Home / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Aku Istri Kekasih Sahabatku: Chapter 111 - Chapter 120

182 Chapters

Bab 111. Tidak Penting Bagi Aksa

"Sebaiknya aku pindah saja dari sini. Apartemen ini sudah tidak aman untukku. Kamu tidak perlu khawatir, aku bisa tinggal di kosan. Sesekali aku akan datang ke sini." "Tidak perlu pindah! Tari tidak memiliki bukti. Lagi pula setiap keluar dari apartemen, kamu juga selalu menyamar. Tidak usah pusing dengan itu." Beberapa detik terdiam, bibir pun kembali bersuara. "Tetapi aku harus mencari kos besok. Selama ini Utami tidak tahu tentang yang terjadi antar aku dan kamu. Dia tidak tahu kalau sekarang aku tidak lagi tinggal di kos … Dan tadi Utami mengatakan ingin main ke kosanku. Karena bingung dan takut salah ngomong, aku akhirnya setuju saja dia datang ke kos ku setelah ujian semester berakhir." Aku berkata sambil menyusun piring. Tetapi belum ingin membawanya ke westafel. Biarlah seperti ini dulu di atas meja. Kalau sudah bicara dengan Aksa, tidak boleh beranjak sebelum semua persoalan selesai. Jangan sampai dia kembali menonton bola. Jika sudah begitu, biasanya dia tidak ingin di ga
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Bab 112. Harta Warisan

Aku menunggu Aksa mengetuk pintu kamarku sambil membaca buku. Tetapi hingga pukul sembilan malam, sesuatu yang aku harapkan tidak terjadi. Aku pun menutup buku yang ada di meja dan berlalu ke atas kasur. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran Aksa? Aku melakukan ini demi hubungannya dengan Utami? Mengapa dia terlihat biasa saja? Mungkin kah tak ada rasa takut dihatinya? Aku terus bertanya-tanya dalam benak dengan mata yang menatap langit-langit kamar. Tak terasa mata telah terlelap. Aku tertidur dengan jilbab yang masih menutupi kepala. Meskipun kesadaran sudah hampir hilang, masih ada harapan jika Aksa akan masuk ke kamar ini dan mengajak aku bicara. Aku sengaja tidak mengunci pintu kamar. Saat terbangun di subuh hari, aku terduduk lumayan lama di atas tempat tidur. Memikirkan rentetan masalah yang terjadi. Aku ingin berlari. Rasanya hati sudah terlalu lelah. Ketika aku kembali belajar, membaca buku yang semalam sudah aku baca. Pikiran ini mencoba untuk fokus. Tetapi, perkataan-pe
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Bab 113. Tetap Di Sini Bersamaku

"Jawab aku, Aksa! Apa ini karena kamu takut kehilangan harta Pak Candra?" Aksa masih saja diam. Aku sangat terluka melihat sosok di depanku yang hanya diam saja. Aku memang kecewa, karena dia melakukan ini bukan karena cinta untukku. Tetapi aku semakin terluka, ternyata lelaki yang aku cintai, bukanlah lelaki baik yang berjiwa besar. Masa iya, dia menahanku di sini hanya demi harta kekayaan ayahnya. Itu alasan yang sangat gila. Lalu bagaimana dengan Utami. Apa dia tidak mencintai sahabatku? Aksa rela hubungannya dan Utami hancur asalkan dia mendapatkan harta warisan. Lalu apa maksudnya mempertahankan hubungannya dengan Utami. Mereka bahkan sudah bertunangan. Aku masih tidak habis pikir dengan jalan pikiran Aksa. Bisa kah sekarang aku mengatakan jika dia bukan lah lelaki baik yang pantas dijadikan suami? Namun, aku sudah mencintainya. Mungkin di sini akulah orang yang paling bodoh. Aku sudah mengetahui betapa buruknya sosok Aksa, tetapi aku masih saja mencintainya. "Intinya kamu h
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Bab 114. Pura-pura Tak Mendengar

"Gimana ceritanya, sih, kamu bisa jadi simpanan Aksa? Pasti kamu yang mengejarnya! Tidak mungkin Aksa bisa suka, kalau kamu tidak merayunya. Secara, Utami itu sangat cantik. Tidak selevel lah dengan kamu. Perbedaan kalian berdua sangat jauh." Tari kembali berkata, setelah tadi membiarkan dua korcaci di sampingnya yang menghinaku. Mendengarnya mengatakan perempuan simpanan, aku langsung teringat pada perkataan Pak Firman dulu. Dia juga pernah menghinaku demikian. Tetapi ternyata ada maksud tersembunyi dibaliknya. Aku tetap melangkah dengan tenang. Orang-orang seperti mereka tidak perlu di gubris. Jika aku menjawab, mereka akan semakin menjadi-jadi. "Del, jangan pura-pura tuli dong. Apa hanya suara manja Aksa yang kamu suka dengar? Pasti suara napasnya sangat indah." Mereka semua langsung tertawa setelah perkataan Alma. Aku pikir mereka akan mengikutiku hingga masuk kelas. Ternyata tidak, saat langkah sudah mendekati ruang kelas, aku tidak mendengar lagi sentakan kaki mereka yang be
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 115. Juna, Si lelaki Baik

"Jangan lupa!" Aku terdiam sejenak hingga tersadar ketika Pak Darno kembali berucap. "Baik, Pak!" Mau apa lagi pak Firman memintaku untuk ke ruangannya? Aku tidak mengindahkan ucapan Pak Darno. Langsung saja setelah ujian, aku menuju ke perpustakaan. Masih ada satu mata kuliah lagi yang akan diujikan hari ini. Aku sedang tidak ingin menemui Pak Firman. Masih ada masalah lebih penting, yang harus aku selesaikan hari ini. Sebenarnya aku sudah rindu dengan Aura. Anak kecil itu, bagaimana kabarnya sekarang? Jika Pak Firman sudah jujur ke Aura kalau aku tidak pernah menikah dengannya, aku akan menemui Aura. Aku ingin bertemu dengannya bukan sebagai ibu. Mungkin terdengar jahat karena aku begitu tega pada anak kecil itu. Hanya saja, aku yakin jika semua yang aku lakukan ini sudah benar. Semakin larut dalam kebohongan akan membuat masalah semakin rumit. Kebohongan yang sudah aku bangun bersama Aksa adalah satu bukti jika sebuah kebohongan sangat tidak dibenarkan. Bersembunyi dibalik ke
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 116. Berani Menantang

Aku tidak suka Tari berkata tentang Aksa begini. Aksa bukan tipe lelaki seperti yang dia sangkakan. Bahkan selama tinggal bersama, Aksa belum pernah menyentuhku. Ya aku tahu, mungkin karena aku bukan tipe perempuan yang sesuai dengan selera Aksa jadi tak mungkin dia niat untuk menyentuhku. Tetapi, selama berpacaran dengan Utami. Aku belum pernah mendengar Utami bercerita jika Aksa sudah pernah menyentuh area paling terlarang dalam dirinya. Sejauh yang aku tahu, hubungan mereka sebatas berpegangan tangan. Tidak lebih. Secara tidak langsung Tari mengatakan jika aku dan Aksa sama-sama makhluk murahan. "Kemarin ada yang bilang kamu punya hubungan khusus dengan Pak Firman. Ternyata bukan hanya Pak Firman, ya?" Aku menolehkan kepala melihat Tari. Dia sedang tersenyum sinis padaku. Suara Tari tidak terlalu besar, Dia pasti mengecilkan suaranya karena di Ruangan ini dilarang ribut. "Apa ada lelaki yang sudah kamu layani selain mereka berdua?" Tari masih saja berkata sambil tersenyum sini.
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 117. Kenikmatan Orang Cantik

Terdengar suara panggilan-panggilan mereka yang disertai ancaman. Aku tak peduli. "Del, kamu dari mana. Aku tadi cari kamu. Aku juga belikan kamu ini." Utami menaruh plastik berisi roti di atas meja. "Tadi niatnya, aku mau ambilkan kamu bungkusan makanan di fakultas. Tetapi ternyata sudah habis, hahaha." Aku juga ikut tertawa. "Makasih ya, Tam. Aku tadi dari perpustakaan." "Tam, kamu dipanggil tidak, untuk ikut kegiatan penggalangan dana?" tuturku yang kini sudah duduk di kursi. Utami pun menarik kursi di samping, agar duduk dekat denganku. "Nggak ada yang memberitahu. Memangnya kapan kegiatannya? Kamu tahu dari mana kegiatan itu?" "Tadi aku bertemu Juna di Perpustakaan. Dia mengajak untuk ikut kegiatan itu. Ya, aku belum mengiyakan, sih. Tetapi, Insya Allah aku akan ikut. Kegiatannya hari Minggu nanti, di lampu merah." "Kalau begitu aku juga ikut. Meskipun tidak ada yang mengajak, aku akan tetap ikut. Nanti aku juga akan mengajak Aksa." Utami tertawa kecil di akhir kalimat.
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 118. Tatapan Memohon

"Haha, aku mau belajar, Tam. Tidak ingin membahas yang aneh-aneh." Perkataan ku ini hanya alasan. Aku sudah belajar dari semalam. Meskipun tidak belajar lagi, aku yakin bisa menjawab soal hari ini. Aku tidak suka berbasa-basi tentang Pak Firman. Kalau saja Utami tahu kalau Pak Firman menyukaiku, dia pasti akan kaget. Tak lama kemudian, pengawas ujian masuk. Empat puluh menit mengerjakan soal, aku akhirnya menyelesaikan semua dengan penuh yakin jika jawaban yang aku kerjakan pasti benar. Aku pun membawa kertas jawaban ke meja pengawas. Saat sudah keluar dari kelas. Benda pipih yang ada dalam tasku bergetar, pertanda ada pesan masuk. 'setelah ujian selesai, tolong ke ruanganku' Itu pernyataan tertulis yang terbaca di layar handphoneku. Pesan ini dari Pak Firman, aku masih menyimpan nomornya. Sebenarnya aku ingin menghapus, tetapi masih aku urungkan. Pak Firman dosenku, bagaimana jika nanti aku membutuhkannya. Aku merasa dilema. Apa iya, aku menemuinya? Aku sudah memutuskan untuk
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 119. Mencari  Kos Baru

Aku pulang tanpa menunggu Utami. Tadi dia mengatakan kalau mau mengantarku pulang. Aku hanya mengiyakan saja. Ingin menolak, tetapi pasti akan menimbulkan perdebatan. Saat sudah berada dalam bus, aku mengambil handphone untuk mengirim pesan pada Utami. 'aku pulang duluan ya. Maaf tidak bisa bareng kamu.' 'Kenapa tidak menunggu, sih, Del? Kamu, ahhh. Padahal aku ingin mengantarmu pulang sekalian mau cerita tentang Aksa.' Bibir hanya mampu tersenyum melihat pesan dari Utami. Untung saja aku sudah pulang. 'Maaf ya, Tam. Soalnya aku buru-buru. Besok saja ya, sekalian kamu main ke kosanku. Hehe' 'Okey lah, Ibu Delisia.' Ternyata bus sudah memasuki halte pergantian. Aku harus turun untuk mengganti bus. Saat baru duduk di kursi yang ada di halte, handphone kembali bergetar. Pertanda ada pesan masuk. Aku pun membuka, mungkin pesan dari Utami lagi. 'Kamu di mana, Delisia? Kenapa belum ada di Apartemen? Utami sudah pulang, kenapa kamu belum?' Aku hanya membaca. Tidak ingin membalas. In
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 120. Menemani Aura

Pak Firman mengakhiri panggilan dengan salam. Aku pun menaruh kembali handphone ke dalam tas. Setelah menunggu beberapa menit, bus yang aku tunggu telah datang. Tidak lama lagi memasuki waktu Maghrib. Aku akan sholat maghrib di rumah sakit saja. Semoga jalanan tidak macet. Tepat pukul tujuh malam, aku sudah berdiri depan pintu ruang inap Aura. Tadi aku sempat bertanya ke Pak Firman, letak ruang inap. Lewat petunjuk satpam, aku akhirnya bisa menemukan ruangan ini. Aku membuka pintu dengan pelan. Takut mengganggu Aura jika dia sedang istrahat. "Delisia, kamu sudah datang?" Pak Firman sedang duduk di sofa. Dia nampak tersenyum padaku. Aku membalas senyum Pak Firman dan menunduk hormat. Kini aku berdiri sambil melihat gadis kecil yang terbaring di bad hospital. Dia sedang membelakangi pintu. Aura langsung berbalik. Mungkin dia tidak sedang istrahat. Sehingga mendengarnya ayahnya menyebut namaku. "Ibu!" ujar Aura dengan suara lemah. Aku melangkah mendekati Aura dengan wajah terseny
last updateLast Updated : 2022-12-12
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
19
DMCA.com Protection Status