Semua Bab Aku Istri Kekasih Sahabatku: Bab 121 - Bab 130

182 Bab

Bab 121. Ungkapan Tulus Pak Firman

"Handphone ibu dari tadi berdering. Kenapa tidak diangkat?" tanya Aura dengan suara lembut. "Nanti saja ibu angkat. Ibu masih ingin bercerita dengan kamu, Nak." Setelah lama menemani, Aura kini sudah tertidur setelah lama bercerita denganku. Jika tidak mengantuk, mungkin masih banyak yang ingin dia ceritakan. Aku berdiri dan melangkah menuju sofa yang ada di ruangan ini. Ada Pak Firman yang sedang duduk sambil membaca buku. Sepertinya Pak Firman masih tak menyadari jika aku mendekat. "Maaf, Pak! Aku izin untuk pulang. Ini sudah malam." Aku berkata sambil menunduk. Kini aku sudah duduk di sofa. "Tidak bisakah malam ini kamu menginap di sini?" ujar Pak Firman setelah menutup bukunya. Aku terdiam cukup lama. Pak Firman juga tidak bersuara. Dia hanya menatapku. Entah apa yang ada dalam pikirannya, hingga betah menatapku begitu lama. Aku sungguh malu jika dilihat seperti ini. Aku tidak ingin bermalam di sini. Tetapi, aku juga tidak tahu cara untuk menolak. Aku yakin, akan selalu ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

Bab 122. Aksa Khawatir?

Tidak ingin terlarut dalam rasa haru. Aku harus berusaha untuk menolak. Walau bagaimanapun aku tidak boleh berdua-duaan dengan Pak Firman di sini. "Besok aku masih ada jadwal ujian, Pak. Aku tidak membawa buku untuk belajar. Maaf, aku tidak bisa menginap di sini. Nanti kalau besok selesai ujian, aku langsung datang ke sini," ujarku dengan menunduk setelah Pak Firman berhenti berkata. Aku sengaja mengalihkan pembicaraan. Rasanya tidak tega mendengar ketulusan Pak Firman. Dia terlihat sangat menyayangiku. Tidak ada kebohongan dalam ucapannya. Mungkin jika aku di cintai oleh lelaki seperti Pak Firman, aku akan menjadi ratu yang sangat dimuliakan. Kenapa Allah tidak takdirkan aku berjodoh dengan orang sebaik Pak Firman? Kenapa bukan lelaki sepertinya yang aku cintai? Aku bisa menerimanya meskipun dia sudah memiliki anak. Tetapi perasaanku tidak bisa dipaksakan. Aku sudah terlalu mencintai Aksa. Lelaki yang sudah aku tahu tabiatnya. Mungkin benar jika aku perempuan bodoh. Tetapi aku ju
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-12
Baca selengkapnya

Bab 123. Menuju Kos Delisia (Pov Utami)

*** Aku sedang mengendarai mobil menuju kos Delisia – Dia sahabatku sejak masuk kuliah. Perempuan berjilbab yang lembut. Sosok sahabat yang selalu menegur ketika aku salah. Dia sedang ada di sampingku. Dari tadi dia hanya diam saja. Ya, Delisia memang bukan tipe perempuan yang banyak bicara. Selama bersahabat, sangat jarang dia memulai percakapan. Tetapi aku suka bersahabat dengan tipe perempuan seperti Delisia. Aku bisa bercerita sepuasnya tanpa disuruh berhenti, karena dia pendengar terbaik. Seperti saat ini, Delisia hanya berbicara kalau aku tanya. Sesekali dia merespon ucapanku dengan kalimat. Namun, terkadang yang tersenyum. "Mobil Aksa ternyata ada di belakang kita, Del," ujarku, sambil menoleh pada Delisia. "Oh, Iya." Hanya itu kata yang terucap dari bibirnya. Kini mata Delisia kembali melihat jalan. Gadis berjilbab di sampingku ini memang bukan perempuan ceria sepertiku. Dia tidak heboh, meskipun aku sudah memancing agar dia ikutan heboh. Aku sangat menyayanginya. Aku ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-15
Baca selengkapnya

Bab 124. Kos yang Berbeda (Pov Utami)

"Dari pada pacaran mendingan langsung menikah saja. Belum tentu saat pacaran, kalian bisa saling mengenal dengan jelas. Banyak loo, Tam, orang yang lama pacaran tetapi sebulan dua bulan nikah langsung cerai." Aku masih mengingat ucapan Delisia yang membuat aku memutuskan untuk meminta Aksa melamarku. Setelah tidak pernah lagi mendapat nasehat dari Delisia, aku pun berpikir untuk menyuruh Aksa melamarku. Mungkin Delisia merasa jenuh sehingga tidak lagi menasehatiku. Tak ingin membuat Delisia kecewa, aku akhirnya membuat keputusan itu. Kini hubunganku dengan Aksa sudah naik ketahap serius. Ya, Aksa sudah serius akan menjadikan aku sebagai istrinya. Perempuan mana yang tidak senang ketika akan menikah dengan lelaki yang dia cintai. Kalau bisa mempercepat waktu, aku justru ingin pernikahan dilangsungkan besok saja. Toh kami sudah punya segalanya. Orang Tuaku dan orangtua Aksa bukan orang melarat. Jadi kami juga tidak akan hidup sengasara. Tetapi Aksa tidak mau, dia ingin kami mendapa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-15
Baca selengkapnya

Bab 125. Keanehan Delisia (Pov Utami)

"Iya, Tam. Kamu bisa datang sesuka hatimu ke sini," ujar Delisia sambil tersenyum. "Aku sudah memesan makanan. Kita tunggu saja." Aku melihat kembali menu makanan yang baru saja aku pesan. Sudah benar, tinggal di tunggu. Mungkin kurang lebih tiga puluh menit, makaan yang dipesan ini datang. Aku sering memesan makanan di restoran ini, karena selain enak, penyajiannya juga cepat. "Lama nggak? Aku sudah lapar. Kamu pesan apa, Tam?" ujar Rian. Untung dia ini sahabat kekasihku. Kalau tidak, mana mau aku berteman dengannya. Rian ini orang yang tidak sabaran. Dia juga suka ceplas ceplos kalau sedang berbicara. Heran deh, kenapa Aksa memiliki teman sepertinya. "Sabar dikit lah! Jadi manusia itu kalau tidak sabaran, bagusnya dibuang ke planet lain. Bikin kotor bumi saja!" Aku berkata dengan wajah kesal melihat Rian. Mataku berotasi dua kali. Harusnya tadi Rian tidak usah ikut. Aku juga heran dengan kakasihku yang super pendiam kalau melihatku berdebat dengan sahabatnya. Dia tidak pernah men
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-17
Baca selengkapnya

Bab 126. Delisia Gelagapan (Pov Utami)

Melihat tindakan Delisia yang menurutku sedikit aneh, aku kembali mengingat perkataan Tari dan kawan-kawannya. Tidak mungkin! Delisia sahabatku. Dia tahu jika aku sangat mencintai Aksa. Tak mungkin dia berselingkuh dengan Aksa di belakangku. "Del, diluar ada driver," ujarku saat sudah berada di samping Delisia. Bahkan sahabatku ini sepertinya tidak menyadari jika aku sudah berada di sampingnya. "Oh iya." Delisia langsung berdiri. Dia melangkah lalu membuka pintu utama, lalu membuka gerbang. Hanya itu kah respon Delisia? Sekedar mengatakan ‘oh iya’. Ada apa dengannya? Terlihat dari raut wajah, Delisia seperti orang yang sedang punya masalah. Aku tidak ingin berpikir buruk. Tetapi, keadaan memaksa diri untuk memikirkan. Apa benar selama ini Delisia menjadi simpanan Aksa? Bisa jadi Delisia membayar kos ini dari hasil pekerjaan haram itu. Kalau tidak, dari mana dia mendapatkan banyak uang. Delisia bukan anak orang kaya. Maafkan aku, Del! Mulai sekarang aku harus mencari tahu tentang k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-17
Baca selengkapnya

Bab 127. Mencari Orang Suruhan (Pov Utami)

Aku, Aksa, Rian dan Juna akhirnya pulang dari kos Delisia setelah beberapa jam berada di sana. Sahabatku itu mengantar hingga gerbang. Namun, aku tak langsung pulang ke rumah. Ada hal penting yang ingin aku lakukan sekarang.Ya, aku melajukan mobil menuju rumah Raisa - Sepupuku. Tadi aku sudah minta izin pada Aksa kalau ingin main ke sana. Aku sebenarnya tidak terlalu sering ke sana. Tetapi jika ada sesuatu yang penting, biasanya aku akan minta tolong pada Raisa.Setelah tiba, aku langsung menuju kamar Raisa. Beberapa asisten rumah menyapaku. Setelah masuk ke kamar, aku pun melangkah ke kasur."Rai, kamu punya kenalan untuk bisa memata-matai seseorang, nggak?" tanyaku sambil berbaring di kasur. Raisa masih mengerjakan laporan. Aku tak peduli dengan kesibukannya. Tak mengapa jika aku mengganggunya setengah jam."Kalau datang itu bilang-bilang dulu. Sekarang aku masih sibuk. Nanti saja kalau mau cerita," ujar Raisa sambil mengetik.Memang Raisa sangat sibuk. Dia kuliah di jurusan biolog
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya

Bab 128. Foto di Layar Handphoneku (Pov Utami)

"Kenapa kamu meragukan ucapan Delisia? Bisa jadi benar, orang itu bukan dia. Lagi pula, masa sih Aksa selingkuh dengan Delisia. Sangat tidak mungkin lah, Tam." Raisa berkata dengan meninggikan suaranya. "Gini lo maksudnya, Tam. Aksa ‘kan memiliki kekasih yang sangat cantik. Masa iya, dia selingkuhnya dengan perempuan seperti Delisia? Aku tidak akan percaya … Tidak usah habiskan uangmu untuk mencari tahu sesuatu yang sia-sia. Mendingan kamu ajak aku jalan-jalan ke luar negeri. Kebetulan aku juga sudah mau liburan semester."Aku terdiam mendengar ucapan Raisa. Hatiku menolak. Tidak bisa! Dari pada terus penasaran, aku harus tetap mencari tahu. Jika Ranisa tidak bisa membantu, aku akan mencari sendiri orang yang bisa membantuku."Aku akan tetap memata-matai mereka, Ray. Kalau memang yang dikatakan oleh Tari - Teman kelasku, bohong, atau dia sengaja ingin merusak hubungan persahabatan ku dengan Delisa, ya, It's okey. Tetapi, bagaimana kalau yang Tari katakan benar? Aku bukannya meragukan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-18
Baca selengkapnya

Bab 129. Mungkin Aku Bukan Sahabat Baik (Pov Utami)

Keesokan harinya tepat di sore hari, ternyata Raisa mendatangkan teman yang dia maksud tadi malam. Aku pikir dia lupa karena dari pagi sudah ke kampus. Senang rasanya punya sepupu yang bisa diandalkan seperti dia.Aku, Raisa, Robi – Lelaki yang akan menjadi orang suruhanku, kini duduk di sofa ruang tamu. Raisa masih berbasa-basi memperkenalkan lelaki bernama Robi yang telah duduk di hadapanku.Setelah Raisa berhenti berkata, aku pun bersuara. "Aku ingin kamu mencari tahu tentang orang ini." Aku meletakan foto Delisia yang sudah aku print pakai kertas HVS.Wajah Delisia nampak jelas. Aku yakin jika orang ini sudah berpengalaman, dia pasti akan cepat menemukan yang aku inginkan."Namanya Delisia. Dia tinggal di Gang Melati depan Rumah Sakit Kencana. Tolong kamu ikuti dimana pun dia pergi. Jangan sampai ketahuan. Terserah, bagaimana cara kamu mendapatkan informasinya."Aku berbicara dengan menatap serius lelaki di hadapanku. Tidak tahu, Raisa menemukan orang ini di mana. Kok bisa, Raisa
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-19
Baca selengkapnya

Bab 130. Kebohongan Delisia (Pov Utami)

***Satu Minggu telah berlalu. Hari ini aku ada janji untuk bertemu Robi di Restoran Kazia. Retoran yang tidak terlalu jauh dari Rumah Raisa. Tetapi aku hanya akan bertemu dengan Robi. Raisa tidak bisa ikut karena sedang berada di luar kota.Aku mengendara mobil menuju Restoran. Tadi Aksa mengajak untuk jalan-jalan. Tetapi aku mengatakan mau ke Rumah Raisa. Sekali-kali tidak apa-apa berbohong. Yang sedang aku lakukan sekarang juga untuk kepentingan hubungan kami. Kalau rasa penasaran belum dituntas, aku akan sering mencurigai Aksa. Meskipun hati kecilku mengatakan jika Aksa tidak mungkin berselingkuh, apalagi selingkuhnya dengan Delisia. Aku melihat jam di pergelangan tangan. Ternyata sudah jam empat lewat. Tadi aku mengatakan pada Robi untuk bertemu di jam empat sore. Aku turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam Restoran. Ternyata Robi sudah menungguku."Apa saja yang kamu sudah temukan?" ujarku setelah duduk di kursi. Aku bahkan belum memesan minuman apapun. Rasanya tidak ing
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-12-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status