu pria itu sampai, mata Aruna berbinar layaknya anak anjing menggemas
Magbasa pa

62

Mobil itu melaju membelah jalanan, tiga orang yang ada di dalam sana hanya saling diam dengan pemikiran masing-masing.Sofie menatap Chandra yang berlaku sebagai pengendara, sementara seorang wanita lain yang duduk di bagian belakang hanya menunduk gelisah.Semalam, tepatnya setelah Aruna mengetahui soal keadaan Diandra, wanita itu memaksa Chandra maupun Sofie untuk mengatakan semua yang mereka tahu perihal wanita itu.Dengan terpaksa, Sofie memberitahukan semuanya. Termasuk soal Diandra dan keadaan wanita itu yang kian memburuk dari waktu ke waktu."Dokter bilang, kemungkinan untuk Diandra sembuh begitu tipis."Aruna kembali mengingat perkataan Sofie semalam. Dalam sekejap hal itu menyadarkan dirinya, menamparnya pada kenyataan yang ada.Tidak seharusnya ia berlarut pada perasaanya untuk Wisnu. Tidak seharusnya ia ikut terhanyut pada perhatian yang diberikan pria itu.Ia tentu tahu jika bahwasanya Diandra tengah sakit, tapi ia tidak tahu jika penyakit yang diderita wanita itu sudah s
Magbasa pa

63

Wisnu baru saja terbangun dari tidurnya, ia meraba ke arah samping dan tidak mendapati siapapun di sana.Dengan mata menyipit, pria itu bangkit. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri seolah mencari sesuatu.Setelah seratus persen kesadarannya terkumpul, pria itu segera meraih ponsel. Ia baru teringat jika sudah sejak semalam ia tidak mendapati Diandra dimanapun.Sering pertama dan kedua masih tidak ada jawaban. Di sering ketiga barulah terdengar suara serak dari seberang panggilan."Halo?" sapanya dari seberang."Kamu di mana? Kok nggak di rumah?" tanya Wisnu to the point."Aku sedang di rumah Mama. Maaf kemarin aku lupa memberitahumu," jawabnya.Wisnu menghela napas, entah kenapa ia merasa kesal tiba-tiba. Ini bukan kali pertama bagi Diandra pergi tanpa berpamitan.Akhir-akhir ini wanita itu memang sering bepergian tanpa berpamitan lebih dulu kepada Wisnu. Membuat pria itu kelimpungan di beberapa kesempatan.Tapi yang sebenarnya tidak pria itu ketahui, kepergian Diandra yang mendadak b
Magbasa pa

64

Kondisi perusahaan hati itu cukup sibuk, Wisnu yang duduk di ruangannya masih sibuk bergulat dengan beberapa berkas dan juga kontrak kerja sama yang harus ia tanda tangani.Terdengar suara ketukan pintu, seorang lelaki muda dengan setelan jas rapi juga rambut klimis datang menghampiri Wisnu setelah dipersilakan masuk."Sean?" tanya Wisnu.Sesaat kemudian dua pria itu saling berpelukan dan bercengkrama beberapa saat."Kukira kau sudah berubah, rupanya masih sama saja. Wisnu si pekerja keras," ujarnya.Wisnu terkekeh, tidak lama kemudian ponselnya bergetar. Setelah meminta izin, Wisnu bergeser sedikit ke arah pojok ruangan dan mengangkat panggilan."Wisnu, apa bisa sepulang dari kantor nanti kau mampir ke rumah? Aku… aku ingin es kepal."Senyum sumringah tercipta di wajah Wisnu saat terdengar suara Aruna dari seberang panggilan. Ia tidak tahu jika wanita itu bisa terdengar se menggemaskan seperti sekarang."Ya. Akan ku belikan, ada lagi?""Tidak ada. Semangat kerjanya."Senyum cerah kia
Magbasa pa

65

Suasana saat itu begutu canggung. Secangkir kopi di cangkir sudah mulai mendingin, beberapa hidangan kecil lainnya sama sekali belum tersentuh sejak dihantarkan.Aruna menunduk. Sudah sejak tadi ia melakukannya, entah kenapa dirinya merasa begitu takut untuk mendongakkan kepala. Terlebih saat ia tahu jika sepasang paruh baya di depannya adalah orang tua Diandra.Wanita yang secara tidak langsung juga menjadi madunya, meski hanya berstatus siri."Jadi, kau yang bernama Aruna?" wanita baya itu membuka suara.Penampilannya elegant dengan baju berwarna merah, rambutnya yang dipotong pendek menambah kesan itu. Terlebih aksesoris kalung juga cincin yang menempel di tubuhnya, kian menjelaskan status sosialnya yang tinggi."Iya, Nyonya," jawab Aruna lirih."Tidak perlu memanggilku Nyonya. Kau bisa memanggilku, ibu."Kepala Aruna sontak mendongak, menatap jelas ke arah wanita baya itu yang tengah tersenyum tulus."Ibu?" beonya lirih.Wanita itu mengangguk, senyum tulus itu masih terpatri denga
Magbasa pa

66

Wisnu membanting berkas ke arah meja dengan keras, menarik dasi yang terasa mencekik leher."Kamu bisa kerja tidak?! Masa membuat laporan semudah itu tidak bisa juga!" bentuknya pada seorang karyawan."Maafkan saya, pak," sahut karyawan itu menunduk."Saya tidak mau tahu, laporan ini harus direvisi hari ini juga. Berikan lagi padaku sebelum pukul tiga, dan semuanya harus benar."Sang karyawan hanya mengangguk sebelum undur diri. Wisnu menghela napas, meletakkan kepala pada sandaran kursi dan meraup wajahnya sendiri.Kepalanya mendadak terasa berdenyut, pusing bukan main. Bukan hanya soal pekerjaan, melainkan juga soal urusan rumah tangganya.Ia masih tidak mengerti kemana arah tujuan rencana Diandra sebenarnya. Wisnu rasa ia sudah menuruti semua permintaan wanita itu, termasuk untuk menikah siri dengan Aruna.Tapi apa yang dilakukannya sekarang justru kian menjadi. Tiket bulan madu? Yang benar saja!Wisnu masih memiliki kewarasan untuk tidak lebih menyakiti Diandra. Meski kenyataanya
Magbasa pa

67

Mobil itu ia pacu dengan cepat, pedal gas ia pijak tanpa ragu. Napas memburu, perasaan gelisah juga rasa bersalah bersarang dalam benaknya. Terasa bergejolak dengan dirinya sendiri yang terus memaki.Menyalahkan diri sendiri karena tidak menyadarinya sejak dini. Tidak butuh waktu lama bagi Wisnu untuk tiba di rumah. Tanpa basa-basi ia membuka pintu, berjalan cepat ke arah lantai dua, berharap wanita yang ia cari ada di sana.Nihil. Ia tidak menemukan Diandra dimanapun, bahkan setelah dirinya mengelilingi seisi rumah."Kamu dimana, Di?" batinnya panik.Teringat, Wisnu baru saja ingat jika sebelum ia berangkat ke perusahaan pagi tadi, Diandra sempat berkata akan mengadakan piknik bersama sang Ibu dan Aruna.Tapi sial sekali lagi, Wisnu tidak tahu kemana tiga wanita itu mengadakan piknik sekarang.Teringat sesuatu, Wisnu merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menghubungi seseorang."Halo Ayah?" sapa Wisnu sopan.Orang di seberang panggilan yang ia panggil sebagai Ayah, atau lebih
Magbasa pa

68

"Apa kamu akan percaya jika ku katakan, kamu adalah adikku?"Nyatanya pertanyaan Diandra masih saja terus bersarang dalam kepala Aruna. Wanita yang tengah terbaring di ranjangnya itu hanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.Pikirannya terus berpikir soal pertanyaan Diandra beberapa saat yang lalu.Dia, adalah adik Diandra? Bagaimana mungkin? Semuanya terlalu mustahil untuk sebuah kenyataan.Tapi, mengingat apa yang terjadi selanjutnya membuat Aruna juga berpikir ulang untuk hal itu.Saat itu, setelah Diandra mengajukan pertanyaan gilanya, ini menurut Aruna. Wanita itu hanya bisa diam termenung.Ia sempat tertawa kering selama beberapa second, kemudian meyakinkan jika apa yang dikatakan Diandra hanyalah sebatas candaan semata.Tapi apa yang terjadi berikutnya membuat Aruna berpikir ulang. Ibu wanita itu yang sejak tadi duduk memperhatikan keduanya di bawah pohon rindang mendekat.Wanita baya itu duduk di antara dua wanita muda tersebut, mengelus surai Aruna dan berkat
Magbasa pa

69

Mata Wisnu teralihkan saat ia melihat seorang dokter keluar dari ruangan UGD. Ia dengan segera berlari ke arah pria dengan masker berwarna biru itu dan bertanya soal keadaan Diandra."Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Wisnu panik.Dokter dengan kacamata yang menggantung di hidung itu melepas masker, dan menjawab pertanyaan Wisnu."Kondisi Nyonya Diandra bisa dibilang cukup buruk. Sepertinya ia sering mengabaikan kemoterapi juga terlambat mendapatkan penangan, tapi kami akan berusaha semaksimal mungkin."Wisnu lemas, pria itu jatuh terduduk di depan ruang UGD dengan perasaan yang bercampur aduk.Pria itu tidak tahu perasaan apa sebenarnya yang tengah ia rasakan saat ini. Yang jelas, perasaanya rasanya benar-benar hancur, sehancur-hancurnya.Dengan cepat Wisnu mendobrak, menerobos masuk ke dalam ruang UGD dan menghampiri Diandra yang terbaring lemah dengan beberapa perawat yang tengah memasangkan beberapa kabel yang terhubung dengan sesuatu alat yang Wisnu tidak tahu apa.Yang p
Magbasa pa

70

Lima tahun kemudian.Kamar tidur dengan tema galaxy itu terlihat cukup berantakan. Beberapa barang tercecer di sana dan sini, beberapa pakaian juga ada di atas ranjang dengan bad cover berwarna biru langit tersebut."David! Kenapa kamarmu seperti kapal pecah begini?" Seorang lelaki dengan pakaian kantor lengkap masuk menghampiri seorang bocah yang tengah kesulitan memakai kaos kaki.Si anak yang diajak bicara menghentikan aktivitas nya. Ia menatap polos juga sesekali berkedip ke arah sang lelaki dewasa yang hanya bisa menghela napas panjang.Pria itu berjongkok, membantu David untuk memakai kaos kaki bergambar astronot di kaki mungilnya."Sudah. Sekarang ayo kita sarapan!"Masih tidak ada reaksi. David, bocah itu hanya diam dan berkedip beberapa kali, sebelum kemudian ia berdiri dan berlari keluar dari kamarnya.Wisnu hanya bisa menghela napas. Memperhatikan kamar sang Putera dan memungut beberapa pakaian dari sana.Tanpa sengaja ia melihat ke arah meja belajar yang ada di samping le
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status