Home / Romansa / Aku Istri Kekasih Sahabatku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Aku Istri Kekasih Sahabatku: Chapter 101 - Chapter 110

182 Chapters

Bab 101. Pamit Tanpa Berbalik (Pov Firman)

“Bapak pasti bercanda!” ujar Delisia pelan. Dengan tatapan yang sulit aku pahami. Aku menggelengkan kepala. “Tidak, Delisia! Aku sungguh mencintaimu. Bahkan aku sudah berencana ingin melamarmu kalau nanti kamu sudah wisuda. Aku tidak sedang bercanda!” Mataku menatap Delisia dengan tulus. “Kok kok bisa. Mak-sudnya, kok, bapak bisa menyukaiku? Di kampus tidak kekurangan perempuan cantik. Aku tidak percaya dengan yang bapak ucapkan. Bapak pasti sedang bercanda.” Delisia tertawa di akhir kata. Aku tahu itu tawa yang sengaja dipaksakan. Dia merasa malu-malu dan sedikit gugup. Mungkin belum pernah ada laki-laki yang mengatakan perasaan cinta padanya. “Memangnya kenapa denganmu? Apa nya yang salah kalau aku menyukaimu? Aku rasa tidak ada yang salah!” Aku berkata masih sambil menatap mata Delisia. Aku ingin dia bisa melihat gelombang kejujuran dari mataku. Beberapa detik terus tertawa, Delisia pun membalas tatapan mataku. Dia lalu menggeleng dan menunduk. “Ini tidak boleh terjadi, Pak. Aku
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Bab 102. Mengorbankan Gadis Kecilku (Pov Firman)

Kedua tangan bertumpu di meja sambil memegang kepala. Aku tidak peduli dengan banyak pasang mata yang melihatku. Saat ini aku sedang ingin melampiaskan emosi. Tetapi tidak mungkin aku melampiaskan di sini. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Delisia sepertinya marah, mengetahui jika selama ini aku menyukainya. Bagaimana cara agar aku bisa menyadarkannya, aku lah lelaki yang pantas bersanding dengannya? Aku lah sosok yang pantas hidup dengannya. Lima belas menit masih duduk melamun di restoran, aku pun bergegas untuk pulang. Sekarang sudah memasuki waktu maghrib. Sebelum pulang ke rumah, aku singgah terlebih dahulu di rumah. Ketika tiba di rumah, aku langsung menuju kamar Aura. Berharap dengan melihat senyum ceria Aura, bisa mengurangi beban pikiranku. “Ayaaah!” teriak Aura ketika melihatku masuk ke kamarnya. Dia masih memainkan banyak boneka. Hanya sendiri. Sebenarnya aku sangat sedih melihatnya bermain sendiri. Tetapi, aku juga tidak bisa memaksa keadaan. Aura bukan orang yang b
last updateLast Updated : 2022-12-01
Read more

Bab 103 Berdamai Dengan Aksa

***“Delisia, apa ini? Kenapa kamu hanya membuatkan aku roti bakar? Tadi malam aku bilang kalau pagi ini ingin makan nasi goreng,” teriak Aksa. Sepertinya dia sudah melihat makanan yang aku hidangkan di atas meja makan.Aku bisa mendengar suaranya yang sangat keras dari dalam kamar. Aku memang tidak membuatkan nasi goreng seperti keinginannya tadi malam karena tidak sempat lagi. Aku harus ke kampus jam tujuh pagi ini. Tadi selesai solat subuh, aku masih mengerjakan tugas kuliah yang harus di kumpulkan hari ini.“Tidak usah cerewet! Makan saja apa yang sudah ada di atas meja. Kalau kamu tidak suka, nanti di kampus baru sarapan.” Aku berteriak sambil memperbaiki jilbab. Sejak tinggal seatap, aku belum pernah membuka jilbab di hadapan Aksa. Aku masih kurang percaya diri untuk memperlihatkan rambut pada lelaki yang sudah menjadi mahromku ini.Aku hanya takut jika Aksa berpikir macam-macam tentangku. Bisa saja 'kan kalau dia akan berpikir buruk jika aku ingin merayunya? Ya, walau pun sekar
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 104. Ujian Akhir Semester

“Delis!” Aku berhenti dan berbalik ketika ada yang memanggil namaku. Siapa lagi yang biasa memanggilku seperti ini kalau bukan Utami. Aku kini sudah tiba di kampus. Meskipun masih pagi, kampus sudah ramai. Mungkin karena banyak yang akan melaksanakan ujian pagi ini.Kini Utami berjalan cepat ke arah ku sambil tersenyum. Aku pun membalas senyum manis sahabatku.“Tunggu bentar ya, aku mau ngambil sarapan dulu baru ke ruangan. Tadi aku belum sarapan, hehe.” Aku tersenyum tanpa dosa di akhir kalimat.Utami menggelengkan kepala. Seolah heran dengan tingkahku. “Yuk!” Dia lalu menarik tanganku menuju meja yang tersedia banyak bungkusan makanan. Meja itu ada di halaman fakultas yang tidak terlalu jauh dari parkiran.Hari ini masih jadwal ujian akhir semester. Seperti biasa, ketika ujian semester, fakultas akan menyediakan sarapan gratis untuk mahasiswa. Meskipun porsi makanan dalam bungkusan tidak terlalu banyak, tetapi cukup untuk membuat kenyang di pagi hari.Aku mengambil satu bungkus ma
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 105. Pertanyaan Serius Dari Utami

“Hehe … Nggak lah, Tam! Kamu tahu ‘kan, Pak Firman orangnya kayak gimana? Dosen killer seperti beliau, mana mau kasih nilai karena alasan labil seperti itu.”“Iya juga, sih! … Setelah ini kamu mau ke mana? Kita jalan yuk! Aku pengen jalan-jalan sebelum besok menghadapi soal ujian lagi.”Aku tertawa kecil mendengar keinginan Utami yang aneh ini. Mana bisa jalan-jalan saat besok mau ujian. Yang harusnya kita lakukan itu belajar, bukan pergi jalan. Aku ingin dapat nilai yang bagus di ujian semester ini, mana sempat berpikiran untuk jalan-jalan.“Ada ada saja kamu ini, Tam! Kalau punya keinginan itu, jangan yang aneh-aneh,” ujarku menertawai Utami.“Apanya yang aneh, Mentari Delisia! Kita juga butuh refresing, supaya otak tidak buntu. Lama-lama bisa gila loo, kalau otak sudah penuh.” Utami sesekali membesarkan matanya saat berkata.Aku gemas sekali melihat sahabatku ini. Kami berdua masih berjalan di lorong jujuran. Aku menoleh melihatnya. Utami menunduk, mungkin karena aku tidak lagi men
last updateLast Updated : 2022-12-02
Read more

Bab 106. Tak Mudah Percaya

"Itu tidak benar 'kan, Del?“"Maksudnya apa sih. Aku nggak ngerti lo ini. Tari melihatku di mana?""Tari melihat kamu jalan berdua dengan Aksa di Loby Apartemen. Waktu itu dia mau ke Apartemen sepupunya yang ada di lantai dua, satu gedung dengan Apartemen Aksa. Tari pasti salah lihat ‘kan, Del?.""Ya nggak mungkin lah, Tam! Masa iya, aku jalan berdua dengan Aksa, apalagi dia lihatnya di loby Apartemen Aksa. Itu sudah pasti salah! Ngapain coba aku ke sana? Dan yang lebih anehnya lagi, aku terlihat jalan dengan Aksa. Menjadi pertanyaan besar tuh, kenapa aku jalan dengan dia dan berada di Apartemen? Sangat tidak mungkin!""Aku percaya, kok. Tidak mungkin itu kamu. Tari pasti salah lihat orang."Utami masih saja berkata tanpa melihatku. Apa yang keluar dari bibir Utami, sepertinya tidak sesuai isi hatinya. Aku yakin sekarang Utami sedang berpikir macam-macam tentangku. Ya, meskipun yang dia pikirkan sebetulnya benar. Tetapi aku harus bisa menyanggah dan membuatnya percaya, jika yang diuc
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Bab 107. Berusaha Meyakinkan

"Percayalah padaku, Utami! Aku tidak akan pernah mengecewakanmu."Aku tersenyum dan mengusap pelan satu tangan Utami yang sedang memegang persneling mobil. Bibir berkata demikian, namun hati merasa sakit. Aku akan berusaha mengabulkan janji itu. Ya, akan berusaha! Setelah bercerai nanti, aku akan menjauh dari kehidupan Aksa.Aku akan menjamin, akhir dari kisah ini, Utami akan hidup bahagia dengan Aksa. Mungkin semua ini sangat berat untukku. Tetapi, aku akan berusaha melakukannya. Utami - dia sahabatku, mana mungkin aku bisa melihatnya terluka."Aku kemarin bertengkar hebat dengan Aksa, Del. Aku jadi merasa bersalah padanya." Kini Utami menoleh padaku sejenak, lalu kembali melihat jalan.Dari yang terlihat, wajah Utami sudah tidak seperti tadi lagi. Aku sepertinya berhasil membuatnya percaya jika aku dan Aksa tidak memiliki hubungan khusus. Semoga tidak ada lagi keraguan di hatinya. Kalau tidak, aku merasa kasihan pada Aksa. Masalah ini pasti akan mengganggu pikiran Aksa. Aku tahu Aks
last updateLast Updated : 2022-12-06
Read more

Bab 108. Harus Mencari Kos

"Aku langsung antar ke kosan kamu 'kan?" tutur Utami memecah keheningan diantara kami. "Nggak usah, Tam! Aku mau singgah di minimarket dulu. Kamu turunin aku depan minimarket di samping Gang saja." "Oh okey kalau begitu! … Del, aku sudah lama sekali nggak main ke kosan kamu. Aku rindu kita makan bareng kayak dulu di kosan kamu. Kapan kita bisa beli makanan di luar, terus di bungkus dan makannya di kosan kamu?" Utami sudah kembali ceria lagi. Perempuan ini memang terlalu mudah suasana hatinya berubah. "Iya, yah, Tam! Kita sudah lama tidak makan bareng di kosanku. Aku juga sudah terlalu rindu dengan momen itu." Lagi dan lagi aku harus berbohong. Memasang mimik wajah seolah tidak ada yang terjadi. Ada rasa jenuh dengan setiap kebohongan yang selalu terucap dari bibir. Hanya saja, aku tidak punya pilihan selain menyikuti skenario ini. Berkata jujur bukan solusi. Meskipun aku tahu dosanya sangat besar. Aku dan Aksa sudah memulai semuanya dengan kebohongan. Lebih tepatnya, aku mengikut
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Bab 109. Aksa Cerewet

"Di sini saja, Tam! Ada yang ingin aku beli di minimarket," tuturku dengan suara pelan. Kini mobil sudah dekat dengan minimarket yang ada di samping gang kos ku yang dulu. Aku memang harus menyuruh Utami berhenti sekarang, agar dia memelankan laju mobil dan berhenti tepat di depan minimarket. Bisa bahaya jika dia lupa dan terlanjur masuk Gang. Lebar gang masuk hanya bisa di lewati oleh satu mobil. Sehingga jika sudah terlanjut masuk sulit untuk keluar. "Oh iya, bentar. Aku berhenti di depan dikit." Tepat di depan minimarket, ada mobil yang terparkir. Tidak mungkin Utami berhenti, karena itu sudah mengambil bagian jalan. Dalam hitungan beberapa detik. Mobil sudah menepi. Aku pun turun setelah sedikit berbasa-basi dengan Utami tentang ujian besok. Aku lalu masuk ke supermarket dan hanya membeli satu botol air mineral. Setelah keluar, Utami sudah tidak ada. Sebelum pulang, aku terlebih dahulu melaksanakan solat. Kebetulan di samping minimarket ada masjid. Meskipun tidak terlalu bes
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more

Bab 110. Berusaha Membuat Nyaman

Aku melihat sejenak di ruangan santai. Ternyata Aksa masih saja fokus melihat pertandingan bola. Aku masih tidak menyangka, dia menungguku pulang. Setidaknya aku bisa merasakan hal-hal kecil dalam pernikahan, layaknya menjadi seorang istri. Lima belas menit terlewatkan, aku akhirnya keluar dari dapur dengan membawa piring yang berisi nasi goreng. Aku sengaja memasukan toge sebagai campuran nasi goreng ini, karena Aksa sangat suka dengan toge. Padahal aku tidak pernah membuatkan nasi goreng dengan tambahan toge sebagai campuran. "Aksa, mau makan sekarang atau tunggu pertandingan bola nya selesai?" Aku berkata dengan setengah berteriak. Di atas meja sudah tersedia dua piring nasi goreng dan dua gelas air minum. Aksa menoleh. "Ya makan lah, aku sudah lapar!" Dia langsung berdiri dari sofa dan melangkah ke arahku. "Lagi pula, yang aku dukung kemungkinan besar akan kalah. Permainan mereka malam ini kurang bagus. Padahal tadi mereka memiliki peluang banyak untuk mencetak gol. Sangat meng
last updateLast Updated : 2022-12-07
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status