Home / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Aku Istri Kekasih Sahabatku: Chapter 91 - Chapter 100

182 Chapters

Bab 91. Kematian Istriku (Pov Firman)

Lama mengingat tentang Delisia, pikiranku pun melayang pada momen saat itu. Tepat di hari aku menjadi seorang ayah. Momen yang memberi kenangan membahagiakan namun juga mengandung kepahitan yang tak mudah di lupa.Ketika itu aku sedang menunggu di depan kamar bersalin. Aku tidak di perbolehkan masuk untuk menemani istriku. Walaupun aku sudah lama bekerja menjadi dokter di sana. Ya, aku memang seorang dokter. Tetapi itu dulu, sebelum musibah menerpa.Saat sedang menunggu dengan doa yang terus di lafaskan, seorang perawat keluar sambil tersenyum, menggendong bayi cantik yang baru saja menyapa dunia lewat tangisannya. Istriku sedang di tangani oleh Andika dan rekan-rekannya yang sedang bertugas di ruang persalinan.Semua berjalan dengan lancar. Aku sangat senang, karena telah resmi menjadi sosok ayah. Aku masih berdiri di depan ruang persalinan. Menunggu di suruh masuk untuk menemui istriku.Tiga puluh menit kemudian, aku melihat tiga orang mahasiswa bidan keluar dengan beberapa perawat
last updateLast Updated : 2022-11-24
Read more

Bab 92. Delisia Sangat Cantik (PoV Firman)

*** Aku sedang berjalan cepat menuju ruang kuliah. Harusnya aku masuk jam delapan. Sekarang sudah pukul delapan lewat empat puluh lima menit. Aku tiba-tiba berhenti, saat mendengar beberapa mahasiswa yang sedang menyebut namaku. “Itu benar nggak, sih? Aku kurang percaya. Masa iya, laki-laki seperti Pak Firman menyukai perempuan kayak Delisia. Selera Pak Firman itu pasti sukanya ke perempuan seperti kita-kita ini. Benar nggak?” Mereka tidak sadar, jika aku ada di belakang. Mereka duduk bertiga menghadap ke taman fakultas. Sedangkan aku berdiri di lorong menuju kelas. Aku belum ingin beranjak, masih mau mendengar kalimat apa yang akan mereka katakana tentang perempuan yang aku cintai. Memangnya ada apa dengan Delisia? Kenapa aku tidak pantas menyukai perempuan sepertinya. “Iya, aku juga tidak percaya. Tetapi, gosip itu sudah tersebar. Nggak tahu deh, siapa yang sudah menyebarkan. Dan info itu di dapat dari mana. Kalau menurutku, itu bisa jadi hanya ucapan candaan dari beberapa orang
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

Bab 93. Berhenti Menjadi Istri Bohongan (Pov Firman)

“Hanya satu soal yang aku berikan! … Jelaskan menurut pendapat kalian, tentang dampak globalisasi pada masyarakat pedesaan!.” Aku berkata sambil berdiri di depan kelas. Semua mahasiswa menulis di atas kertas. “Silahkan kerjakan! Aku kasih waktu kalian lima belas menit dari sekarang!.” Aku memang sering memberikan kuis dadakan pada mahasiswa. Mungkin menurut banyak mahasiswa aku ini dosen yang galak dan misterius. Itu hanya menurut pendapatku. Memang selama mengajar, aku sengaja memasang wajah yang tak pernah tersenyum. Aku ingin menunjukan ke semua mahasiswa, agar mereka menghormatiku. Aku meyakini jika dosen yang killier akan di hargai oleh mahasiswa. Meskipun aku sudah memperlihatkan gaya yang begini, masih ada saja mahasiswa yang berani merayuku. Ya, aku bisa tahu dari cara mereka mengirim pesan. Tetapi, aku tidak pernah tergoda. Apalagi sekarang aku sudah memiliki seseorang yang dicinta. Perempuan berpakaian dan bermake up menor seperti mereka, bukan seleraku. “Waktunya sudah h
last updateLast Updated : 2022-11-25
Read more

Bab 94. Delisia Ingin Menjauh (Pov Firman)

“Kenapa? … Apa yang membuatmu punya keputusan seperti ini?” ujarku dengan tenang namun tegas. Sorot mataku tajam menatap Delisia. Jangan! Delisia tidak boleh membuat keputusan seperti ini. Bagaimana cara agar aku mencegahnya? Apa aku harus kembali mengancamnya dan membuat dia takut padaku? Tetapi, aku kasian pada Delisia jika harus memarahinya atau berkata kasar. Sunggh, aku sebenarnya tidak tega jika merendahkan dan menghinanya. Lelaki mana yang bisa tenang setelah menyakiti perasaan perempuan yang dia cintai? Aku rasa tidak ada. Jika lelaki itu tulus mencintai, dia akan menjaga persaan sosok yang dicinta. “Aku ada kerjaan lain, Pak. Makanya tidak bisa kalau harus ke rumah bapak lagi.” Delisia berkata dengan gugup. Aku yakin dia bohong. Buktinya saja, dia tidak berani menatapku. “Berapa gajimu di pekerjaan itu? Aku akan membayarmu lima kali lipat.” Aku masih berkata dengan sorot mata yang tajam. Delisia menggelengkan kepala. “Ini bukan soal gaji, Pak. Tetapi, aku benar-benar tidak
last updateLast Updated : 2022-11-26
Read more

Bab 95. Tangisan Putri Kecilku (Pov Firman)

Aku tidak bisa bayangkan, apa yang akan terjadi kalau Delisia tidak lagi menjadi pengasuh Aura. Apa yang akan aku katakan jika nanti anak tersayangku itu bertanya? Mungkin aku harus kembali berbohong agar tidak melukai hatinya. Aku melihat jam di pergelangan tangan. Ternyata sudah pukul sebelas lewat lima belas menit. Jam setengah dua belas ini, Aura pulang sekolah. Tadi saat mengantar, guru kelas Aura mengatakan jika hari ini guru-guru akan mengadakan rapat. Sehingga semua siswa akan di pulangkan lebih cepat dari jam biasanya. Aku pun bergegas. Melangkah dengan sorot mata tajam. Sepanjang jalan, banyak mahasiswi yang melihatku. Bukannya terlalu percaya diri, hanya saja tatapan mereka memang menggambarkan sebuah kekaguman padaku. Tak perlu mendengar langsung kalimat pujian dan kaguman, aku bisa melihat dari gerak gerik mereka. Dua puluh menit dalam perjalan, aku akhirnya tiba di sekolah dasar swasta ternama di kota ini. Sekolah yang cukup megah dengan kualitas pendidikan terbaik. Ti
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

Bab 96. Berharap Untuk Bertemu (Pov Firman)

"Aku rindu dengan ibu Delisia, Ayah," ujar Aura dengan suara yang sesegukan. Dia berkata dalam pelukanku. Tangan kecilnya sangat erat memeluk. Aku kembali melepas pelukan. Tangan kanan merapikan rambut di bagian depan Aura yang berantakan. Aku menatap wajah gadis kecilku ini. Dia sangat mirip dengan ibunya. Mereka memiliki bentuk wajah yang sama. Bibir tersenyum lalu berkata, "iya, sayang. Ibu Delisia tadi bilang ke ayah, kalau dia juga sudah sangat rindu denganmu. Nanti kalau Ibu Delisia sudah tidak sibuk lagi, dia akan mengartarmu ke sekolah … Kamu yang sabar ya. Ibu Delisia juga sayang sekali dengan kamu. Hanya sekarang, dia memang tidak bisa menemui kamu, Nak." Aku tahu, apa yang aku lakukan salah. Membohongi anak kecil sepertinya justru akan menjadikan masalah ini semakin rumit. Aura akan sangat terluka jika aku tidak bisa membuktikan ucapanku. Sekarang yang aku harus lakukan adalah membawa Delisia untuk bertemu dengan Aura. Tetapi bagaimana caranya? Aku tidak ingin lagi memak
last updateLast Updated : 2022-11-29
Read more

Bab 97. Pertemuan Dengan Delisia (Pov Firman)

Aku pun mengendara mobil meninggalkan pekarangan rumah. Jika Aura melihatku, dia pasti akan bertanya-tanya, kenapa aku masih berada di halaman rumah. Sepanjang jalan, aku hanya memikirkan Delisia. Aku tidak berharap banyak. Delisia mungkin tidak akan mengikuti keinginanku untuk datang ke restoran itu. Hanya saja, aku harus tetap ke sana. Bisa jadi pikiran buruk ku tidak terjadi, Delisia berbaik hati untuk datang. Tidak apa-apa kalau memang dia tidak bisa ke sana. Aku akan tetap berharap dan menunggu. Setelah tiba di restoran, aku langsung memesan makanan. Sekarang sudah jam makan siang. Tadi aku tidak sempat makan di rumah. Belum ingin banyak bercerita dengan Aura. Dia pasti akan terus membahas tentang Delisia. Aku tidak mau berbohong lagi, jika ada yang dia tanyakan. Sejauh ini, aku sudah terlalu banyak berbohong pada anak itu. “Apa Delisia benaran tidak datang?” Aku berkata lirih sambil menatap pintu masuk restoran. Handphone aku letakan di atas meja. Siapa tahu ada pesan dari Del
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Bab 98. Merindukan Sosok Ibu (Pov Firman)

“Silahkan duduk, Delisia!” ucapku setelah berhenti memperhatikan penampilan Delisia.Jangan sampai tingkahku membuat Delisia tidak suka. Aku tahu, dia perempuan yang tidak senang jika di tatap secara intens oleh lelaki. Aku sudah memperbaiki duduk, agar nyaman berbicara dengannya.Kini Delisia telah duduk di kursi yang ada di depanku. Ada meja yang menjadi pemisah diantara kami. Sepertinya apa yang aku pikirkan benar, kalau ada sesuatu yang tidak beres. Kini Delisia sudah duduk di kursi, tetapi dia belum juga membuka topi, kacamata, dan masker yang menutupi wajahnya.“Kamu mau pesan apa?” tuturku. Sengaja ingin berbasa-basi terlebih dulu.Tak mungkin aku langsung berkata serius. Delisia baru saja tiba, rasanya tidak etis kalau aku langsung berbicara serius padanya. Aku juga masih ingin mengulur waktu sejenak, mau melihat, adakah gerak-gerik yang mengganjal darinya.“Tidak ada, Pak.” Delisia berkata sambil menunduk.Kurang lebih tiga menit berlalu, aku belum juga ingin mengungkapkan al
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Bab 99. Kejujuran Status (Pov Firman)

“Maaf jika aku lancang menolak, Pak! Semua ini harus kita hentikan! Terus memberi harapan pada Aura, itu akan semakin menyakitinya! Kalau bapak bertanya tentang rasa sayangku pada Aura, aku sungguh sangat menyayanginya. Jika yang ditanyakan soal rindu, aku juga sangat merindukannya. Tetapi tidak begini cara untuk menyenangkan hati Aura, Pak. Dia masih kecil. Bagaimana hancurnya dia kalau tahu selama ini seorang ayah yang sangat dia percayai, ternyata telah membohonginya … Aku yakin aura akan sangat kecewa, Pak! … Maaf, aku tidak bisa melakukan semua keinginan bapak lagi. Berbohong bukan lah solusi yang baik!”“Tidak bisa kah kamu memakai perasaan sebagai perempuan. Bagaimana kalau kamu berada di posisi yang sama dengan Aura? Banyak yang mengejekmu karena tidak lagi memiliki ibu. Apalagi Aura masih kecil. Selama ini dia sangat sedih jika di ejek oleh teman-temannya. Aku ingin melakukan yang terbaik untuknya … Dan bagiku ini lah yang terbaik.”Ternyata Delisia masih bersikeras dengan ke
last updateLast Updated : 2022-11-30
Read more

Bab 100. Sebuah Pengakuan (Pov Firman)

Delisia menggelengkan kepala. Apa ini yang membuatnya menangis? Lelaki yang dia cintai dan sudah sah menjadi suaminya, ternyata mencintai perempuan lain. Apalagi perempuan itu adalah sahabatnya. Airmata menjadi jawaban tentang perasaan Aksa padanya.Ada sedikit perasaan senang, mengetahui jika Aksa tak menyukai Delisia. Berarti aku masih punya kesempatan untuk berjuang. Tentang perasaan Delisia yang sudah mencintai Aksa, aku yakin bisa membuatkan suka padaku.Aku mengerti rasa sakit yang menimbulkan bening jatuh dari kelopak Delisia. Perempuan ini memang tidak layak bersanding dengan Aksa. Dia harusnya menjadi milik ku. Jika menikah denganku, aku bahkan tidak akan membuat wajahnya lesu, apalagi sampai mengeluarkan airmata.“Kalau dia tidak mencintaimu, apa yang kamu harus pertahankan, Delisia? Kamu masih muda, di luar sana banyak laki-laki yang bisa menjagamu. Kenapa bertahan dengan pernikahan yang menyakitkan? Aksa juga sudah tunangan dengan Utami. Dia jelas sangat mencintai kekasihn
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status