Home / Urban / PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN / 033 - Lemahnya Kendali Diri

Share

033 - Lemahnya Kendali Diri

Author: Rytíř
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
David cukup tahu juga. Meski selama ini Yusuf sering direndahkan di keluarga mertuanya, tapi Pak Harmoko cukup percaya padanya. Dan benar saja, dia langsung mendapatkan panggilan sebelum truk itu sempat meninggalkan perkarangan rumah Mak Leni.

Raut wajah David nampak sedikit panik, khawatir kalau Yusuf mengadukan kecurigaan itu pada Harmoko.

“Ya, Yah?” sahut David menjawab panggilan tersebut.

[David, segera angkut saja kentang-kentang itu. Jangan lupa kalau kamu masih harus menuju Taluk Dalam setelah ini. Bisa-bisa kamu kemalaman nanti untuk memuat tomat di ladang orang]

David pun terlihat sedikit lega. Sepertinya Yusuf sama sekali tidak membahas masalah kecurigaannya itu pada Harmoko. Tapi tetap saja David kembali memasang wajah kesalnya, menatap dingin ke arah Yusuf yang masih menantikannya di depan rumah Mak Leni.

“Tapi, Yah! Dia tak mau menimbang ulang kentangnya. Bagaimana juga aku bisa...”

[Sudah, jangan buang-buang waktu lagi. Aku sudah menyelesaikan semua negosiasi soal k
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   034 - Musuh Pantang Dicari

    Yusuf berusaha mengatur nafasnya, mencoba mengabaikan perih luka di bagian perut itu sebisa mungkin agar tidak terlalu panik. Dia pun segera mengeluarkan HP dari sakunya dan melakukan panggilan. “Budi, apa kau ada di rumah saat ini? “Bisa tolong aku? Aku sedang dalam masalah di jalan. Sekitar 500 meter dari rumahmu.” Setelah itu Yusuf terus saja berbaring di tempat itu. Dia tak tahu seberapa parah lukanya, namun tak juga ingin mengambil resiko untuk memeriksanya. Hanya ketika dia sudah mendengar suara motor di kejauhan, Yusuf bangkit dan mencoba mengintip luka di bagi kiri perutnya itu. Sebagian kain sarung itu sudah basah oleh darah, tapi Yusuf masih belum bisa memastikan seberapa parah lukanya. “Kenapa, Bang? Jatuh dari motor?” tanya Budi. “Kok bisa jatuh, Bang?” Eri yang juga ikut dengan Budi ikut bertanya dan segera turun dari motor. Yusuf mencoba menyembunyikan lukanya dengan tetap memegangi kain sarung itu di bagian perut. Eri pun nampak bingung karena sama sekali tak ada

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   035 - Beban Perasaan Seorang Istri

    Saat Rayna sibuk mencoba menghubungi suaminya itu, HP Yusuf yang terlantar di pinggir jalan juga terus berdering tanpa ada yang mengangkat. Hingga kemudian rinai hujan perlahan turun meski tak juga lebat. Cukup sering juga kawasan ini mendapati rinai hujan yang begitu halus dan ringan diterbangkan angin.Tak lama setelah itu, Rayna tak bisa lagi menhubungi nomor suaminya itu. Sontak saja dia menjadi begitu geram. Alih-alih khawatir, sekarang dia merasa begitu kecewa dan kesal.Saat Rayna mencoba mengatur nafasnya yang sudah mulai dipengaruhi oleh rasa kesal, Aisyah juga malah sibuk dengan HP miliknya. Rayna menyadari kalau adik iparnya itu mendapatkan panggilan telepon beberapa kali yang selalu ditolaknya.“Siapa itu, Aisyah?” tanya Rayna penasaran.“Bukan siapa-siapa, Kak. Cuma cowok di sekolah, ngotot kali mau menghubungi Aisyah,” jelas adik iparnya itu memasang wajah cueknya.Rayna pun mengerutkan dahinya dengan sedikit senyuman pangling, cukup tahu juga kenapa Aisyah selalu menola

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   036 - Isu Yang Ditelantarkan

    Sementara Budi sudah lebih dulu pulang ke rumahnya, saat ini Pak Ruslan masih mengamati Yusuf yang tertidur begitu pulas. Nampak sekali bahwa muridnya itu begitu kelelahan. Dia pun pergi dan menyuruh anaknya untuk mencarikan selimut untuk Yusuf. “Tolong kamu pakaikan saja selimutmu dulu padanya. Bapak mau menyiapkan lampu petromak dulu,” seru Pak Ruslan berlalu ke dapur. Setelah lama berselang, Pak Ruslan kembali membawakan lampu petromak yang sudah disiapkannya. Bukan untuk penerangan, tapi untuk sekadar menghangatkan Yusuf yang tertidur di ruangan tengah itu. Ketika Pak Ruslan kembali memompa tabung petromak tersebut di atas meja, Yusuf pun tersentak dari tidurnya. “Ah?! Maaf, Pak! Aku ketiduran,” ujarnya lirih, nampak kesulitan untuk bangkit. Pak Ruslan menahan bahu Yusuf, seakan mencegahnya untuk bangkit. “Sudah, kamu teruskan saja dulu istirahatnya. Jangan dipaksakan untuk terlalu banyak bergerak.” “Tapi, Pak...” “Tak apa. Bapak sudah beritahu ibumu. Lagi pula di luar sedan

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   037 - Keengganan Yusuf

    Pasalnya, mereka mengkhawatirkan kondisi Yusuf karena rumor yang diterima Dani dari rekan-rekan kerjanya yang lain. Namun Yusuf tak membiarkan Bobby dan Dani larut dalam kebingungan mereka, dan segera menawarkan mereka untuk masuk ke dalam rumah.Sementara Rayna menyiapkan minuman di dapur, mereka bertiga duduk lesehan di ruang tengah di depan TV. Memang tak ada juga sofa di rumah tersebut, dan memang sebatas itu lah keluarga Yusuf bisa menjamu tamu selama ini.Rayna pun datang menyodorkan kopi pada mereka, dan menaruh botol gula di tengah-tengah. “Silakan. Gulanya ditakar sendiri saja ya.”Bobby dan Dani manggut-manggut sungkan. Bagaimana pun juga, selama ini Rayna itu adalah anak dari majikan mereka. Ini pertama kalinya mereka disuguhi kopi oleh istrinya Yusuf itu.Bobby pun sekarang sibuk mengaduk-aduk kopi itu sebelum membuka kembali obrolan mereka yang tadi ditunda Yusuf. “Aku sudah mencoba meneleponmu untuk memastikan cerita ini. Tapi nomormu tak kunjung bisa dihubungi. Karena k

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   038 - Introspeksi Diri

    Reaksi wajah Pak Ruslan berubah, nampak sedikit terkejut dengan keterangan Yusuf tersebut. Pasalnya, dia sendiri yang membantu ayah Yusuf mencarikan orang yang mau memberli motor milik Yusuf itu. Tentu dia tahu betul siapa yang membeli motor itu dulu.“Jadi kamu mengkhawatirkan si Ridho?” ucap Pak Ruslan.Yusuf pun langsung mengangkat wajahnya, sedikit tersentak karena gurunya itu bisa langsung menerka sejauh itu. Pak Ruslan hanya menghela nafas sesaat setelah melihat reaksi Yusuf.“Bapak sendiri yang bantu ayahmu untuk menjual motor itu pada Pak Yarmin. Kalau kamu melihat motormu di antara preman yang menyerangmu itu, kemungkinannya cuma si Ridho, satu-satunya anak laki-laki beliau. Kalau kamu mau, Bapak bisa langsung mendatangi Pak Yarmin dan memberitahunya mengenai masalah ini,” jelas Pak Ruslan.Namun Yusuf kembali nampak ragu juga dengan usulan itu. “Meski yang melukaiku dengan pisau adalah orang lain, tapi bisa saja si Ridho jadi ikut ditahan polisi nanti, Pak. Lagi pula, aku ju

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   039 - Bukan Beban

    Setelah Yusuf kembali diam, Bobby pun kembali menjalankan mobil itu. Bahkan ketika mereka sudah sampai di rumah, ketiga orang itu masih juga belum berkata apa-apa. Hingga kemudian Mak Sannah keluar dan menghampiri Yusuf dari sisi kiri mobil. “Itu, Mak sudah sediakan kasur di depan TV untuk Bobby dan Dani tidur. Ga pa-pa, kan?” tanyanya sedikit memiringkan kepala berbicara pada Bobby dan Dani. “Tak apa-apa, Mak! Tak perlu terlalu mengkhawatirkan kami yang bujang-bujang ini. Tidur di mana pun bisa,” jelas Dani sebelum dia turun dari mobil. Sebelum kembali masuk ke dalam rumah, Yusuf terhenti sesaat di pinggiran teras. Perhatiannya tertuju pada rumah kayu yang ditempati keluarga Mak Leni dahulu. Rumah itu terletak sedikit berjarak dari rumahnya, meski tak juga terlalu jauh di ujung ladang. Memang kondisinya sudah lama terlantar, tapi rumah kayu yang dibangun dengan kayu jati tua itu masih sangat kokoh, dengan atap dan dinding-dinding yang masih terawat. Hanya itu satu-satunya tempat y

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   040 - Stalking Adik Sendiri

    Di suatu pagi, Yusuf sudah pergi meninggalkan rumah dengan meminjam motor milik Pak Salman. Dia menitipkan pekerjaan di ladangnya pada Dani dan Bobby, berkata bahwa dia akan sibuk di luar hingga sore.Tak ada yang tahu untuk kesibukan apa. Tidak Rayna, tidak juga Mak Sannah. Pagi-pagi sekali dia sudah meninggalkan rumah, di saat jalanan masih begitu sepi. Bahkan anak-anak sekolah pun belum ada yang meninggalkan rumah mereka.Di sebuah warung yang baru buka, Yusuf duduk di sana dengan memesan segelas kopi susu. Dari situ, dia terus melirik ke arah sebuah rumah yang agak jauh, seperti sedang mengamati sesuatu.“Pagi sekali kau keluar, Suf! Serius nih datang ke warung ini cuma untuk nyari kopi susu?” tanya Andra, salah seorang teman dekat Yusuf yang kebetulan keponakan dari pemilik warung.“Sekalian mau melihat keadaan. Kali saja ada touke yang lewat,” balas Yusuf.Meski dia tetap meladeni obrolan temannya itu, perhatian Yusuf masih tak lepas dari satu rumah dengan cat jingga tersebut. K

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   041 - Suspect

    Tak juga sampai setengah jam Mila bisa bertahan dalam kecanggungan itu. Setelah itu dia memilih keluar dengan alasan ingin mengawasi kedua anaknya. Pada kenyataannya, Adi dan Ridwan hanya bermain kelereng di pinggir ladang, tak jauh dari teras rumah. Untuk sesaat, perhatiannya pun tertuju pada Bobby dan Dani yang begitu asing baginya.Dua orang itu tengah sibuk di ladang Yusuf. Bobby sedang menyemprotkan pestisida pada tumbuhan kentang. Sementara itu, Dani hanya berdiri saja di dekat greenhouse yang tertutup rapat setelah baru saja selesai merawat ladang di dalamnya.Yusuf sendiri sudah menitipkan padanya greenhouse tersebut, hanya perlu memeriksa apa ada hama atau pun gulma yang tumbuh. Berhubung tumbuhan kentang di greenhouse itu tak menggunakan pestisida, mereka hanya perlu merawat dan menjaganya secara langsung setiap hari.“ApaYusuf tak bilang padamu ke mana dia pergi?” tanya Dani pada Bobby.Bobby hanya menggeleng, tetap sibuk memompa cairan pestisida itu dari kaleng sprayer-nya

Latest chapter

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   103 - Pembalasan Mantu Kampungan

    Selang beberapa minggu, kepolisian masih saja belum menemukan keberadaan satu preman yang jadi buronan tersebut. Tentu mereka sadar juga, satu preman itu pasti sudah melarikan diri keluar dari provinsi. Atau mungkin keluar dari pulau Sumatera. Begitu juga dengan laporan orang hilang atas David dan Rani, sampai sekarang belum juga mendapatkan kabar. Kehilangan mereka berdua, sedikit banyak telah memancing dugaan dari tim penyelidik. Pasalnya, mereka masih satu keluarga. Pihak kepolisian menduga hilangnya dua orang tersebut mungkin karena mereka juga telah menjadi target dari orang yang sama yang ingin mencelakai Yusuf. Namun Harmoko meyakinkan polisi bahwa itu tak mungkin ada hubungannya dengan insiden yang menimpa Yusuf. “Kami masih sedang mengusahakannya dalam dua minggu ini. Apa Bapak yakin ini tak ada hubungannya dengan hal yang menimpa menantu Bapak yang seorang lagi?” tanya polisi pada Harmoko. Harmoko pun mendekatkan duduknya pada petugas polisi itu, seperti ingin berkata se

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   102 - Buronan

    Sore harinya, dua orang petugas dari kepolisian mendatangi rumah sakit di mana Yusuf di rawat. Salah satu dari mereka langsung meminta untuk melepaskan borgol Bobby.“Kenapa di borgol?” tanyanya.“Lah tadi katanya suruh tahan dulu di sini.”Petugas itu hanya memasang wajah memelas dan kemudian masuk ke dalam ruang perawatan untuk mendatangi Yusuf. Kebetulan pada saat itu Yusuf sudah kembali bangun dan sedang makan disuapi ibunya.Polisi yang baru datang itu juga meminta petugas yang menjaga untuk melepaskan borgol di tangan Yusuf. Setelah itu, dia kemudian memberikan sedikit keterangan mengenai kasus yang sedang mereka selidiki.“Kami menemukan luka-luka di bagian kaki. Otot-otot di belakang tumit mereka putus. Begitu juga di bagian lutut dan pangkal lengan. Apa saudara yang melakukannya?”Mak Sannah terdiam mendengar pertanyaan polisi terhadap anaknya itu, dan langsung meletakkan piring makanan di atas meja. Yusuf menepuk lembut lengan ibunya, dan tersenyum seakan mengatakan tak perl

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   101 - Maafkan Aku

    Di gerbang, Rani sempat berpas-pasan dengan Cindy yang kembali dengan motor maticnya. Cindy langsung berhenti di gerbang itu, dan bertanya pada Rani.“Ran, mau ke rumah sakit?” tanyanya.Namun Rani tak menyahut dan terus berlalu.Cindy mengerutkan wajahnya sedikit. Dia tak yakin kalau raut wajah Rani yang tengah diliputi kepiluan itu karena rasa simpati soal apa yang terjadi dengan Yusuf.Sesaat dia berpikir, apa mungkin Rani seperti itu karena mendapatkan kabar buruk. Namun dia tak juga bisa menerima kemungkinan itu, karena baru saja dia sudah mendapatkan berita dari Rayna soal kondisi Yusuf.Dia pun berlalu, dan kembali mengarak motor maticnya itu memasuki perkarangan rumah. Hingga kemudian perhatiannya tertuju pada pintu rumah Rani yang dibiarkan terbuka. Dari situ, baru Cindy menyadari ibunya yang sudah tergeletak di teras rumah.“Buu!”Dia langsung menelantarkan motor, dan bergegas ke teras rumah tersebut. Dia sempat mendapati sebelah lengan ibunya bergerak seperti orang ayan. Ha

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   100 - Kesalahpahaman

    Kebetulan, daun pintu itu sedikit terbuka. Dan Rosdiana langsung saja mendorong pintu itu lebar-lebar, kemudian berlagak pinggang di sana. Anehnya, David dan Rani sama sekali tak menunjukkan wajah bersalahnya. Gelak tawa mereka hanya terurai sedikit saja, dan menoleh ke arah Rosdiana dengan sedikit kesan pangling. Toh, pikir mereka selama ini Rosdiana sangat membenci Yusuf sebenci-bencinya sampai tak memiliki empati lagi. Setidaknya itu dipikiran mereka. Namun tidak, Rosdiana langsung membentak David begitu keras. “Dasar setan! Keluar kau dari rumah ini!” Rani terkejut, dan wajahnya pun langsung pucat. Dia bergegas menghampiri ibunya dengan kegamangan tergambar di wajahnya. “Bu, kenapa Ibu tiba-tiba...” “Diam kau!” bentak Rosdiana. Rani pun terkenjut, bahkan tergerak mundur menerima semprotan amarah dari ibunya itu. Dia sudah sering melihat ibunya itu marah-marah. Tapi baru kali ini dia yang dimarahi. Satu tangan Rosdiana pun bergemetaran menunjuk ke arah David. Emosinya begitu

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   099 - Gelak Tawa

    Harmoko yang menyadari kedatangan istrinya itu, langsung bergegas keluar. Dia berlalu sesaat melewati Rayna dengan tatapan tak senang.Tentu Rayna pun diliputi perasaan bersalah. Karena bagaimanapun, Rosdiana tetap ibu kandunganya. Dia pun kembali masuk menghampiri suaminya dengan perasaan campur aduk.Hingga tiba-tiba, si petugas polisi yang sedang berjaga di sana mengatakan sesuatu yang cukup penting untuk Rayna.“Aku pikir mungkin Ibu dan keluarga perlu mencari pengacara. Ini hanya saran saya secara pribadi saja untuk berjaga-jaga, siapa tahu masalah ini akan lebih rumit untuk suami Ibu nantinya.”Rayna hanya menoleh sesaat, dan memberikan satu anggukan tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia masih tak senang dengan petugas tersebut karena telah memborgol suaminya.Meski begitu, sepertinya sekarang dia mulai sedikit bisa memahami kalau polisi tersebut sama sekali tak memiliki pandangan buruk terhadap Yusuf.Di koridor, Harmoko mencoba menyusul istrinya. Dia menahan bahu Rosdiana dari

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   098 - Rasa Bersalah

    Polisi pun datang, namun tak seorang di sana kecuali beberapa mayat yang tergeletak di semak-semak. Satu petugas langsung melakukan panggilan dan meminta bantuan ke Polres Kota Padang.Tak hanya itu, dia juga melakukan panggilan pada satu rekannya yang masih berada di rumah sakit menjaga Yusuf dan Bobby.“Apa laki-laki itu masih bersamamu?”[Ya!]“Tahan dulu dia untuk sementara waktu. Kami menemukan mayat di sini. Orang-orang yang katanya sempat mereka lumpuhkan ternyata sudah mati.”Tanpa melakukan penyelidikan lebih jauh, tentu masih terlalu dini bagi mereka untuk menilai kalau Bobby dan Yusuf lah pembunuhnya. Namun tetap saja, mereka berdua saat ini menjadi satu-satunya tersangka. Karena Bobby sendiri telah mengaku bahwa mereka yang melumpuhkan preman-preman tersebut.Satu petugas polisi mencoba mengamati mayat-mayat tersebut secara seksama tanpa menyentuhnya. Dia mendapati tubuh-tubuh preman itu penuh luka, baik di bagian lengan maupun kaki..Namun satu luka yang jelas fatal yang

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   097 - Periksa Saja TKP-nya

    Bobby memberanikan diri keluar dari persembunyian dan menyerang sisanya dengan membabi buta. Tiga orang begal itu semakin panik, karena satu temannya masih meirntih dengan luka di lengannya.Pada akhirnya mereka pun memilih kabur. Sementara sisa begal lainnya yang sudah dilumpuhkan Yusuf, masih terdengar merintih di beberapa tempat.Bobby terkesima dengan apa yang sudah diperbuat Yusuf, sementara sahabatnya itu masih berdiri seorang diri. Dia pun menghampirinya dari belakang.Namun belum beberapa langkah Bobby berjalan, Yusuf langsung nampak lunglai. Bobby bergegas menghampirinya dan memapah Yusuf seketika.“Suf! Kau baik-baik saja?”Namun Yusuf tak menjawab, hanya berusaha tetap bertahan dengan satu lutut tertekuk di tanah. Hanya suara nafasnya saja yang begitu berat terdengar.Bobby pun memeriksa kondisinya dengan senter, hingga dia menyadari obeng yang masih tertancap di perut Yusuf.“Andeh, Suuuuf!”“Bagaimana dengan mereka?” tanya Yusuf.“Mereka sudah kabur. Sebaiknya biarkan saj

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   096 - Mati Ang

    Dalam perjalanan pulang, Yusuf masih belum lepas dari rasa kesalnya. Bobby sesekali melirik, dan mendapati Yusuf masih membuang muka ke sisi kiri. "Kau seharusnya sudah mengerti dari jauh hari, cepat atau lambat kita pasti akan berurusan dengan Mahzar. Jadi apapun yang mau kau lakukan, harusnya kamu lakukan dengan penuh perhitungan," ucap Bobby. "Ya aku tak mungkin dia saja, Bob!" sanggah Yusuf. "Aku tak menyalahkan tindakanmu. Tapi sebisanya, jangan sampai tindakanmu itu hanya karena dorongan emosi. Aku khawatir nanti kau malah membuat keputusan yang justru akan merugikan kita semua." Yusuf menghela nafas dan mengangguk pelan menerima saran temannya itu. Karena memang ada kebijakan dari kata-katanya tersebut. Dia pun mencoba menenangkan dirinya, khawatir jika sampai moodnya yang jelek itu bertahan sampai di rumah malah akan mendatangkan masalah lain. Memang sebagai laki-laki, tak seharunya dia membawa masalah yang dia temui di luar ke rumah. Namun sesaat menjelang mobil pick up

  • PEMBALASAN MANTU KAMPUNGAN   095 - Lancang Kau

    Gara-gara kejadian di beberapa hari belakangan, kembali Harmoko meminta Yusuf untuk duduk bersama dengan beberapa tauke lainnya. Ini sesuatu yang sama sekali tanpa sepengetahuan Yusuf. Namun tentu saja dia tak bisa menolak permintaan dari mertuanya tersebut. “Dani, kamu kembali saja dulu. Tak enak juga dengan Pak Salman kalau anaknya pulang kemalaman,” jelas Yusuf. Dani mengangguk dan kembali ke mobil di mana anak Pak Salman masih menunggu. Satu mobil itu pun kembali, sementara Yusuf terpaksa harus bertahan dulu ditemani Bobby. Kembali warung sate itu penuh, dan rata-rata yang duduk di sana adalah para juragan besar di Pasar Raya. Sebagian besar dari mereka menatap tak ramah dengan kedatangan Yusuf. Dan seperti biasa, Harmoko menawarkannya dan juga Bobby sate. Namun Mahzar langsung menyela. “Maaf, aku sibuk dan masih ada lebih banyak hal yang harus aku urus. Tolong, Pak Bos kalau memang ada hal penting yang ingin dibicarakan, langsung saja pada pointnya.” Harmoko pun menghelas na

DMCA.com Protection Status