Home / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN: Chapter 61 - Chapter 70

104 Chapters

061 - Mahzar Dan Tangan Kotornya

Yusuf pun tersenyum sumringah, berbarengan dengan sumringahnya wajah petani itu. Tinggal David seorang yang diam dengan wajah masamnya.“Kalau begitu, aku tinggal dulu, Pak. Mau menemui petani lainnya,” ucap Yusuf pamit.Petani itu manggut-manggut dan tak lupa mendoakan urusan Yusuf lancar. Yusuf berlalu dengan tak lupa sedikit menepuk lengan David sekali dan pergi meninggalkannya di sana tanpa berkata apa-apa lagi padanya. David hanya bisa menahan rasa kesalnya, melihat Yusuf berlalu pergi.Diperjalanan, Yusuf masih sibuk menelepon untuk memastikan ketersediaan barang dari petani lainnya. Hingga dalam satu hari itu dia merampungkan semua permintaan yang diterimanya dari Firman.Bahkan sebagian petani malah menawarkan lebih karena masih memiliki persediaan panen lainnya. Namun Yusuf meminta mereka untuk menahan dulu.“Kenapa tak ambil saja dulu, dan taruh di rumahmu. Daripada nanti diambil orang. Aku yakin Firman dan yang lainnya masih akan memesan,” usul Bobby.“Biar nanti kita saja
Read more

062 -

Pada akhirnya, Bobby keluar dan mengetuk pintu rumah Dani. Tak lama menunggu, Dani datang membukakan pintu.“Boleh aku menginap di sini saja dulu bersamamu?” tanya Bobby.Dani tersenyum, cukup mengerti juga perasaan temannya itu saat ini.“Masukalah, biar aku yang parkirkan mobilnya,” ucap Dani meminta kunci mobil pada Bobby.Pada akhirnya, mobil itu mereka parkir di halaman rumah Dani dan memilih untuk menginap di sana.Kenyataannya, beberapa preman yang tak dikenal memang sedang ramai duduk-duduk menjelang ke perbatasan kota. Sebagian terlihat memegang balok kayu, ada juga yang membawa kunci inggris. Yang lebih parah itu, seorang remaja tanggung dengan samurai karatan.Seakan mereka di sana sedang menantikan sesuatu hingga menjelang tengah malam. Tak jelas untuk apa. Yang jelas, mereka baru bubar setelah ada pergerakan mobil patroli polisi dari arah bawah bukit.Sejatinya, mobil patroli itu hanya lewat saja hendak menuju satu pos di dekat kawasan Hutan Raya Muhammad Hatta. Tapi teta
Read more

063 -

Saat subuh, ketika ibu dari Dani datang membangunkan anaknya untuk salat, kebetulan pas HP anaknya itu berbunyi.“Woy, Dan! Subuh!”“Hm? Ntar dulu lah Bu.”“Ntar kapan? Tunggu masuk neraka dulu mau salat? HP-mu berbunyi terus tuh!”Baru di situ Dani meraih-raih HP-nya dan menjawab panggilan itu dengan mata masih terpicing.[Hey, apa kalian baik-baik saja? Kenapa sudah sekali menelepon kalian?]“Iya, sorry! Kami langsung tertidur kemarin. Ini juga dibangunin ibuku. Tak tahu juga, mungkin HP-nya tertindih bantal, jadi tak kedengaran.”[HP Bobby pun sudah tak bisa aku hubungi dari kemarin. Maaf aku mengganggu tidurmu. Aku hanya khawatir saja]“Cewekmu ya?” sela ibunya bertanya dengan suara lantang. “Giliran ditelepon cewek saja baru mau bangun. Sudah sana, salat dulu! Bangunkan juga si Bobby. Ga enak kalau ibu juga yang bangunin.”Dani pun akhirnya menutup telepon itu. Pada kenyataannya, memang Yusuf juga yang meneleponnya.“Kalau begini, Ibu jadi ragu apa kamu salat atau tidak waktu tin
Read more

064 - Pesan

Raut wajah Firman menjadi begitu serius, mulai menerka-nerka siapa orang yang sudah berbuat buruk padanya. Namun kemudian dia jadi kepikiran juga, satu peti tomat itu adalah tomat yang ditujukan pada Bu Mardiah.“Apa jangan-jangan sekarang Bu Mardiah pun sudah jadi target mereka juga?” gumamnya.“Apa maksud Da Firman?” tanya Bobby.“Haaiyh,” balas Firman mengeluh menghela nafas. “Uda khawatir ini ulah orang suruhannya Bu Harmoko. Memang kami sempat bermasalah dengan beliau. Pada hal yang bermasalah itu cuma Uda, lalu Agus, Fendi dan Ramlan. Tapi sekarang tomat yang Uda kirim untuk Bu Mardiah pun jadi sasaran,” gerutu Firman menyesalkan.Bobby merasa menjadi semakin risih saja, takut urusan itu jadi ke mana-mana. Dia tak bisa juga asal bicara saat ini pada Firman sebelum mendiskusikan dulu hal itu pada Yusuf.Karena itu juga, Bobby maksa saja untuk pamit pergi meninggalkan semua urusan itu pada Firman.“Maaf, Da Firman. Bukannya mau lari dari masalah ini. Tapi kami benar-benar harus se
Read more

065 - Rayna Yang Kebosanan

Di kesempatan berikutnya, Yusuf sudah mulai menggunakan mobil barunya sendiri. Saat mobil itu lewat di jalan kampungnya itu, semua petani menyapa dengan antusias.Mereka nampak senang juga menyambut hal itu. Karena itu berarti Yusuf akan menekuni bisnis distribusi hasil pertanian itu seperti yang mereka harapkan, berharap itu akan menjadi solusi masalah mereka.“Mending kita jual panen kita pada orang kampung kita sendiri. Kalau pun di situ rezekinya, aku yakin itu akan baik juga untuk kampung kita.”“Ya, dari pada harus jual pada tauke-tauke besar dari kota itu. Mau saja dikibulin oleh orang-orang serakah seperti mereka.”“Beharap saja si Yusuf tak patah arang nanti. Bersaing dengan mereka tentu tak semudah membalikkan telapak tangan juga.”“Masalahnya, kalau nanti dia sukses dan menjadi orang besar, apa ada jaminan dia tak akan menjadi serakah juga seperti para pengusaha besar itu? Dari dulu sudah jadi rahasia umum juga. Kalau ga harta, tahta, ya wanita.”“Halah, bicaramu kaya’ para
Read more

066 -

Orang-orang itu berdiri saja di sebuah tempat yang lokasinya agak lebih tinggi dari panggung yang dijadikan tempat latihan randai itu. Setidaknya ada enam orang, rata-rata mengenakan jaket hitam dan kain sarung yang disalempangkan ke leher.Karena sibuk, tentu anak-anak itu asyik saja dengan kerjaan mereka. Yusuf tak juga mendatangi karena memang tak begitu kenal dekat.“Kenapa tak kamu samperin? Sepertinya mereka ada perlu,” ujar Bobby.“Ini kan kawasan panorama untuk umum. Ya biar saja. Kali saja mereka tertarik untuk lihat-lihat juga,” balas Yusuf.Pada akhirnya, setelah beberapa saat terabaikan, tiga dari enam orang itu turun dengan berteriak-teriak begitu lantang.“Apa yang kalian lakukan di tempat ini?”“Kalian pikir ini tempat bermain-main kalian?”Para remaja yang sibuk tadi langsung berhenti dari kesibukan mereka. Tak satu pun yang berani memberikan respon, kecuali Yusuf yang masih menggendong taufiq, datang menghampiri mereka diikut Bobby dari belakang.“Anak-anak ini akan l
Read more

067 -

Setelah salat berjamaah itu, mereka pun mulai mempersiapkan diri. Ada sebagian yang khusus untuk iringan musik, fokus mempersiapkan diri secara terpisah dari para pemeran pentasan randainya.Pak Ruslan hanya memberikan arahan sedikit saja untuk tema yang ingin dibawakan. Setelahnya dia biarkan saja para remaja itu mengkoordinasi diri mereka masing-masing.Bobby dan Dani hanya bermenung saja menopang dagu, dengan masing-masing segelas kopi yang mereka pesan dari pemilik warung yang sejatinya tak lagi buka. Lumayan juga bagi mereka berada di sana, sekadar ganti-ganti suasana.Hanya Rayna seorang yang agaknya terlewat antusias, menonton bersama Aisyah begitu dekat di atas panggung itu. Lagi pula, mereka hanya latihan tanpa ada sound system. Jadi kurang bisa juga dinitmati dari tribun penonton jika dialog pemain randainya saja tak terdengar.“Memang kalau ingin melestarikan budaya, tak cukup hanya dengan keterlibatan dari pelaku budaya saja. Respon dari masyarakat pun penting walau hanya
Read more

068 -

Dengan adanya laki-laki bernama Panjul itu, sekarang kesemua enam laki-laki yang tadi itu ikut turun. Tentu saja laki-laki bernama Panjul itu berada paling depan menghentikan latihan anak-anak randai itu.“Hey, hey! Apa yang kalian perbuat di sini? Siapa memberikan kalian izin menggunakan panggung ini?”Pementasan drama randai itu pun langsung berhenti. Musik talempong yang sedang ditabuh itu juga kembali sunyi.Anak-anak randai itu nampak gamang. Pasalnya guru mereka sedang tak ada di tempat. Untung masih ada Pak Salman yang merupakan wali jorong di tempat itu. Dia pun memberikan kode untuk para remaja itu untuk tetap tenang, dan berjalan menghampiri Panjul.“Apa salahnya mereka menggunakan panggung ini. Toh selama ini terbengkalai juga. Sudah bagus sekarang mereka merapikannya membuat tempat ini kembali menjadi layak untuk digunakan lagi,” terang Pak Salman.“Tak bisa begitu Pak Salman. Penggunaan properti di kawasan wisata panorama ini harus lewat prosedurnya juga. Apa sudah mengur
Read more

069 - Dua Senjata Pusaka

Laki-laki itu berbalik setelah berhasil kembali bangkit. Namun tiba-tiba raut wajah Yusuf nampak berubah begitu melihat wajah laki-laki itu. Begitu juga dengan laki-laki bernama Panjul itu.“Panjul?”“Eh? Yusuf? Kapan kamu pulang?” tanya laki-laki itu.Yusuf pun langsung menghela nafas memasang tampang tak bersemangatnya. Laki-laki bernama Panjul itu nampak merasa tak enak dan mendekati Yusuf dengan tawa serba salahnya.“Itu istrimu?” tanyanya berbisik.“Iya, bisa-bisanya kau tak tahu.”Setelah itu Yusuf menyipitkan matanya pada pria bernama Panjul itu, nampak begitu tak senang. Meski begitu, suasananya sudah begitu jauh berubah seakan mereka sangat begitu akrab.“Kau? Jangan-jangan kau tak hadir saat pernikahanku?”Laki-laki itu pun kembali berbisik lebih dekat.“Aku sebenarnya baru keluar dari penjara beberapa minggu belakangan.”“Penjara?”“Iya, gara-gara main togel. Sudah dua kali juga keluar masuk.”“Kau ini. Masih saja tak berubah,” balas Yusuf membuang mukanya.Setelah itu, bar
Read more

070 - Pertemuan

Esoknya, untuk pertama kalinya Yusuf menggunakan mobil yang baru dia beli untuk mengangkut barang ke kota. Karena itu, dia memutuskan untuk ikut pergi bersama dua orang temannya itu.Barang-barang hasil panen sudah rampung dia kumpulkan. Bahkan melebihi permintaan. Sisanya dia tinggalkan di teras rumah. Barang kali bisa dia angkut nanti untuk pengiriman selanjutnya.Karena sekarang tak lagi diharuskan untuk mengembalikan mobil seperti sebelumnya, mereka tak juga buru-buru pergi. Tepat jam 8 malam mereka berangkat, dengan pertimbangan sampai di Pasar Raya tepat jam 10 malam.“Yah, maaf gara-gara aku ikut kalian tak bisa nginap dulu di rumah seperti sebelumnya,” ucap Yusuf.“Tak apa juga. Toh di rumah tak jelas juga mau apa,” balas Bobby.Namun Dani diam saja, nampak sibuk dengan HP-nya. Baru di situ Bobby tersenyum sedikit menahan tawa.“Ga tahu sih dengan si Dani,” ujar Bobby.“Kenapa, Dan?” tanya Yusuf.“Tak apa!”“Dia kemarin malam ribut dengan pacaranya lewat telepon,” sela Bobby m
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status