Beranda / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / 065 - Rayna Yang Kebosanan

Share

065 - Rayna Yang Kebosanan

Penulis: Rytíř
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di kesempatan berikutnya, Yusuf sudah mulai menggunakan mobil barunya sendiri. Saat mobil itu lewat di jalan kampungnya itu, semua petani menyapa dengan antusias.

Mereka nampak senang juga menyambut hal itu. Karena itu berarti Yusuf akan menekuni bisnis distribusi hasil pertanian itu seperti yang mereka harapkan, berharap itu akan menjadi solusi masalah mereka.

“Mending kita jual panen kita pada orang kampung kita sendiri. Kalau pun di situ rezekinya, aku yakin itu akan baik juga untuk kampung kita.”

“Ya, dari pada harus jual pada tauke-tauke besar dari kota itu. Mau saja dikibulin oleh orang-orang serakah seperti mereka.”

“Beharap saja si Yusuf tak patah arang nanti. Bersaing dengan mereka tentu tak semudah membalikkan telapak tangan juga.”

“Masalahnya, kalau nanti dia sukses dan menjadi orang besar, apa ada jaminan dia tak akan menjadi serakah juga seperti para pengusaha besar itu? Dari dulu sudah jadi rahasia umum juga. Kalau ga harta, tahta, ya wanita.”

“Halah, bicaramu kaya’ para
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   066 -

    Orang-orang itu berdiri saja di sebuah tempat yang lokasinya agak lebih tinggi dari panggung yang dijadikan tempat latihan randai itu. Setidaknya ada enam orang, rata-rata mengenakan jaket hitam dan kain sarung yang disalempangkan ke leher.Karena sibuk, tentu anak-anak itu asyik saja dengan kerjaan mereka. Yusuf tak juga mendatangi karena memang tak begitu kenal dekat.“Kenapa tak kamu samperin? Sepertinya mereka ada perlu,” ujar Bobby.“Ini kan kawasan panorama untuk umum. Ya biar saja. Kali saja mereka tertarik untuk lihat-lihat juga,” balas Yusuf.Pada akhirnya, setelah beberapa saat terabaikan, tiga dari enam orang itu turun dengan berteriak-teriak begitu lantang.“Apa yang kalian lakukan di tempat ini?”“Kalian pikir ini tempat bermain-main kalian?”Para remaja yang sibuk tadi langsung berhenti dari kesibukan mereka. Tak satu pun yang berani memberikan respon, kecuali Yusuf yang masih menggendong taufiq, datang menghampiri mereka diikut Bobby dari belakang.“Anak-anak ini akan l

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   067 -

    Setelah salat berjamaah itu, mereka pun mulai mempersiapkan diri. Ada sebagian yang khusus untuk iringan musik, fokus mempersiapkan diri secara terpisah dari para pemeran pentasan randainya.Pak Ruslan hanya memberikan arahan sedikit saja untuk tema yang ingin dibawakan. Setelahnya dia biarkan saja para remaja itu mengkoordinasi diri mereka masing-masing.Bobby dan Dani hanya bermenung saja menopang dagu, dengan masing-masing segelas kopi yang mereka pesan dari pemilik warung yang sejatinya tak lagi buka. Lumayan juga bagi mereka berada di sana, sekadar ganti-ganti suasana.Hanya Rayna seorang yang agaknya terlewat antusias, menonton bersama Aisyah begitu dekat di atas panggung itu. Lagi pula, mereka hanya latihan tanpa ada sound system. Jadi kurang bisa juga dinitmati dari tribun penonton jika dialog pemain randainya saja tak terdengar.“Memang kalau ingin melestarikan budaya, tak cukup hanya dengan keterlibatan dari pelaku budaya saja. Respon dari masyarakat pun penting walau hanya

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   068 -

    Dengan adanya laki-laki bernama Panjul itu, sekarang kesemua enam laki-laki yang tadi itu ikut turun. Tentu saja laki-laki bernama Panjul itu berada paling depan menghentikan latihan anak-anak randai itu.“Hey, hey! Apa yang kalian perbuat di sini? Siapa memberikan kalian izin menggunakan panggung ini?”Pementasan drama randai itu pun langsung berhenti. Musik talempong yang sedang ditabuh itu juga kembali sunyi.Anak-anak randai itu nampak gamang. Pasalnya guru mereka sedang tak ada di tempat. Untung masih ada Pak Salman yang merupakan wali jorong di tempat itu. Dia pun memberikan kode untuk para remaja itu untuk tetap tenang, dan berjalan menghampiri Panjul.“Apa salahnya mereka menggunakan panggung ini. Toh selama ini terbengkalai juga. Sudah bagus sekarang mereka merapikannya membuat tempat ini kembali menjadi layak untuk digunakan lagi,” terang Pak Salman.“Tak bisa begitu Pak Salman. Penggunaan properti di kawasan wisata panorama ini harus lewat prosedurnya juga. Apa sudah mengur

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   069 - Dua Senjata Pusaka

    Laki-laki itu berbalik setelah berhasil kembali bangkit. Namun tiba-tiba raut wajah Yusuf nampak berubah begitu melihat wajah laki-laki itu. Begitu juga dengan laki-laki bernama Panjul itu.“Panjul?”“Eh? Yusuf? Kapan kamu pulang?” tanya laki-laki itu.Yusuf pun langsung menghela nafas memasang tampang tak bersemangatnya. Laki-laki bernama Panjul itu nampak merasa tak enak dan mendekati Yusuf dengan tawa serba salahnya.“Itu istrimu?” tanyanya berbisik.“Iya, bisa-bisanya kau tak tahu.”Setelah itu Yusuf menyipitkan matanya pada pria bernama Panjul itu, nampak begitu tak senang. Meski begitu, suasananya sudah begitu jauh berubah seakan mereka sangat begitu akrab.“Kau? Jangan-jangan kau tak hadir saat pernikahanku?”Laki-laki itu pun kembali berbisik lebih dekat.“Aku sebenarnya baru keluar dari penjara beberapa minggu belakangan.”“Penjara?”“Iya, gara-gara main togel. Sudah dua kali juga keluar masuk.”“Kau ini. Masih saja tak berubah,” balas Yusuf membuang mukanya.Setelah itu, bar

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   070 - Pertemuan

    Esoknya, untuk pertama kalinya Yusuf menggunakan mobil yang baru dia beli untuk mengangkut barang ke kota. Karena itu, dia memutuskan untuk ikut pergi bersama dua orang temannya itu.Barang-barang hasil panen sudah rampung dia kumpulkan. Bahkan melebihi permintaan. Sisanya dia tinggalkan di teras rumah. Barang kali bisa dia angkut nanti untuk pengiriman selanjutnya.Karena sekarang tak lagi diharuskan untuk mengembalikan mobil seperti sebelumnya, mereka tak juga buru-buru pergi. Tepat jam 8 malam mereka berangkat, dengan pertimbangan sampai di Pasar Raya tepat jam 10 malam.“Yah, maaf gara-gara aku ikut kalian tak bisa nginap dulu di rumah seperti sebelumnya,” ucap Yusuf.“Tak apa juga. Toh di rumah tak jelas juga mau apa,” balas Bobby.Namun Dani diam saja, nampak sibuk dengan HP-nya. Baru di situ Bobby tersenyum sedikit menahan tawa.“Ga tahu sih dengan si Dani,” ujar Bobby.“Kenapa, Dan?” tanya Yusuf.“Tak apa!”“Dia kemarin malam ribut dengan pacaranya lewat telepon,” sela Bobby m

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   071 - Jangan Salahkan Kami

    Tahu masih ada tiga calon pelanggan datang, si tukang sate mulai sibuk mencari pinjaman bangku ke lapak temannya. Pasalnya, tak ada lagi bangku yang kosong. Sementara dia tahu kalau yang datang itu adalah pelanggan yang sering juga mampir di tempatnya. Akhirnya dia hanya bisa meminjam satu bangku dari penjual Skotang. Hanya Mahzar seorang yang dapat duduk, sementara dua orang anak buahnya terpaksa berdiri saja celingak-celinguk tak dapat tempat. Lagi-lagi, Mahzar melirik buruk ke arah Dani dan Bobby, nampak tak senang dua orang yang dia anggapnya kacung itu ikut duduk bersama dia dan yang lainnya. Dani dan Bobby yang sadar diri, terlihat hendak bangkit. Namun Yusuf langsung menepuk meja dengan pelan seakan memberi kode agar mereka tetap di situ. “Teruskan saja makan satenya,” seru Yusuf dengan datar. Baru di situ Mahzar mengalihkan lirikannya pada Yusuf, yang sampai saat ini masih tidak menyapa kedatangannya. Padahal Harmoko dan Firman saja menyempatkan bangkit dari duduk mereka s

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   072 - Perhatian Ayah Mertua

    Mahzar tak menyahut, hanya bisa menatap dengan dingin. Dia pun memerintahkan dua orang anak buahnya itu untuk ikutan pergi dari tempat itu.Yusuf kembali duduk dan melanjutkan memakan sate yang tadi sempat dihentikannya. Sementara Bobby dan Dani ijin pamit karena sudah ada juga kuli angkut pasar yang mendatangi mobil mereka.“Kami permisi dulu, Pak Harmoko, Da Firman,” ucap Bobby sedikit membungkukkan badan.Firman dan Pak Harmoko hanya mengangguk dengan sedikit senyum. Sementara Yusuf tetap bertahan di sana untuk menemani mertuanya itu. Setidaknya menjelang seluruh barang yang dia bawa itu selesai dibongkar semua.Sebelum jam setengah 11 malam, mereka pun sudah nyaris rampung membongkar muatan. Firman juga menyerahkan sebagian besar uang pembayaran untuk barang-barang Yusuf, serta bon utang dari Bu Mardiah untuk barang sebelumnya.“Ini Bu Mardiah lumayan banyak berjual-beli. Dia lunaskan yang kemarin, dan juga sekalian membayar barang yang masuk malam ini,” ucap Firman menyerahkan ua

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   073 - Suami dan Istri Sama Saja

    Karena ada kemungkinan mereka akan kembali mengirim barang lagi, Yusuf pun kembali menyarankan Dani untuk beristirahat saja di rumahnya malam itu. Pikirnya, kalau jadi besok malam mereka kembali, dengan begitu Bobby bisa bergantian dengan Dani.Hingga dalam satu minggu itu, mereka melakukan pengiriman sebanyak lima kali. Sementara permintaan baru terus saja datang, membuat Yusuf semakin sibuk mencari persediaan barang.Di minggu berikutnya, dia sudah mulai semakin jauh mencari barang ke tempat lain. Bukan karena beberapa kawasan yang dia datangi sejauh ini sudah kehabisan stok. Dia hanya mencoba menjalin komunikasi dengan para petani, untuk membuka peluang akan kemungkinan berbisnis nantinya.Perasaan Rayna yang ditinggal di rumah juga mulai campur aduk, antara senang dan khawatir. Pasalnya, Yusuf sekarang sudah mulai menjadi tipe orang yang terlalu gila dengan kerjaan.“Apa baik jika kamu seperti ini terus?” tanya Rayna.“Kenapa?” tanya Yusuf.“Belakangan, sejak kamu membeli mobil ba

Bab terbaru

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   103 - Pembalasan Mantu Kampungan

    Selang beberapa minggu, kepolisian masih saja belum menemukan keberadaan satu preman yang jadi buronan tersebut. Tentu mereka sadar juga, satu preman itu pasti sudah melarikan diri keluar dari provinsi. Atau mungkin keluar dari pulau Sumatera. Begitu juga dengan laporan orang hilang atas David dan Rani, sampai sekarang belum juga mendapatkan kabar. Kehilangan mereka berdua, sedikit banyak telah memancing dugaan dari tim penyelidik. Pasalnya, mereka masih satu keluarga. Pihak kepolisian menduga hilangnya dua orang tersebut mungkin karena mereka juga telah menjadi target dari orang yang sama yang ingin mencelakai Yusuf. Namun Harmoko meyakinkan polisi bahwa itu tak mungkin ada hubungannya dengan insiden yang menimpa Yusuf. “Kami masih sedang mengusahakannya dalam dua minggu ini. Apa Bapak yakin ini tak ada hubungannya dengan hal yang menimpa menantu Bapak yang seorang lagi?” tanya polisi pada Harmoko. Harmoko pun mendekatkan duduknya pada petugas polisi itu, seperti ingin berkata se

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   102 - Buronan

    Sore harinya, dua orang petugas dari kepolisian mendatangi rumah sakit di mana Yusuf di rawat. Salah satu dari mereka langsung meminta untuk melepaskan borgol Bobby.“Kenapa di borgol?” tanyanya.“Lah tadi katanya suruh tahan dulu di sini.”Petugas itu hanya memasang wajah memelas dan kemudian masuk ke dalam ruang perawatan untuk mendatangi Yusuf. Kebetulan pada saat itu Yusuf sudah kembali bangun dan sedang makan disuapi ibunya.Polisi yang baru datang itu juga meminta petugas yang menjaga untuk melepaskan borgol di tangan Yusuf. Setelah itu, dia kemudian memberikan sedikit keterangan mengenai kasus yang sedang mereka selidiki.“Kami menemukan luka-luka di bagian kaki. Otot-otot di belakang tumit mereka putus. Begitu juga di bagian lutut dan pangkal lengan. Apa saudara yang melakukannya?”Mak Sannah terdiam mendengar pertanyaan polisi terhadap anaknya itu, dan langsung meletakkan piring makanan di atas meja. Yusuf menepuk lembut lengan ibunya, dan tersenyum seakan mengatakan tak perl

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   101 - Maafkan Aku

    Di gerbang, Rani sempat berpas-pasan dengan Cindy yang kembali dengan motor maticnya. Cindy langsung berhenti di gerbang itu, dan bertanya pada Rani.“Ran, mau ke rumah sakit?” tanyanya.Namun Rani tak menyahut dan terus berlalu.Cindy mengerutkan wajahnya sedikit. Dia tak yakin kalau raut wajah Rani yang tengah diliputi kepiluan itu karena rasa simpati soal apa yang terjadi dengan Yusuf.Sesaat dia berpikir, apa mungkin Rani seperti itu karena mendapatkan kabar buruk. Namun dia tak juga bisa menerima kemungkinan itu, karena baru saja dia sudah mendapatkan berita dari Rayna soal kondisi Yusuf.Dia pun berlalu, dan kembali mengarak motor maticnya itu memasuki perkarangan rumah. Hingga kemudian perhatiannya tertuju pada pintu rumah Rani yang dibiarkan terbuka. Dari situ, baru Cindy menyadari ibunya yang sudah tergeletak di teras rumah.“Buu!”Dia langsung menelantarkan motor, dan bergegas ke teras rumah tersebut. Dia sempat mendapati sebelah lengan ibunya bergerak seperti orang ayan. Ha

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   100 - Kesalahpahaman

    Kebetulan, daun pintu itu sedikit terbuka. Dan Rosdiana langsung saja mendorong pintu itu lebar-lebar, kemudian berlagak pinggang di sana. Anehnya, David dan Rani sama sekali tak menunjukkan wajah bersalahnya. Gelak tawa mereka hanya terurai sedikit saja, dan menoleh ke arah Rosdiana dengan sedikit kesan pangling. Toh, pikir mereka selama ini Rosdiana sangat membenci Yusuf sebenci-bencinya sampai tak memiliki empati lagi. Setidaknya itu dipikiran mereka. Namun tidak, Rosdiana langsung membentak David begitu keras. “Dasar setan! Keluar kau dari rumah ini!” Rani terkejut, dan wajahnya pun langsung pucat. Dia bergegas menghampiri ibunya dengan kegamangan tergambar di wajahnya. “Bu, kenapa Ibu tiba-tiba...” “Diam kau!” bentak Rosdiana. Rani pun terkenjut, bahkan tergerak mundur menerima semprotan amarah dari ibunya itu. Dia sudah sering melihat ibunya itu marah-marah. Tapi baru kali ini dia yang dimarahi. Satu tangan Rosdiana pun bergemetaran menunjuk ke arah David. Emosinya begitu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   099 - Gelak Tawa

    Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   098 - Rasa Bersalah

    Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

DMCA.com Protection Status