Home / Romansa / Bos angkuh itu ternyata ayah anakku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Bos angkuh itu ternyata ayah anakku: Chapter 91 - Chapter 100

125 Chapters

Hanya cintamu yang semanis madu.

"Bagaimana rasanya sayang? Nikmat kan?" Tanya Anjas ketika Zeira ke luar dari kamar mandi.Zeira memasang wajah cemberut dan sorot mata kesal, "nikmat apaan? Kata mas, rasanya manis seperti madu! Tapi ternyata rasanya asin-asin gimana, gitu!" Hahahaha, Anjas tertawa puas. Bahkan ia sulit untuk bicara, ditambah lagi wajah Zeira yang begitu lucu dan menggemaskan. Ditariknya tangan Zeira, lalu dibawanya ke dalam dekapannya."Rasanya memang seperti itu sayang! Hanya cintamu yang semanis madu." Dikecupnya kening Zeira.Tangan Zeira menepuk manja dada bidang suaminya, "mas menipuku," ucapnya.Hahahaha, Anjas kembali tertawa. Dipeluknya Zeira dengan erat hingga keduanya tertidur pulas dan bangun saat waktu menunjukkan pukul 11 malam."Nyonya kenapa datang kemari?" Tanya pelayan Indri saat melihat Zeira melangkah menuju dapur."Bibi sendiri, kenapa belum tidur?" Bukannya menjawab, Zeira justru balik bertanya. Peraturan di kediaman Wijaya, jam 10 malam pelayan sudah istirahat. Jika ada yang
Read more

Oh, iya. Loading aku lama mas.

Dua bulan telah berlalu, Anjas dan Zeira menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan. Bahkan Anjas selalu membawa anak dan istrinya ke kantor. Semua karyawan selalu iri melihat keromantisan mereka. Berbeda dengan Saddam, pria tampan itu bukannya iri, tetapi cemburu dan sakit hati melihat Anjas dekat dengan Zeira. Tok...tok...tok... "Permisi pak." Saddam menjulurkan kepada dari balik pintu. "Apa laporannya sudah selesai?" Tanya Anjas. "Sudah pak." Saddam menaruh map yang ia bawa di atas meja kerja Anjas. "Oke, jangan lupa siapkan berkas untuk meeting besok.""Baik pak, kalau begitu saya permisi." Sebelum Saddam ke luar, ia melirik Zeira yang sedang menemani Azka bermain di sofa.Dan hal itu tertangkap oleh mata Anjas, namun ia berusaha berpikir positif. Anjas tahu, kalau Saddam waktu dulu berusaha mendekati Zeira. Tetapi setelah mengetahui Zeira adalah istri bosnya, Saddam tidak mungkin lagi mencintai Zeira. Itulah yang ada dalam pikiran Anjas saat ini."Mas lihat apa?" Tanya
Read more

Mas, hatiku sakit. Aku kecewa mas!

"Cukup Bella, kamu tidak perlu banyak bicara." Protes Susan.Bella tersenyum kecut, ia melangkah mendekati Susan. "Adikku sayang, kamu tidak boleh bicara seperti itu kepada kakakmu," ucapnya."Biarkan aku mengatakan sesuatu yang penting kepada Zeira." Lanjut Bella."Tidak ada hal penting, semua ucapanmu adalah bohong." Protes Susan.Bella tersenyum, "kali ini aku tidak berbohong Susan, kepergian nyonya Maria untuk selamanya karena seseorang."Zeira terkejut mendengar nama ibunya terucap dari mulut Bella, "maksud kamu?" Desak Zeira."Apa kamu, benar-benar ingin tahu penyebab kematian ibumu?" Tanya Bella."Jangan dengan dia Zeira." Susan menarik tangan Zeira agar menjauh dari Bella.Hahahaha, Bella tertawa. "Aku tahu, kalau kamu takut Susan." Zeira melepaskan tangannya dari genggaman Susan. Ia melangkah menghampiri Bella, "bicaralah dengan jelas Bella, jangan membuat teka teki seperti ini." "Oke, aku akan mengatakannya. Ibumu tiada! Itu karena dia." Bella menunjuk ke arah Barata yang
Read more

Um...enak banget, sumpah.

Dua hari telah berlalu, Zeira sama sekali tidak ke luar dari kamar. Bahkan sarapan, makan siang dan makan malam selalu diantar pelayan ke sana.Wanita cantik satu anak itu, hanya duduk di atas kursi. Matanya menatap kosong ke arah kolam renang, melalui kaca jendela. Ia benar-benar kecewa setelah mengetahui siapa ayah kandungnya."Selamat sore sayang," ucap Anjas yang baru muncul dari pintu.Zeira memutar kepala ke arah datangnya suara, "Sore mas." Anjas melangkah menghampiri Zeira, dikecupnya kening istrinya itu dengan lembut, "Kamu cantik banget sayang." Puji Anjas untuk menghibur.Zeira tersenyum, "Terima kasih mas." "Sayang." Anjas menuntun Zeira bangkit dari kursi, lalu membawanya duduk ke sofa. Digenggamnya kedua tangan Zeira dengan penuh perasaan.Zeira mengerutkan kening melihat tingkah Anjas, "Mas mau ngapain?" ucapnya."Sayang, temui Susan ya?" ucap Anjas dengan wajah memohon."Mas, untuk saat ini aku tidak ingin bertemu dengan siapapun. Sudah cukup mereka menipuku dan memp
Read more

Nikmati saja sayang.

Satu Minggu telah berlalu, di mana saat ini Zeira dan Anjas sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.Usah Anjas membujuk Zeira selama ini, kini membuahkan hasil. Hati wanita cantik itu akhirnya luluh dan mau menemui ayah dan adiknya.Tok....tok....tok...."Masuk." Suara dari dalam ruangan."Selamat pagi." Sapa Anjas sambil membuka pintu.Susan yang sedang membantu ayahnya untuk duduk, refleks melihat ke arah pintu. Bibirnya menyunggingkan senyum terindah saat melihat Anjas dan Zeira. Kaki jenjangnya melangkah menghampiri Zeira."Kakak." Susan langsung memeluk Zeira. Ia menumpahkan air mata di pundak wanita cantik itu. "Maafkan aku dan ayah kakak." Lanjutnya.Zeira mengangkat tangan untuk membalas pelukan Susan, "Hm....aku sudah memaafkan kamu dan ayah." Zeira juga menumpahkan air mata di pundak Susan. Begitu juga dengan Barata, pria tua itu duduk bersandar di tempat tidur sambil meneteskan air mata melih kedua putrinya berpelukan.Jika Barata tahu, kalau Zeira adalah anak dari man
Read more

Sebentar saja, gak sampai 5 menit sayang.

Pagi yang cerah, secerah hati Zeira. Wanita cantik satu anak itu selalu tersenyum manis, kebahagiaan terpancar dari wajahnya.Tentu Zeira bahagia, saat ini ayah dan adiknya tinggal satu atap dengannya. Walupun hatinya terkadang sedih mengingat ibunya yang sudah jauh di surga. Tetapi Zeira berusaha untuk melupakannya, ia ingin memulai hidup yang baru bersama keluarga dan suaminya.Saat ini semuanya sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama."Uek...uek..." Tiba-tiba Anjas mual."Ada apa mas? Mas kenapa?" Zeira mengikuti Anjas yang berlari menuju kamar mandi."Sepertinya aku lagi masuk angin sayang." Jawab Anjas."Wajah kamu juga pucat mas, aku panggilin dokter ya?" Zeira khawatir dengan kondisi kesehatan suaminya. Apalagi akhir-akhir ini, Anjas sering mual saat makan dan bangun pagi."Enggak usah sayang, aku cuma masuk angin." Tolak Anjas, ia memang paling malas berurusan dengan dokter. Karena Anjas takut dengan jarum suntik."Gak mas, kali ini kamu gak boleh menolak. Do
Read more

Tenaga mamah saat bertanding dengan papah.

Suasana hati Anjas tidak secerah cuaca pagi ini. Bella sudah menunggu di sana saat ia tiba di kantor.Wanita cantik berhati licin itu datang ke sana, untuk membicarakan tentang hasil kerja sama mereka. Biasanya Anjas selalu meminta Irene untuk mentransfer uangnya setiap bulan. Tetapi beberapa hari yang lalu, Anjas melarang Irene untuk mentransfernya."Selamat pagi pak Anjas." Sapa Bella dengan wajah serius."Selamat pagi, silahkan duduk." Anjas mempersilahkan Bella dan kedua rekan kerjanya untuk duduk."Hem..." Anjas berdehem sebelum membuka mulut, "apa ada hal penting nyonya Barata?" tanya Anjas dengan berpura-pura tidak tahu."Iya, benar sekali. Kami datang kemarin untuk membicarakan tentang hasil kerja sama kita." Jawab Bella."Oh, tunggu sebentar." Anjas bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja kerjanya lalu meraih sebuah map berwarna biru dari dalam laci.Ia kembali menghampiri Bella ke sofa, ditaruhnya map biru itu di atas meja, tepat di hadapan Bella."Nyonya Bella bisa me
Read more

Terus! itu yang bulat bergerak-gerak apa?

Satu bulan telah berlalu, selama satu bulan ini kondisi Zeira sedang tidak baik. Wanita cantik satu anak itu sering pusing dan pingsan. Tetapi saat diperiksa! Dokter selalu mengatakan kalau Zeira tidak apa-apa."Maaf nyonya, apa datang bulannya lancar?" tanya dokter yang saat ini sedang memeriksa Zeira.Seketika Zeira tertegun saat mengigat mengigat, kalau sudah 2 bulan ini dia tidak datang bulan. "Aku sudah dua bulan gak datang bulan Dokter," ucapnya."Kalau begitu kita tes dulu ya, nyonya?" Dokter mengambil secukupnya urin Zeira, lalu memasukkan benda kecil berbentuk panjang itu ke dalam. Sambil menunggu hasilnya, Zeira tidak berhenti berbicara dalam hati, "Aku gak mungkin hamil, karena 3 tahun yang lalu, mas Anjas sudah divonis dokter tidak bisa memiliki keturunan."Zeira baru selesai berbicara dalam hati, tapi tiba-tiba dokter mengatakan hasilnya, "Selamat nyonya, sebentar lagi Azka akan memiliki adik," ucap dokter dengan penuh semangat dan tersenyum bahagia.Berbeda dengan Zei
Read more

Iya sayang, aku sudah gak kuat lagi.

"Aku yang seharusnya berterimakasih, karena selama ini mas sudah berusaha agar Azka memiliki adik." Sahut Zeira dengan tulus.Selama ini Zeira sudah pasrah dan ikhlas jika Azka tidak akan pernah lagi memiliki adik. Tetapi karena Anjas selama ini melakukan pengobatan, akhirnya ia bisa mengandung untuk kedua kalinya. Sungguh tidak ada yang mustahil, jika Tuhan sudah berkehendak.Bagi pembacaku yang belum dikaruniai momongan, semoga segera hamil dan menjadi kado terindah di tahun depan. Amin......................Tepat pukul 2 siang, Anjas dan Zeira sudah tiba di kediaman Wijaya. Pria tampan itu terlihat menuntun istrinya menaiki tangga menuju kamar."Kak Zeira kenapa, kak?" tanya susan yang baru muncul dari pintu kamar.Anjas dan Zeira menghentikan langkahnya secara bersamaan. "Aku enggak ap......""Ada dede bayi dalam perutnya," sela Anjas yang membuat Zeira tidak melanjutkan kata-katanya.Wajah cantik Susan langsung tersenyum bahagia, ia berlari menaiki anak tangga menghampiri Zeira
Read more

Terus, aku harus menginjak yang mana lagi?

Dua bulan telah berlalu, kini usia kandungan Zeira memasuki 5 bulan. Sikap wanita cantik itu, semakin hari semakin aneh. Seperti saat ini, ia meminta Anjas untuk mengambil mangga muda yang ada di taman komplek, padahal saat ini sudah menunjukkan pukul 11 malam.Tetapi, walaupun tubuh Anjas terasa lelah karena pekerjaan yang menumpuk di kantor, dan matanya yang terasa berat untuk dibuka karena ngantuk! dia tetap menuruti keinginan istrinya."Mas, emang bisa manjat pohon ?" tanya Zeira sambil melangkah bergandengan tangan dengan Anjas, menuju taman komplek."Oh, bisa dong sayang." Sahut Anjas dengan sigap.Padahal sebenarnya ia tidak mengerti seperti apa caranya memanjat pohon, bahkan seumur hidupnya belum pernah memanjat pohon. Anjas berkata seperti itu, agar terlihat macho di hadapan Zeira."Benar mas?" Zeira kembali bertanya untuk memastikan.Anjas mengangguk sambil berkata, "Iya sayang.""Wah... ternyata suamiku hebat." Puji Zeira dengan girang.Berbeda dengan Asep, sopir kepercayaa
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status