Home / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN: Chapter 31 - Chapter 40

104 Chapters

031 - Pilihan Yang Terbatas

Selemah-lemah kucing yang terjepit, dia pasti akan melawan jika terus dipojokkan. Minimal dia akan mengeong balik meski tidak sekuat auman singa.Begitu juga dengan orang-orang desa itu. Mungkin sebagian dari mereka hanya bisa memelas di saat negosiasi harga. Mungkin juga sebagian petani tomat itu hanya bisa menunjukkan protes mereka dengan menelantarkan tomat di pinggiran jalan raya.Namun sebagian dari mereka tentu tak akan tinggal diam. Terutama mereka-mereka yang berjiwa muda, yang tak begitu berpikir panjang, dan sering didorong oleh bawaan emosi sesaat.“Men, Men! Tutup kacanya, Men!”“Kenapa emang?”“Sudah, cepat tutup kaca jendelanya! Lihat tuh!”Menyadari adanya segerombolan remaja tanggung di sebuah pinggir ladang yang posisinya agak tinggi dari jalan raya, laki-laki bernama Harmen itu segera menaikkan kaca jendela truk.Para remaja tanggung itu beramai-ramai meneriaki dan melempar tomat-tomat busuk dari ladang ke arah truk yang lewat.“Mampus saja lo sana, dasar touke setan
Read more

032 - Kecurigaan

Sore itu setelah waktu ashar, Yusuf terlihat duduk di teras, dengan punggung lurus nampak serius, seperti tak sabar menantikan sesuatu. Baru juga Rayna keluar hendak bertanya, Yusuf langsung bangkit setelah menyadari kedatangan satu truk.Truk yang sangat familiar bagi mereka, membuat Rayna penasaran sehingga tak jadi menegur suaminya itu. Tak jelas juga apa yang diharapkan Rayna, tapi tak satu pun yang turun dari truk tersebut.“Aku pergi dulu ya,” ucap Yusuf sembari mengusap kepala Rayna sebelum menuju motor maticnya.“Mau ke mana, Yang?” tanya Rayna.“Mau ke tempat Mak Leni. Aku bantu beliau untuk menjual kentangnya, karena sudah dipanen juga dua hari yang lalu,” jelas Yusuf.Rayna pun langsung nampak risih. Bukan dia khawatir suaminya itu bakalan kembali dapat masalah. Hanya saja, dia selalu terpikirkan soal sosok Mila setiap kali suaminya itu berurusan dengan Mak Leni.“Aku boleh ikut?” tanya Rayna.“Kamu di sini saja. Sudah terlalu sore. Aku khawatir ini bakalan lama. Ada kemung
Read more

033 - Lemahnya Kendali Diri

David cukup tahu juga. Meski selama ini Yusuf sering direndahkan di keluarga mertuanya, tapi Pak Harmoko cukup percaya padanya. Dan benar saja, dia langsung mendapatkan panggilan sebelum truk itu sempat meninggalkan perkarangan rumah Mak Leni. Raut wajah David nampak sedikit panik, khawatir kalau Yusuf mengadukan kecurigaan itu pada Harmoko. “Ya, Yah?” sahut David menjawab panggilan tersebut. [David, segera angkut saja kentang-kentang itu. Jangan lupa kalau kamu masih harus menuju Taluk Dalam setelah ini. Bisa-bisa kamu kemalaman nanti untuk memuat tomat di ladang orang] David pun terlihat sedikit lega. Sepertinya Yusuf sama sekali tidak membahas masalah kecurigaannya itu pada Harmoko. Tapi tetap saja David kembali memasang wajah kesalnya, menatap dingin ke arah Yusuf yang masih menantikannya di depan rumah Mak Leni. “Tapi, Yah! Dia tak mau menimbang ulang kentangnya. Bagaimana juga aku bisa...” [Sudah, jangan buang-buang waktu lagi. Aku sudah menyelesaikan semua negosiasi soal k
Read more

034 - Musuh Pantang Dicari

Yusuf berusaha mengatur nafasnya, mencoba mengabaikan perih luka di bagian perut itu sebisa mungkin agar tidak terlalu panik. Dia pun segera mengeluarkan HP dari sakunya dan melakukan panggilan. “Budi, apa kau ada di rumah saat ini? “Bisa tolong aku? Aku sedang dalam masalah di jalan. Sekitar 500 meter dari rumahmu.” Setelah itu Yusuf terus saja berbaring di tempat itu. Dia tak tahu seberapa parah lukanya, namun tak juga ingin mengambil resiko untuk memeriksanya. Hanya ketika dia sudah mendengar suara motor di kejauhan, Yusuf bangkit dan mencoba mengintip luka di bagi kiri perutnya itu. Sebagian kain sarung itu sudah basah oleh darah, tapi Yusuf masih belum bisa memastikan seberapa parah lukanya. “Kenapa, Bang? Jatuh dari motor?” tanya Budi. “Kok bisa jatuh, Bang?” Eri yang juga ikut dengan Budi ikut bertanya dan segera turun dari motor. Yusuf mencoba menyembunyikan lukanya dengan tetap memegangi kain sarung itu di bagian perut. Eri pun nampak bingung karena sama sekali tak ada
Read more

035 - Beban Perasaan Seorang Istri

Saat Rayna sibuk mencoba menghubungi suaminya itu, HP Yusuf yang terlantar di pinggir jalan juga terus berdering tanpa ada yang mengangkat. Hingga kemudian rinai hujan perlahan turun meski tak juga lebat. Cukup sering juga kawasan ini mendapati rinai hujan yang begitu halus dan ringan diterbangkan angin.Tak lama setelah itu, Rayna tak bisa lagi menhubungi nomor suaminya itu. Sontak saja dia menjadi begitu geram. Alih-alih khawatir, sekarang dia merasa begitu kecewa dan kesal.Saat Rayna mencoba mengatur nafasnya yang sudah mulai dipengaruhi oleh rasa kesal, Aisyah juga malah sibuk dengan HP miliknya. Rayna menyadari kalau adik iparnya itu mendapatkan panggilan telepon beberapa kali yang selalu ditolaknya.“Siapa itu, Aisyah?” tanya Rayna penasaran.“Bukan siapa-siapa, Kak. Cuma cowok di sekolah, ngotot kali mau menghubungi Aisyah,” jelas adik iparnya itu memasang wajah cueknya.Rayna pun mengerutkan dahinya dengan sedikit senyuman pangling, cukup tahu juga kenapa Aisyah selalu menola
Read more

036 - Isu Yang Ditelantarkan

Sementara Budi sudah lebih dulu pulang ke rumahnya, saat ini Pak Ruslan masih mengamati Yusuf yang tertidur begitu pulas. Nampak sekali bahwa muridnya itu begitu kelelahan. Dia pun pergi dan menyuruh anaknya untuk mencarikan selimut untuk Yusuf. “Tolong kamu pakaikan saja selimutmu dulu padanya. Bapak mau menyiapkan lampu petromak dulu,” seru Pak Ruslan berlalu ke dapur. Setelah lama berselang, Pak Ruslan kembali membawakan lampu petromak yang sudah disiapkannya. Bukan untuk penerangan, tapi untuk sekadar menghangatkan Yusuf yang tertidur di ruangan tengah itu. Ketika Pak Ruslan kembali memompa tabung petromak tersebut di atas meja, Yusuf pun tersentak dari tidurnya. “Ah?! Maaf, Pak! Aku ketiduran,” ujarnya lirih, nampak kesulitan untuk bangkit. Pak Ruslan menahan bahu Yusuf, seakan mencegahnya untuk bangkit. “Sudah, kamu teruskan saja dulu istirahatnya. Jangan dipaksakan untuk terlalu banyak bergerak.” “Tapi, Pak...” “Tak apa. Bapak sudah beritahu ibumu. Lagi pula di luar sedan
Read more

037 - Keengganan Yusuf

Pasalnya, mereka mengkhawatirkan kondisi Yusuf karena rumor yang diterima Dani dari rekan-rekan kerjanya yang lain. Namun Yusuf tak membiarkan Bobby dan Dani larut dalam kebingungan mereka, dan segera menawarkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Sementara Rayna menyiapkan minuman di dapur, mereka bertiga duduk lesehan di ruang tengah di depan TV. Memang tak ada juga sofa di rumah tersebut, dan memang sebatas itu lah keluarga Yusuf bisa menjamu tamu selama ini.Rayna pun datang menyodorkan kopi pada mereka, dan menaruh botol gula di tengah-tengah. “Silakan. Gulanya ditakar sendiri saja ya.”Bobby dan Dani manggut-manggut sungkan. Bagaimana pun juga, selama ini Rayna itu adalah anak dari majikan mereka. Ini pertama kalinya mereka disuguhi kopi oleh istrinya Yusuf itu.Bobby pun sekarang sibuk mengaduk-aduk kopi itu sebelum membuka kembali obrolan mereka yang tadi ditunda Yusuf. “Aku sudah mencoba meneleponmu untuk memastikan cerita ini. Tapi nomormu tak kunjung bisa dihubungi. Karena k
Read more

038 - Introspeksi Diri

Reaksi wajah Pak Ruslan berubah, nampak sedikit terkejut dengan keterangan Yusuf tersebut. Pasalnya, dia sendiri yang membantu ayah Yusuf mencarikan orang yang mau memberli motor milik Yusuf itu. Tentu dia tahu betul siapa yang membeli motor itu dulu.“Jadi kamu mengkhawatirkan si Ridho?” ucap Pak Ruslan.Yusuf pun langsung mengangkat wajahnya, sedikit tersentak karena gurunya itu bisa langsung menerka sejauh itu. Pak Ruslan hanya menghela nafas sesaat setelah melihat reaksi Yusuf.“Bapak sendiri yang bantu ayahmu untuk menjual motor itu pada Pak Yarmin. Kalau kamu melihat motormu di antara preman yang menyerangmu itu, kemungkinannya cuma si Ridho, satu-satunya anak laki-laki beliau. Kalau kamu mau, Bapak bisa langsung mendatangi Pak Yarmin dan memberitahunya mengenai masalah ini,” jelas Pak Ruslan.Namun Yusuf kembali nampak ragu juga dengan usulan itu. “Meski yang melukaiku dengan pisau adalah orang lain, tapi bisa saja si Ridho jadi ikut ditahan polisi nanti, Pak. Lagi pula, aku ju
Read more

039 - Bukan Beban

Setelah Yusuf kembali diam, Bobby pun kembali menjalankan mobil itu. Bahkan ketika mereka sudah sampai di rumah, ketiga orang itu masih juga belum berkata apa-apa. Hingga kemudian Mak Sannah keluar dan menghampiri Yusuf dari sisi kiri mobil. “Itu, Mak sudah sediakan kasur di depan TV untuk Bobby dan Dani tidur. Ga pa-pa, kan?” tanyanya sedikit memiringkan kepala berbicara pada Bobby dan Dani. “Tak apa-apa, Mak! Tak perlu terlalu mengkhawatirkan kami yang bujang-bujang ini. Tidur di mana pun bisa,” jelas Dani sebelum dia turun dari mobil. Sebelum kembali masuk ke dalam rumah, Yusuf terhenti sesaat di pinggiran teras. Perhatiannya tertuju pada rumah kayu yang ditempati keluarga Mak Leni dahulu. Rumah itu terletak sedikit berjarak dari rumahnya, meski tak juga terlalu jauh di ujung ladang. Memang kondisinya sudah lama terlantar, tapi rumah kayu yang dibangun dengan kayu jati tua itu masih sangat kokoh, dengan atap dan dinding-dinding yang masih terawat. Hanya itu satu-satunya tempat y
Read more

040 - Stalking Adik Sendiri

Di suatu pagi, Yusuf sudah pergi meninggalkan rumah dengan meminjam motor milik Pak Salman. Dia menitipkan pekerjaan di ladangnya pada Dani dan Bobby, berkata bahwa dia akan sibuk di luar hingga sore.Tak ada yang tahu untuk kesibukan apa. Tidak Rayna, tidak juga Mak Sannah. Pagi-pagi sekali dia sudah meninggalkan rumah, di saat jalanan masih begitu sepi. Bahkan anak-anak sekolah pun belum ada yang meninggalkan rumah mereka.Di sebuah warung yang baru buka, Yusuf duduk di sana dengan memesan segelas kopi susu. Dari situ, dia terus melirik ke arah sebuah rumah yang agak jauh, seperti sedang mengamati sesuatu.“Pagi sekali kau keluar, Suf! Serius nih datang ke warung ini cuma untuk nyari kopi susu?” tanya Andra, salah seorang teman dekat Yusuf yang kebetulan keponakan dari pemilik warung.“Sekalian mau melihat keadaan. Kali saja ada touke yang lewat,” balas Yusuf.Meski dia tetap meladeni obrolan temannya itu, perhatian Yusuf masih tak lepas dari satu rumah dengan cat jingga tersebut. K
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status