Home / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Aku Istri Kekasih Sahabatku: Chapter 131 - Chapter 140

182 Chapters

Bab 131 Siapa Pak Candra? (Pov Utami)

Aku sudah melangkah meninggalkan Restoran menuju parkiran. Tidak tahu, sekarang akan kemana. Aku tidak ingin pulang ke rumah dalam kondisi begini. Air mata tak kunjung berhenti. Aku merasa sangat kacau. Kini mobil hanya melaju tak tentu arah. Sudah jelas jika Delisia tidak menganggapku sahabatnya. Jika dianggap, pasti akan bercerita. Ahh, ternyata sahabat yang tulus sangat susah di dapatkan. Aku pikir Delisia lah orangnya. Ternyata bukan dia! Aku terpikirkan untuk menyuruh Robi memata-matai Aksa. Bukan tidak percaya dengannya, aku hanya ingin memastikan jika perkataan Tari tidak lah benar. Aku pun menepikan mobil lalu mengirim pesan pada Robi. 'Cari tahu tentang orang ini.’ Aku menyertakan foto Aksa dalam pesan. Tak berlangsung lama, Robi telah membalas pesanku. 'Ini bukannya Aksa anak dari Pak Candra?' Balasan pesan dari Robi membuatku bertanya-tanya. Setahuku nama ayah nya Aksa bukan Candra. Lalu kenapa Robi membalas pesanku begini? Pak Candra itu siapa? 'Bukan. Dia pacarku.'
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 132. Bertamu Di Rumah Pak Candra (Pov Utami)

"Maaf, sayang! Aku mau istirahat. Aku baru saja pulang dari rumah Raisa," ujarku lembut. Aku tidak ingin Aksa curiga jika sedang terjadi sesuatu padaku "Bukannya kamu pernah katakana kalau Raisa sedang ke luar kota. Tadi saat membaca pesan dari kamu, aku ingin bertanya. Tetapi ya sudahlah. Mungkin Raisa sudah pulang. Tidak penting juga untuk di bahas." Aduh, aku lupa. Ternyata aku pernah mengatakan pada Aksa kalau Raisa ke luar kota. Gimana ini? Aku diam beberapa detik. Aksa terus memanggil-mangil namaku. Namun aku tak juga bersuara. "Sayang, maaf, ya. Suaranya putus-putus. Aku nggak dengar." Tanpa mendengar respon Aksa, aku langsung menggeser tombol merah berbentuk telepon di layar handphone. Seketika panggilan kami berakhir. Aku tidak lagi mendengar suara Aksa. Semoga saja Aksa tidak curiga padaku. Tidak mungkin sih Aksa curiga. Dia pasti akan mengira jika jaringan sedang tidak bagus. Pukul sepuluh malam, aku pun tertidur. Hari ini aku tidak boleh tidur telat. Besok harus mem
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more

Bab 133. Kenyataan Pahit (Pov Utami)

Setelah asisten rumah meninggalkan aku sendiri di sofa ruang tamu, aku pun terpaku melihat foto berukuran besar yang terpampang di dinding. Foto Aksa bersama lelaki bernama Pak Candra dan seorang perempuan. Aksa berada di tengah. Tak kuasa, air mataku pun terjatuh. Aku berdiri melangkah, hendak mendekati foto itu. Iya benar, lelaki ini adalah Aksa - Kekasihku. Tidak mungkin kalau hanya sekedar mirip. Aku tak kuasa menahan sesak di dada mengingat perkataan satpam tadi. Aksa akan datang ke sini satu jam lagi bersama istrinya. Siapa perempuan yang dimaksud istri oleh satpam tadi? Tidak mungkin dia berani berkata begitu, jika memang Aksa belum menikah. Satpam itu bekerja di rumah ini, sudah pasti tahu tentang semua kejadian di sini. Aku melangkahkan kaki, ada sebuah foto yang mengganggu konsentrasi ku. Foto yang ukurannya tidak terlalu besar. Namun, bisa dilihat dari tempat tadi aku berdiri. "Tidak mungkin! Aku pasti salah lihat! Perempuan ini pasti hanya mirip dengan Delisia!" Aku b
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 134. Tuhan Sedang Bercanda (Pov Utami)

Aku masih berada di halaman parkir rumah Pak Candra. Sebelum Aksa dan Delisia datang, aku harus keluar dari sini. Ada rasa ingin menunggu mereka hingga datang. Memastikan langsung, benarkah istri Aksa yang di maksud oleh Pak Candra adalah Delisia. Tetapi, aku juga ragu dengan kemampuan diri, bisa kah aku mampu melihat mereka bermesra. Masih terbesit keyakinan, jika semua ini pasti bukan kenyataan. Mungkin saja Tuhan sedang bercanda padaku. Ya, harusnya aku sudah percaya. Foto yang ada di dinding rumah megah orangtua Aksa, membuktikan jika Pak Candra dan Satpam tadi tidak sedang bergurau. Tetapi, hati kecilku belum bisa menerima. Masih ada satu persen keyakinan jika yang mereka katakan adalah kalimat bohong. Aksa tidak mungkin menyakitiku. Aku mengirim pesan pada Robi. 'Temui aku di Restoran kemarin. Aku tunggu sekarang!' Setelah mengirim pesan, aku langsung menuju Restoran tempat akan bertemu Robi. Sepanjang jalan otakku tidak bisa fokus. Masih saja memikirkan Aksa dan Delisia.
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 135. Mengetahui Kebohongan (Pov 135)

Sudah tiga jam lebih aku berada di restoran ini. Aku belum ingin beranjak. Pelayan restoran tidak mengusir karena makanan di atas meja belum habis. Benda pipih yang berada di atas meja bergetar, ternyata pesan dari Robi. Tanpa menunggu lama, aku langsung membuka. Nampak foto Aksa dengan seorang perempuan yang memakai masker. Foto perempuan yang berpakaian sama dengan foto yang pernah dikirimkan tari padaku. Tidak salah lagi, ini foto Delisia. 'Mereka baru saja tiba di Apartemen.' Pesan dari Robi membuat aku berdiri dan melangkah tergesa-gesa. Hari ini aku harus mendapati mereka di Apartemen. Jangan di tunda. Aku harus memastikan seratus persen jika mereka berdua punya hubungan spesial. Setelah berada di mobil, aku pun membalas pesan Robi. 'Kamu di mana sekarang?' Tak berlangsung lama, Robi telah membalas pesanku. 'Masih berada di depan Apartemen Aksa.' pesan dari Robi. 'Jangan kemana-mana. Tetap tunggu di situ sampai aku suruh pulang.' Aku pun mengendarai mobil dengan kecep
last updateLast Updated : 2022-12-22
Read more

Bab 136. Dua Orang Pengkhianat (Pov Utami)

"Sayang, kamu harus percaya denganku! Ini semua tidak seperti yang kamu lihat. Delisia itu tinggal di sini karena dia-" "Karena dia istrimu! Kamu mau menjelaskan ke aku kalau dia istrimu, atau apa Aksa? Delisia tinggal berdua denganmu karena kalian berdua telah menikah! Kamu jahat, Aksa. Kenapa melamarku kalau sudah memiliki istri? Kenapa memberiku harapan terlalu tinggi? Aku sekarang tahu, kenapa kamu tidak pernah lagi mengajakku ke sini. Ya, karena Delisia telah tinggal di sini." Aku tersulut emosi. Mungkin kini wajahku telah memerah. Aku memiliki kulit yang putih. Kalau marah, biasanya raut wajahku aku memerah. Aku sangat murka melihat wajah mereka berdua. Raut mereka nampak sedih, seakan merasa bersalah. Ya, aku yakin mereka hanya malu karena sudah ketahuan denganku. Perempuan yang terkenal alim di kampus ternyata tabiatnya sangat liar. "Tenangkan dulu pikiranmu, sayang. Aku akan jelaskan semuanya setelah kamu sudah merasa tenang," tutur Aksa dengan lembut. "Tak perlu menjel
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 137. Bercerita Pada Raisa (Pov Utami)

Sepanjang jalan menuju rumah, handphone ku terus saja berdering. Aku tahu siapa yang sedang mengganggu perjalananku. Siapa lagi kalau bukan Aksa. Lelaki itu, apa lagi yang mau dia lakukan? Tidak cukupkah menyakitiku. Semalaman, aku tak kunjung tertidur. Pikiran masih belum bisa melupakan kejadian yang sangat menyakitkan. Aku tidak merasakan lapar. Bahkan untuk beranjak dari tempat tidur, aku tidak memiliki tenaga. Tok! tok! Bunyi pintu menyadarkan aku dari lamunan. Aku masih menyelimuti diri di atas ranjang. Tidak ingin beranjak kemanapun. Tok! Tok! "Utami, ini aku, Raisa. Pintunya di buka, dong." Terdengar suara dari balik pintu. Kemarin aku memang menelpon Raisa setelah tiba di rumah. Aku butuh tempat untuk cerita. Jika di pendam sendiri, rasanya bisa gila. Raisa langsung membooking tiket pesawat setelah tahu masalahku. Ternyata dia sudah tiba. Raisa tidak memberitahuku kalau mau datang ke sini. Dengan sisa tenaga yang aku punya, aku pun bengun dan melangkah membuka pint
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 138. Mendengar Penjelasan Aksa (Pov Utami)

Aku tidak suka Raisa menyuruhku menemui Aksa. Terserah jika Aksa ingin berlama-lama di sini. Aku tidak peduli! "Aku hanya takut, kamu nanti menyesal. Kalau tidak mendengar penjelasan Aksa terlebih dahulu. Jika kamu memang ingin mengakhiri hubungan kalian, tidak apa-apa. Yang penting dengar dulu penjelasan dari Aksa." Ranisa menatapku dengan raut sedih. "Sakit, Rai! Aku belum ingin bertemu Aksa sekarang." "Kalau tidak sekarang, mau nya kapan? Lebih baik kamu temui dia sekarang. Lalu setelahnya putuskan hubungan. Kalau di tunda, kamu akan semakin sakit. Aksa akan terus berusaha agar bisa bertemu kamu. Jadi sebaiknya, temui dia sekarang lalu berusaha untuk sembuh dan bangkit." Aku tidak menjawab. Perkataan Raisa ada benarnya juga. Lebih baik aku bertemu sekarang dengan Aksa. Kalau semakin di tunda, tidak baik untuk kondisi hatiku. Namun sungguh, aku belum siap menemuinya sekarang. Rasanya masih terlalu sakit mengingat yang dia lakukan. "Buktikan kalau kamu bisa bangkit, Tam. Temui
last updateLast Updated : 2022-12-23
Read more

Bab 139. Kehilangan Sahabat

***Aku memasuki ruang kuliah. Bukan untuk kuliah, sih. Tetapi untuk beristirahat. Kini aku hanya bolak balik kampus mengurus tugas akhir. Aku sudah lulus di semua matakuliah. Setelah sempat menyerah akibat masalah yang datang bertubi, aku akhirnya semangat kembali karena ibu dan ayah. Mereka ingin melihatku wisuda dan memiliki gelar. Ya, mereka adalah motivasi yang membuat aku hingga sekarang masih bisa bertahan. Setelah kejadian saat Utami mengetahui aku dan Aksa telah menikah, aku kehilangan sosok sahabat. Utami tidak pernah lagi menegurku dan menganggapku sebagai orang asing. Rasanya sungguh sangat berat.Aku pernah tidak punya semangat untuk ke kampus karena selalu di bully. Ya, Utami memberitahu ke semua orang kalau aku berencana merusak hubungannya dengan Aksa. Bukan hanya itu, sekarang Utami telah bergabung ke dalam group reseh. Ya, Tari merasa menang karena dia berhasil membuat Utami percaya dengan perkataannya.Aku ingin marah dengan keadaan. Hampir semua orang di Kampus
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more

Bab 140. Mencurahkan Keluh

"Del, sebenarnya kamu ada masalah apa sih dengan Utami. Kok kalian sudah tidak pernah terlihat bareng lagi. Terus sekarang Utami sudah akrab dengan Tari," ujar Eka. Mungkin dia bertanya karena melihatku diam dari tadi dengan mata yang sedang menatap Aksa dan Utami dari jauh. "Nggak kok. Nggak ada apa-apa." Aku berkata sambil mengukir senyum di wajah. "Cerita ke aku, Del. Aku akan pastikan semua rahasiamu terjaga." Eka menggenggam tanganku yang ada di atas meja. Aku menoleh dan tersenyum padanya. Mataku kini berkaca. "Are you okey?" tanya Eka lembut. "Yes, I'm okey!" Aku menengadahkan wajah ke atas, menatap langit-langit. Berusaha menahan agar air mata yang telah berkumpul di kelopak tidak tumpah. "Jangan di pendam sendiri, Del. Aku tahu, kamu butuh seseorang untuk mendengar ceritamu. Ceritakanlah ke aku. Rahasiamu aku jamin akan terjaga." Aku menatap Eka, dia terlihat tulus dengan perkataannya. Bukan tak ingin bercerita, hanya saja aku bukan orang yang mudah percaya dengan ses
last updateLast Updated : 2022-12-25
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status