Suasana hati Anjas tidak secerah cuaca pagi ini. Bella sudah menunggu di sana saat ia tiba di kantor.Wanita cantik berhati licin itu datang ke sana, untuk membicarakan tentang hasil kerja sama mereka. Biasanya Anjas selalu meminta Irene untuk mentransfer uangnya setiap bulan. Tetapi beberapa hari yang lalu, Anjas melarang Irene untuk mentransfernya."Selamat pagi pak Anjas." Sapa Bella dengan wajah serius."Selamat pagi, silahkan duduk." Anjas mempersilahkan Bella dan kedua rekan kerjanya untuk duduk."Hem..." Anjas berdehem sebelum membuka mulut, "apa ada hal penting nyonya Barata?" tanya Anjas dengan berpura-pura tidak tahu."Iya, benar sekali. Kami datang kemarin untuk membicarakan tentang hasil kerja sama kita." Jawab Bella."Oh, tunggu sebentar." Anjas bangkit dari tempatnya, melangkah menuju meja kerjanya lalu meraih sebuah map berwarna biru dari dalam laci.Ia kembali menghampiri Bella ke sofa, ditaruhnya map biru itu di atas meja, tepat di hadapan Bella."Nyonya Bella bisa me
Satu bulan telah berlalu, selama satu bulan ini kondisi Zeira sedang tidak baik. Wanita cantik satu anak itu sering pusing dan pingsan. Tetapi saat diperiksa! Dokter selalu mengatakan kalau Zeira tidak apa-apa."Maaf nyonya, apa datang bulannya lancar?" tanya dokter yang saat ini sedang memeriksa Zeira.Seketika Zeira tertegun saat mengigat mengigat, kalau sudah 2 bulan ini dia tidak datang bulan. "Aku sudah dua bulan gak datang bulan Dokter," ucapnya."Kalau begitu kita tes dulu ya, nyonya?" Dokter mengambil secukupnya urin Zeira, lalu memasukkan benda kecil berbentuk panjang itu ke dalam. Sambil menunggu hasilnya, Zeira tidak berhenti berbicara dalam hati, "Aku gak mungkin hamil, karena 3 tahun yang lalu, mas Anjas sudah divonis dokter tidak bisa memiliki keturunan."Zeira baru selesai berbicara dalam hati, tapi tiba-tiba dokter mengatakan hasilnya, "Selamat nyonya, sebentar lagi Azka akan memiliki adik," ucap dokter dengan penuh semangat dan tersenyum bahagia.Berbeda dengan Zei
"Aku yang seharusnya berterimakasih, karena selama ini mas sudah berusaha agar Azka memiliki adik." Sahut Zeira dengan tulus.Selama ini Zeira sudah pasrah dan ikhlas jika Azka tidak akan pernah lagi memiliki adik. Tetapi karena Anjas selama ini melakukan pengobatan, akhirnya ia bisa mengandung untuk kedua kalinya. Sungguh tidak ada yang mustahil, jika Tuhan sudah berkehendak.Bagi pembacaku yang belum dikaruniai momongan, semoga segera hamil dan menjadi kado terindah di tahun depan. Amin......................Tepat pukul 2 siang, Anjas dan Zeira sudah tiba di kediaman Wijaya. Pria tampan itu terlihat menuntun istrinya menaiki tangga menuju kamar."Kak Zeira kenapa, kak?" tanya susan yang baru muncul dari pintu kamar.Anjas dan Zeira menghentikan langkahnya secara bersamaan. "Aku enggak ap......""Ada dede bayi dalam perutnya," sela Anjas yang membuat Zeira tidak melanjutkan kata-katanya.Wajah cantik Susan langsung tersenyum bahagia, ia berlari menaiki anak tangga menghampiri Zeira
Dua bulan telah berlalu, kini usia kandungan Zeira memasuki 5 bulan. Sikap wanita cantik itu, semakin hari semakin aneh. Seperti saat ini, ia meminta Anjas untuk mengambil mangga muda yang ada di taman komplek, padahal saat ini sudah menunjukkan pukul 11 malam.Tetapi, walaupun tubuh Anjas terasa lelah karena pekerjaan yang menumpuk di kantor, dan matanya yang terasa berat untuk dibuka karena ngantuk! dia tetap menuruti keinginan istrinya."Mas, emang bisa manjat pohon ?" tanya Zeira sambil melangkah bergandengan tangan dengan Anjas, menuju taman komplek."Oh, bisa dong sayang." Sahut Anjas dengan sigap.Padahal sebenarnya ia tidak mengerti seperti apa caranya memanjat pohon, bahkan seumur hidupnya belum pernah memanjat pohon. Anjas berkata seperti itu, agar terlihat macho di hadapan Zeira."Benar mas?" Zeira kembali bertanya untuk memastikan.Anjas mengangguk sambil berkata, "Iya sayang.""Wah... ternyata suamiku hebat." Puji Zeira dengan girang.Berbeda dengan Asep, sopir kepercayaa
"Sayang, pijit punggung aku dong," ucap Anjas setelah mereka tiba di kamar dan berbaring di atas tempat tidur."Aku gak bisa pijit mas, aku minta pak Asep untuk mencari tukang pijit ya?" bujuk Zeira.Bukan dia tidak mau memijit punggung suaminya, tetapi melihat pinggul Anjas yang merah dan sedikit lebam, membuat Zeira takut untuk menyentuhnya."Tapi tengah malam seperti ini, mana ada tukang pijit yang mau datang sayang.""Iya juga sih, mas." Timpal Zeira."Yaudah, menunggu besok pagi! kamu aja ya yang pijit mas?"Zeira bangkit dari tidurnya, melangkah menuju meja rias untuk meraih minyak telon dari sana. Diusapnya minyak yang berbau sereh itu ke seluruh punggung Anjas. Dengan lembut dan penuh hati-hati, jari lentiknya menyentuh kulit mulus suaminya."Ow...." Rintih Anjas, saat jari tangan Zeira menyentuh bagian punggung yang terbentur ke tanah."Maaf mas, sakit ya?" ucap Zeira."Sakit banget sayang, sepertinya pinggang mas patah.""Ha....." Zeira terkejut, "Benar mas?" lanjutnya.Anja
Selama Anjas di pijit, Zeira selalu setia menemaninya. Begitu juga dengan Saddam, tubuh pria tampan itu duduk sopan di sofa sambil berbincang-bincang dengan Barata, namun matanya tertuju ke perut buncit Zeira. Dan hal itu dilihat oleh pelayan Indri."Silahkan di minum tehnya pak," ucap Indri yang membuat Saddam refleks memalingkan wajah untuk menjauhkan pandangannya dari Zeira."Terima kasih mbak Indri." Saddam berusaha terlihat biasa saja dan tersenyum ramah kepada Indri."Oh iya nyoya, saya sudah menyiapkan rujaknya. Apa nyonya ingin memakannya sekarang?" tanya Indri kepada Zeira."Nanti ajah deh bi, tunggu tuan selesai pijit.""Baik nyonya, kalau begitu saya permisi dulu." Indri meninggalkan ruang keluarga dan kembali ke dapur.Setelah 2 jam berlalu, akhirnya Saddam dan tukang pijit meninggalkan kediaman Wijaya. Namun sebelum itu, Saddam terlebih dulu masuk ke dalam kamar mandi tamu. Naasnya, ponsel pria tampan itu tertinggal di sana, dan ditemukan oleh pelayan saat membersihkan ka
"Kamu kenapa sih, marah-marah gak jelas." Sentak Bella, ia kesal dengan sikap Saddam."Ya jelas marah lah, karena ulah kamu hampir saja pak Anjas curiga.""Ha.... maksud kamu?" tanya Bella."Kemarin kan aku ke rumah pak Anjas, nah pas masuk kamar mandi! ponselku tinggal di sana. Terus, ditemukan sama pelayan lalu diberikan kepada pak Anjas. Jadi, ponselku satu malam ini ada di tangan pak Anjas." Saddam menceritakan yang sebenarnya kepada Bella."Lah... itukan kesalahan kamu! kenapa jadi marah samaku. Makanya, lain kali jangan terlalu teledor. Kalau sampai ketahuan! yang paling dirugikan itu, aku." "Ah...sudah. Lain kali jangan hubungi aku, biar aku yang menghubungimu." Saddam bangkit dari sofa melangkah masuk ke dalam kamar.Sementara di tempat lain, sepasang suami istri sedang bercanda tawa di samping kolam renang."Coba sedikit dong mas?" bujuk Zeira sambil menyodorkan rujak mangga muda kepada Anjas."Enggak ah sayang, aku gak kuat sama asam." Tolak Anjas."Sedikit saja..." Zeira k
Selama Anjas di luar kota, Zeira yang menggantikan posisinya di kantor. Namun wanita cantik itu merasa tidak nyaman.Bagaimana dia tidak nyaman? Saddam terlalu perhatian kepadanya. Pria tampan itu tidak lupa mengingatkan Zeira untuk makan siang, ia juga sering kali mengantarkan teh ke ruangan Zeira, bahkan di jam istirahat Saddam menyempatkan waktu untuk membelikan rujak untuknya."Terima kasih ya Dam. Tapi lain kali enggak usah repot-repot membuatkan teh untukku," ucap Zeira dengan lembut."Oh, aku sama sekali tidak merasa direpotkan buk. Justru aku senang bisa memperhatikan ibu selama pak Anjas di luar kota." Sahut Saddam."Oh, terima kasih kalau begitu."Zeira kembali fokus menatap layar laptopnya, ia sengaja mengabaikan Saddam yang duduk di kursi tamu.Tok....tok...tok.... Terdengar suara ketukan pintu."Masuk." Sahut dari dalam."Permisi buk." Susan menjulurkan kepala dari balik pintu.Walaupun Zeira adalah kakaknya sendiri, tetapi Susan selalu memanggilnya ibu saat di kantor.Su
Zeira mengerutkan kening, ia bingung kenapa Anjas memanggil wanita itu, Bella. Sedangkan selma ini Zeira mengenalnya sebagai imel."Apa kabar Nyonya Zeira?" sapa Mark, sambil menyodorkan tangannya."Saya baik, bagaimana dengan bapak?" Zeira menjabat tangan Mark, ia juga balik bertanya."Saya baik," balas Mark.Setelah melepaskan tangannya dari Mark, Zeira menyodorkan tangannya kepada Bella. Namun Bella tidur menyambut tangan Zeira, ia justru menarik tangan wanita cantik itu, lalu memeluknya sambil menangis."Maafkan aku Zeira, aku benar-benar minta maaf," ucap Bella di sela-sela tangisan.Zeira melepaskan pelukannya dari Bella, "Hey, kamu kenapa minta maaf?" ucapnya.Tentu Zeira bertanya demikian! Menurutnya, ia tidak pernah ada masalah dengan wanita yang ada di hadapannya saat ini. Karena Zeira tidak tahu, kalau wanita itu adalah Bella. Sebab Bella sudah mengubah seluruh wajahnya dengan melakukan operasi plastik."Aku mohon maafkan aku Zeira, aku telah banyak melakukan kesalahan terh
"Hentikan." Sentak Zeira dengan nada yang lebih tinggi.Ia berusaha mendorong tubuh Saddam sekuat tenaga. Tetapi apalah daya, tubuhnya jauh lebih kecil daripada Saddam."Diam Zeira." Geram Saddam.Ia mulai kesal dengan sikap Zeira yang berontak, dengan kasar tangannya mencengkram kedua pipi Zeira."Kamu adalah istriku, sudah kewajibanmu untuk melayaniku," ucap Saddam dengan tegas. "Jadi, biarkan aku menikmati tu....." Tiba-tiba seseorang menarik Saddam dari belakang, sehingga pria tampan itu tidak melanjutkan kata-katanya.Pak....puk...pak... Beberapa pukulan mendarat di wajah Saddam."Aku yang akan menikmati tubuhmu pengkhianat." Suara bariton itu membuat Zeira berhenti menagis. Tadinya ia meringkuk di atas tempat tidur sambil berurai air mata, tapi kini kepalanya terangkat setelah mendengar suara yang tidak asing di telinganya."Ma....ma...mas Anjas," ucapnya dengan bibir gemetar.Zeira sama sekali tidak bergerak dari tempat tidur, ia mengucek mata untuk memperjelas penglihatannya
Mark melangkah mendekati Bella, "Maaf, tapi saya tidak mengenal anda." Wajah Bella terlihat sedih, bahkan kedua sudut matanya mengeluarkan cairan bening. Kondisinya saat ini membuatnya tidak bisa melakukan apapun. .......................Satu bulan telah berlalu, kondisi Bella kini semakin membaik. Terapi yang ia lakukan setiap hari membuat jari tangannya sudah bisa bergerak.Begitu juga dengan Mark, pria keturunan Jerman itu selalu datang menemui Anjas. Ia berusaha mengingatkan Anjas tentang masa lalunya, bahkan ia memberikan apartemennya untuk tempat tinggal Anjas dan Bella, selama mereka di sana. Mark sebenarnya ingin sekali terbang ke Indonesia untuk menemui Zeira lagi, tetapi pekerjaannya yang begitu penting tidak bisa ia tinggalkan. "Um...hum..." Bella menggumam saat melihat Mark muncul dari pintu.Mark yang mengerti maksud Bella, lantas menghampirinya, sedangkan Anjas bergegas menuju kamar."Ada apa Bella? apa kamu inginkan sesuatu?" Tanya Mark.Bella mengangguk, matanya ia
Mark sudah memohon, tetapi security tidak juga mengizinkannya untuk masuk. Akhirnya Mark kembali ke hotel."Saya terima nikahnya dan kawinnya Zeira Kirana binti Barata, dengan seperangkat alat sholat dibayar tunai." "Sah...sah...sah..."Kini Zeira resmi menjadi istri Saddam, ia hanya menjabat tangan suaminya tanpa menciumnya. Begitu juga dengan sebaliknya, Saddam tidak mencium kening Zeira, sebab istrinya itu menghindar.Air mata tidak berhenti ke luar dari matanya, begitu juga dengan Susan. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan kakaknya saat ini. Tetapi walaupun demikian, Susan tetap mengucapkan selamat dan mendoakan semoga rumah tangga kakaknya bahagia dan harmonis.Waktu menunjukkan pukul 5 sore, saat Saddam masuk ke kamar. Ia melihat Zeira duduk di kursi sambil menghadap ke arah kolam renang melalui jendela."Hem..." Saddam sengaja berdehem agar Zeira menyadari kedatangannya.Namun Zeira sama sekali tidak merespon, tatapan wanita cantik itu tetap saja tertuju ke arah kolam renang
"Selamat pagi." Suara dari seberang sana."Selamat pagi, apa ini dengan kantor Wijaya Grup?" Ucap Mark."Iya, ini dengan kantor Wijaya Grup. Saya bicara dengan siapa?" Tanya dari seberang sana."Ini saya Mark, klien pak Anjas. Apa saya bisa bicara dengan Ibu Zeira?""Maaf pak, ibu Zeira tidak ada di kantor." Balas dari seberang."Kalau begitu apa saya bisa meminta nomor ponselnya? ada yang ingin saya sampaikan tentang pak Anjas." "Tu....tu....tu...tu...." Tiba-tiba panggilan terputus. Mark mencoba menghubunginya kembali, namun tidak bisa terhubung."Pasti ada yang tidak beres," ucap Mark. Ia bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan rumah sakit.Sementara di tempat lain, Saddam langsung melakukan tindakan agar Mark tidak bisa menghubungi nomor kantor. Ia juga berusaha menghubungi nomor Bella untuk memberitahu tentang Mark. Tetapi sayang, panggilnya tidak terhubung. Bagaimana terhubung, Bella saat ini sedang koma di rumah sakit, sedangkan ponselnya tinggal di hotel.Tepat pukul 5 sor
Keputusan Zeira untuk menikah dengan Saddam sudah bulat. Namun ia meminta pernikahan mereka hanya di laksanakan di kantor KUA tanpa adanya resepsi."Kak, apa kamu sudah yakin?" Tanya Susan.Saat ini kedua wanita cantik itu sedang duduk di taman sambil menemani Azka bermain."Sudah." Jawab singkat Zeira.Susan menarik napas dalam-dalam. "Jika kakak belum yakin! kakak berhak untuk menolaknya. Cobalah bicara dengan papah." "Tidak Susan, aku tidak mau terjadi sesuatu yang buruk kepada papah." Bantah Zeira."Kakak, jangan memaksakan diri hanya untuk sesuatu. Aku tahu kamu sangat menyayangi papah, itu sebabnya kamu setuju untuk menikah dengan Saddam. Tapi percayalah kak, pernikahan kamu dan Saddam tidak ada hubungannya dengan penyakit papah.""Tapi San.....""Tidak ada tapi-tapian, berpikirlah karena masih ada waktu satu bulan lagi." Setelah mengatakan itu, Susan langsung pergi.Sementara di tempat lain, Bella dan Anjas sudah berada di dalam pesawat. Keduanya terbang menuju Inggris untuk m
Satu bulan telah berlalu, hingga saat ini Zeira belum menerima permintaan ayahnya untuk menikah. Bahkan selama satu bulan ini, ia lebih sering mengurung diri di dalam kamar.Tok....tok....tok... Suara ketukan pintu menyadarkan Zeira dari khayalan.Ia bangkit dari kursi, melangkah untuk membuka pintu. Wajahnya sedikit kesal saat melihat ayahnya berdiri di sana. Zeira tahu tujuan ayahnya datang menemuinya, pasti untuk membujuknya agar menikah dengan Saddam."Apa papah boleh masuk?" Tanya Barata sambil tersenyum."Hm..." Sahut Zeira seiring dengan anggukan kepala."Apa papah datang kemari untuk membahas tentang pernikahan?" Todong Zeira setelah mereka duduk di sofa.Barata menggelengkan kepala, ia menatap Zeira sambil tersenyum. "Tidak sayang, papah datang kemari untuk mengajakmu menemani papah ke rumah sakit.""Apa papah sakit?" Zeira terlihat panik dan khawatir."Tidak sayang, papah hanya ingin cek. Soalnya akhir-akhir ini jantung papah sering berdegup kencang." Zeira bangkit dari tem
Semenjak melihat raut wajah Saddam yang begitu tegang! Susan merasa ada sesuatu yang aneh dengan pria tampan itu."Kak, kamu lihat gak wajah Saddam?" Tanya Susan kepada Zeira."Enggak, kenapa?" Zeira balik bertanya."Aku merasa ada yang aneh deh." "Aneh bagaimana? kakak rasa gak ada yang aneh." Bantah Zeira."Aku merasa wajah Saddam sedikit tegang, saat kakak mengatakan bertemu dengan pria yang mirip dengan kak Anjas." "Masa sih?" Ucap Zeira."Iya, aku enggak bohong kak." Susan mengangkat dua jari tangannya sebagai tanda serius.Zeira tersenyum tipis, "Mungkin Saddam merasa lelah, karena akhir-akhir sering lembur. Jadi wajar kalau wajahnya terlihat tegang atau pucat." Zeira berpikir positif, walupun ia tidak nyaman dengan keberadaan Saddam di rumah itu! tapi Zeira sama sekali tidak pernah berpikir buruk terhadapnya....................Pukul 6 pagi, Saddam sudah meninggalkan kediaman Wijaya. Pria tampan itu mengemudi mobilnya sendiri tanpa sopir pribadi.Biasanya setiap hari Minggu
Enam bulan telah berlalu, kenyataan pahit itu masih menyelimuti kediaman Wijaya. Terutama Zeira dan kedua anaknya, bahkan sampai saat ini Azka masih sering menagis mencari ayahnya.Seperti pagi ini, Zeira harus berusaha keras membujuk putranya."Sayang, kamu harus makan, katanya mau jadi anak pintar! kalau gak mau makan, gimana mau pintar," ucap Zeira untuk membujuk putranya."Aku rindu papah." Sahut Azka.Zeira menaruh piring yang ada ditangannya ke atas meja. Lalu memeluk Azka dengan erat dan penuh kasih sayang."Mamah juga rindu papah sayang." Balas Zeira.Keduanya saling berpelukan dan menumpahkan air mata."Jangan sedih dong, aunty jadi ikut sedih," ucap Susan."Kakek juga ikut sedih." Timpal Barata. Pria paruh baya itu sudah kembali dari Singapura, setelah mendengar kabar kematian menantunya. Lagipula kondisi Barata sudah sembuh 80 persen. Jadi ia memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan menghentikan pengobatannya. Ia ingin menjaga dan menemani kedua putrinya.Azka melepaskan