Semua Bab PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN: Bab 51 - Bab 60

104 Bab

051 - Kasihani Dirimu

Petugas itu sedikit menaikkan satu alisnya, nampak langsung paham bahwa benar ada sesuatu antara Yusuf dan Rendy.“Apa kamu bermaksud untuk melindunginya karena rasa kasihan?” tanyanya.Yusuf hanya diam seribu bahasa. Dia sadar juga bahwa orang di sebelahnya itu adalah seorang polisi. Cukup wajar juga petugas itu langsung tahu niatnya. Petugas itu pun kembali menghela nafas dan menyandarkan punggungnya ke dinding.“Terus terang saja, ini sudah bukan lagi ranah perdata,” terang polisi itu mengingatkan. “Tanpa laporanmu pun, dia tetap akan diusut karena tuduhan tindak pidana. Preman itu tetap ditahan, dan mereka akan tetap menyeret laki-laki itu dengan keterangan mereka. Maaf saja, dari reaksimu itu aku tahu betul bahwa kamu memiliki petunjuk atas motif ini. Jika kamu tidak mau bekerja sama, justru ada resiko kamu akan dituntut karena menghalangi proses penyelidikan,” jelas Syukri mencoba menakut-nakuti Yusuf.Yusuf masih terdiam memikirkan peringatan polisi itu. Dia pun mulai memijit k
Baca selengkapnya

052 - Pesaing Baru

Dalam satu minggu itu, Yusuf sudah tiga kali melakukan bisnis yang sama. Masih dengan empat pedagang yang sama, dan masih dengan merental mobil yang sama.Namun keempat pedagang itu belum berani memesan secara tetap pada Yusuf. Mereka masih harus membeli barang pada pedagang lainnya, dan separuhnya mereka dapatkan dari Yusuf. Satu-satunya alasan mereka berbuat seperti itu hanyalah untuk menghindari perhatian dari para distributor lain yang lebih berpengaruh.Namun pada akhirnya, tetap saja berita itu sampai pada Mahzar, salah satu distributor besar paling berpengaruh setelah Harmoko.“Jadi ada distributor lain yang memasok pada mereka, ya?” ujar Mahzar, pria berwajah bulat dengan kepala licin mengkilap dibagian depannya itu.“Benar, Pak! Setahuku ini sudah yang kedua kalinya mereka memasok barang dari orang tersebut. Bisa saja sudah lama seperti ini tanpa sepengetauhan kita,” jelas anak buahnya itu.“Apa kau tahu siapa saja yang bermain?” tanya Mahzar lagi.“Kalau tak salah, mereka ad
Baca selengkapnya

053 - Demi Masa Lalu

Alasan kenapa Yusuf menolak permintaan Firman dan yang lainnya bukan hanya untuk menghindari perhatian para distributor besar di kota saja. Pasalnya, dia sekarang juga sedang sibuk, harus mendatangi proses pengadilan di ibu kota kabupaten sebagai saksi. Belum lagi soal para wartawan lepas yang mulai sering mendatangi rumahnya. Meski Yusuf selalu menolak mereka, mau tak mau cerita itu sampai juga pada Rayna dan Mak Sannah. Untungnya tak lagi ada yang perlu mereka khawatirkan, karena seluruh preman yang terlibat pun sudah tertangkap. “Jadi kapan kamu akan ke pengadilan lagi?” tanya Rayna, yang baru datang membawakan satu teko kopi di saat suaminya itu sedang sibuk di ladang. “Tak tahu juga. Lagi pula, aku sudah memberikan keterangan saksi sebelumnya. Kalau bisa sih, aku tak mau lagi terlibat dengan ini,” balas Yusuf. Rayna pun memanggil Dani dan juga Bobby untuk menawarkan kopi pada mereka. Setelah itu dia berbalik hendak kembali ke rumah. “Eh, aku cuma mau bilang, tadi pagi datang
Baca selengkapnya

054 - Dinginnya Danau Atas

Rayna masih termangu di sana. Agaknya dia sempat mendengar kata-kata Yusuf yang terakhir itu. Dia tak habis pikir, adiknya yang mana yang tadi dibicarakan Yusuf. Dia hanya tahu soal Aisyah, yang jelas-jelas sampai sekarang masih hidup.Hingga kemudian dia jadi terpikirkan juga soal beda umur Yusuf dan Aisyah yang terbilang sangat jauh, terpaut hampir 15 tahun. Rayna pun mulai menduga-duga, mungkinkah Yusuf memiliki seorang adik lain yang sudah meninggal.“Apa tadi yang kalian bicarakan, Suf? Apa kamu memiliki seorang adik selain Aisyah?” tanya Rayna.Yusuf pun langsung berpaling, hanya memperlihatkan punggungnya pada Rayna. ‘Tolong jangan ikut-ikutan untuk mengungkit masalah itu,” ujar Yusuf lirih.DI situ Rayna mulai terlihat kesal. Dia sejauh ini sudah sangat pengertian, mencoba mengabaikan segala masalah masa lalu suaminya itu. Tapi kenyataannya, terlalu banyak hal yang tiba-tiba saja sekarang kembali mengusik hidup mereka. Tak bisa lagi rasanya Rayna berpura-pura abai soal semua i
Baca selengkapnya

055 - Melampiaskan Rasa Bersalah

Saat hari semakin senja, dan kabut pun semakin tebal, Rayna datang ke kawasan panorama itu. Sudah cukup lama juga dia diliputi rasa khawatir mencoba mencari keberadaan suaminya itu. Namun sekarang, ini satu-satunya tempat yang terpikirkan oleh Rayna. Karena memang suaminya itu sering bercerita kalau dia suka menyendiri di tempat tersebut.  Dia pun mulai bertanya-tanya pada sedikit warung yang masih buka di kawasan panorama itu. Untungnya, rata-rata orang di kampung itu cukup mengenal suaminya itu.  “Bu, apa Yusuf ada ke sini tadi?” tanyanya Rayna dengan menyembunyikan raut wajah khawatirnya.  “Oh, si Yusuf. Kalau tak salah dia berjalan ke arah sana. Coba saja lihat sampai ke ujung.”  “Makasih, Bu!” balas Rayna berlalu pergi.  Namun sekarang Rayna terlihat tenang setelah menemukan Yusuf hanya duduk di dekat gazebo itu.
Baca selengkapnya

056 - Terikat Oleh Kusutnya Mie Instan

Tatapannya begitu kosong, sama sekali tak terlihat emosi sedikit pun. Tidak sedikit pun sedih, tidak juga marah. Benar-benar dingin seperti tak lagi memiliki hasrat untuk hidup.  Setelah selesai dengan itu, perhatiannya teralihkan ke arah HP di atas kasur yang tak lagi berbunyi. Dia berniat untuk meninggalkan pesan pada kedua anaknya, serta menulis pesan singkat untuk permintaan maafnya atas kematian Nisa adiknya Yusuf.  Hingga tiba-tiba pesan yang dikirim Yusuf pun sampai. Mila membuka pesan itu. Tak panjang memang. Namun pesan yang singkat itu kembali menghadirkan emosi di raut wajah Mila yang sebelumnya sempat dingin dan mati rasa. Senyumnya terpancing keluar diiringi sedikit tawa geli dengan raut wajah konyol. Air matanya tetap jatuh, hanya saja dengan perasaan yang begitu lapang.  Kembali tatapannya kosong, tak tahu juga apa yang sekarang terlintas di pikirannya. Hari pun sudah mulai senja. Kamar itu
Baca selengkapnya

057 - Kejelasan Sikap

Sekarang Rayna menjadi sedikit merasa iri. Meski Yusuf sudah menjadi suaminya, Rayna merasa kisah suaminya dengan Mila di masa lalu jauh lebih indah dari hubungan mereka saat ini.Namun dia sedikit merubah pandangannya juga, berpikir mungkin itu hanya godaan setan saja membisikkan rasa iri seperti itu. Namun di sepanjang perjalanan pulang, Rayna menjadi sedikit penasaran juga dengan pesan yang dikirim Yusuf pada Mila.“Aku rasa, tadi itu dia memang berpikir untuk bunuh diri. Lalu pesan yang kamu kirim mampu mencegahnya,” ujar Rayna.“Mulai lagi deh. Jangan pikir yang aneh-aneh. Ini bukan kisah sinetron seperti yang kamu lihat di TV,” balas Yusuf mencoba mengelak.“Emangnya apa yang kamu katakan padanya?” tanya Rayna mulai memancing.“Serius kamu ingin tahu? Bisa-bisa kamu akan ngambek lagi,” jawab Yusuf dengan sedikit nada menggodanya.Mendapatkan peringatan seperti itu justru malah semakin memancing rasa penasaran Rayna. Tapi dia menyadari juga kalau Yusuf memang sengaja memancing ra
Baca selengkapnya

058 -

Para petani itu langsung terdiam mendengar sanggahan dari Rayna. Satu dari mereka nampak sembunyi-sembunyi menyikut teman di sebelahnya, si petani yang sebelumnya ceplas-ceplos berbicara soal Yusuf.Satu dari mereka yang paling senior segera mengurai kebuntuan tersebut. Karena sejatinya, bukan itu maksud kedatangan mereka ke rumah Yusuf.“Maaf, jangan salah paham dulu, Suf!” ujarnya langsung pada Yusuf.Rayna pun menepuk bahu Bobby dan memberikan kode agar dia berdiri dari bangkunya. Rayna merebut bangku itu secara dingin dan ikut duduk di sebelah Yusuf.Dia menyilangkan kedua lengannya di dada, nampak dingin menantikan penjelasan dari petani tersebut. Petani tua itu hanya manggut-manggut sungkan sebelum melanjutkan penjelasannya.“Kami datang bukan bermaksud menuduh-nuduhmu, Suf. Justru sebaliknya, kami ingin memastikan apa kamu akan meneruskan menjual hasil panen para petani di sini?” tanya pak tua itu.“Maksud Bapak, soal aku jadi distributor seperti para tauke itu?” tanya Yusuf me
Baca selengkapnya

059 -

Menjelang menunggu proses pembelian mobil itu rampung, Yusuf sibuk melobi kembali pedagang yang sebelumnya sempat berbisnis dengannya. Dan memang pada kenyataannya, mereka sedang mengalami kesulitan juga untuk pengadaan barang.Ketika mereka mulai berhenti mendapatkan pasokan dari Yusuf, anehnya mereka juga mulai kesulitan membeli barang dari sesama pedagang lain. Sementara mereka juga masih tak bisa memasok barang dari para tauke karena pengaruh dari Bu Harmoko.“Jadi mereka keberatan menjual barang pada kalian?” tanya Yusuf.[Benar! Mereka tak bilang alasannya. Justru di situ kami semakin yakin, sepertinya ada yang menekan. Kalau memang masalahnya hal sepele, tentu mereka akan cerita saja seperti biasa. Toh, kita ini sudah sama-sama berjualan juga bertahun-tahun di sini]“Tapi masalahnya, mobil yang kubeli mungkin baru akan bisa dipakai sekitar dua minggu lagi. Masih ada beberapa hal yang harus kuurus. Dan lagi, ragu juga langsung memakainya untuk angkut barang banyak-banyak dalam k
Baca selengkapnya

060 -

Dalam perjalanan menuju rumah petani itu, Yusuf juga tetap sibuk menghubungi petani-petani lain untuk menanyakan ketersediaan barang. Hingga kemudian, saat mereka sudah dekat dengan rumah petani yang sudah dihubungi tadi, Bobby langsung menyenggol lengan Yusuf.“Bukankah itu truk milik mertuamu?” seru Bobby.Yusuf pun membatalkan niatnya untuk melakukan panggilan yang lain. Dani yang duduk di bangku belakang ikut maju untuk melihat. Tentu mereka bertiga cukup familiar dengan truk itu karena sudah lama juga berkerja dengan Harmoko.“Jangan-jangan David lagi,” gumam Bobby.“Lho, memangnya sekarang si David sudah ikut juga turun ke ladang mencari pasoakan barang?” tanya Dani.“Sudah pasti, kan?! Sejak Yusuf tak lagi kerja dengan Pak Harmoko, siapa lagi yang bisa diandalkan untuk melobi para petani di kawasan ini,” balas Bobby.Mobil kijang itu pun berhenti tak terlalu jauh di belakang truk tersebut. Yusuf agak ragu juga, karena seingatnya petani yang dia hubungi tadi hanya punya delapan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status