All Chapters of Mistress: Dendam Wanita Simpanan: Chapter 61 - Chapter 70

136 Chapters

Mengamuk

 “Mau apa kau ke sini?” tanya Kaisar segera menghampiri sekretarisnya.  Niat Kaisar sih untuk menutupi pandangan sang ayah, tapi terlambat. Seno sudah terlanjur melihat Erika yang mematung di depan pintu, bahkan dia sampai berdiri lagi saking kagetnya.  “Kau …”  Seno menaikkan jari telunjuknya dan menatap Erika dengan mata melotot. “Apa yang kau lakukan di sini?”  “Keluar,” gumam Kaisar lirih sekali, agar hanya Erika yang bisa mendengarnya. Sayangnya, perempuan itu masih bergeming.  “Apa yang perempuan itu lakukan di sini?” hardik Seno terlihat marah dan itu ditujukan untuk anaknya.  “Dia ….”  “Kau mempekerjakan wanita ini?” gertak pria paruh baya itu, ketika melihat landyard yang dipakai Erika.  “Ya. Dia bekerja di sini atas rekomendasi Flora.” Merasa tidak bisa lagi menghindar, Kaisar terpaksa jujur.  “Apa maksudnya itu?”
Read more

Curiga

 Kaisar mengernyit ketika melihat nomor telepon ART Erika terpampang nyata di layar ponselnya. Merasa ada yang mungkin tidak beres, dia menghentikan pekerjaannya dan mengangkat telepon.  “Ada apa, Bik?”  “Anu, Den. Ini Non Erika dia sepertinya gak sehat. Dari tadi muntha-muntah terus.”  “Muntah?” Kaisar jadi bingung kenapa ini harus dilaporkan padanya.   “Iya, Den.”  “Sudah ke dokter belum?”   “Sepertinya sih belum.” Kaisar mendesah mendengar jawaban itu.  “Ya, sudah. Bibik buatkan bubur buat Erika dan aku akan segera ke sana.” Akhirnya Kaisar memutuskan untuk menjenguk saja.  “Imel, jadwal hari ini tolong diatur ulang,” Kaisar memberitahu pengganti Erika sambil berlalu pergi.  Baru juga seteng jalan ke tempat sekretarisnya, Kaisar kembali mendapat telepon. Lagi-lagi Bik Sum yang melapor kalau Erika sepert
Read more

Para Tamu Tak Diundang

 “Apa maksudmu? Aku tidak pernah bicara pada ayahmu soal Erika.”  Kaisar sudah beranjak dari pinggir ranjang, tapi Erika segera menahan tangannya. Rupanya perempuan itu juga ingin mendengar percakapan pasangan suami istri itu. Terpaksa Kaisar menyalakan speaker.  “Oh, bukan kau yang berbicara pada Papa soal memindahkan Erika?” tanya Flora ikutan terdengar bingung.  “Memindahkan Erika? Apa maksudnya itu?”  “Kata Papa, dia ingin mengambil Erika untuk bekerja di perusahaan kami.”  “Apa?” pekik Kaisar terkejut mendengar itu.  Bukan hanya Kaisar, Erika pun terkejut. Atau lebih tepatnya merasa cemas, sampai-sampai tangan yang sedari tadi memegang lenngan Kaisar, berubah mencengkram. Cukup keras sampai Kaisar menoleh.  Mata Kaisar melirik tangan kekasihnya yang memutih akibat mencengkram terlalu keras, kemudian naik ke wajah cantik itu. Jelas sekali ka
Read more

Perawat Pribadi Dadakan

 Erika menatap tiga orang pria yang kini saling tatap di depanya ini. Dia merasa telah terjadi perang dingin lewat tatapan yang saling menusuk itu. Jelas saja ini membuat suasana menjadi canggung. Kenapa juga sih Chris harus datang?  “Okay teman-teman, pasien sudah harus istirahat. Jadi tolong silakan pulang,” Queenie berhasil memecahkan ketegangan itu.  “Ah, iya benar juga.” Retno menepuk pelan keningnya. “Nanti artinya Mama sama Bima saja ya, Kaisar sama Flora.”  “Loh? Aku kan masih mau tinggal,” Bima langsung memprotes.  “Ih, kau ini kenapa sih Bim? Orang sudah dibilangin pasiennya buuh istirahat.” Flora tidak segan mendorong iparnya dan segera mengamit lengan suaminya.  “Lalu tamu yang ini gak diusir?” tanya Kaisar enggan pergi sebelum pria bernama Chris yang baru datang itu diusir juga.  “Saya hanya sebentar kok. Tidak mungkin juga saya membiarkan pasien berla
Read more

Bukti

 “Kau sudah bangun?”   Erika yang baru saja keluar dari kamarnya, tersentak mendengar suara yang tidak dia kenali. Dengan cepat dia mencari sumber suara dan langsung mendesah lega begitu melihat Queenie duduk di ruang tamu sambil nonton.  “Apa yang kau lakukan di sini?”  “Apakah kau tidak bisa melihat?” Queenie yang juga sedang makan mie instan dalam cup, mengeluarkan garpu yang tadinya menggantung di mulut untuk berbicara.  “Terima kasih sudah menjagaku semalaman, sekarang kau sudah bisa pulang.” Erika segera mengusir perempuan yang baginya sangat mengganggu itu. Dia ingin sendiri.  “Sayang sekali tidak bisa.” Queenie mengutak-atik ponselnya dan memperlihatkan sesuatu pada Erika di sana.  “Kekasihmu memesankan cek darah untuk di rumah dan aku bertugas untuk membantu. Lebih tepatnya aku yang akann melakukan.”  “Apa?”  Erika m
Read more

Menggoda Bima

 Erika mendesah pelan ketika melihat saiapa yang menunggunya di area parkir basement gedung tempat tinggalnya. Dia sudah menyangka hal ini akan terjadi cepat atau lambat, tapi tetap saja rasanya tidak siap.  “Tidak apa-apa, Erika,” gumamnya untuk menguatkan diri. “Ini tempat umum, penuh CCTV dan satpam. Kau akan baik-baik saja.”  Setelah merasa cukup yakin, barulah Erika menghampiri pria yang bersandar pada bodi mobilnya. Pria yang membuat Erika nyaris pingsan beberapa hari lalu. Seno Jayantaka.  “Apa yang Bapak lakukan di sini?”  Seno yang mendengar pertanyaan itu segera mendonggak. Pria yang sudah lewat 50 tahun itu membuang puntung rokoknya ke lantai, kemudian menginjaknya agar apinya padam.  “Aku ingin bicara berdua denganmu.”  “Saya mendengarkan.”  “Tidak di sini Erika. Apa kau gila mau bicara di tempat umum seperti ini?” hardik Seno merasa
Read more

Hamili Dia

 “Bagaimana kalau kita makan siang bersama?”  “Aku tidak bisa Chris,” jawab Erika berbisik sambil memegang teleponnya. “Aku ada makan siang dengan klien.”  “Kalau begitu makan malam.”  “Gak bisa juga. Aku sudah ada janji sama teman.”  “Aku bisa kok ikut makan dengan temanmu ini,” Chris enggan mengalah.  “Masalahnya tidak mungkin. Mereka akan marah kalau kau ikut. Maaf, tapi lain kali saja dan aku sedang sibuk.”  Erika tak mengatakan apa-apa lagi. Dia langsung memutuskan sambungan teleponnya dan kembali duduk dengan benar. Sebentar lagi kliennya akan datang.  “Untuk apa dia menelepon?” tanya Kaisar yang duduk bersebelahan dengannya.  “Ya?”  “Untuk apa lelaki itu meneleponmu?” Kaisar mengulang pertanyaannya, kali ini sambil menatap Erika tepat di mata.  “Dia ingin mengajak makan.”
Read more

Mencari Tahu

 Kaisar menyugar rambutnya dengan kasar. Walau enggan memikirkan ini, tapi kalimat Erika kemarin malam terus-terusan terlintas dibenaknya. Membuat dirinya tidak bisa bekerja dengan benar hari ini.  Disatu sisi, Kaisar enggan menghamili istrinya, tapi dia harus melakukannya demi kelangsungan perusahaan yang sudah lumayan membaik ini. Disisi lain, dia tidak ingin bersama dengan Erika. Tapi entah mengapa, dirinya selalu berakhir di penthouse perempuan itu.  “Apa sih yang kau pikirkan?” tanya Flora dengan nada ketus karena panggilannya sedari tadi diacuhkan.  “Oh, maaf.” Kaisar langsung mendesah karena suddah semalam ini, tapi dia masih tidak fokus juga.  “Biarkan saja dia Flora. Pasti pekerjaan di kantor hari ini banyak, jadi Kai kelelahan,” seorang pria yang duduk di depan Kaisar berbicara.  “Ya. Belakangan ini memang sedang banyak kerjaan, Pa,” Kaisar menyahuti ayah mertuanya.
Read more

Mengulang yang Dulu Terjadi

 Semakin Erika lihat, semakin banyak keanehan yang ditemukan Erika dalam laporan keuangan yang diberikan Bima. Bukan hanya terjadi di satu atau dua tahun saat kejadian itu, tapi bahkan sudah cukup lama.  Kalau ditotal-total, ada sekitar hampir 6 tahun ada tindakan korupsi. Awalnya kecil-kecilan saja, tapi makin lama makin besar dan makin sulit ditutupi.  “Tahun terakhirnya, cocok dengan tahun kejadian waktu itu. Sama dengan tahun kematian Papa,” gumam Erika pelan.  “Tapi siapa? Apa ada hubungan dengan Papa?” Erika kembali bergumam.  Kalau dipikir-pikir lagi, ini bisa saja jadi petunjuk penging. Hanya saja saat ini Erika tidak punya gambaran apa pun soal perusahaan kala itu. Itu berarti dia harus bertanya pada orang yang lebih tahu. Kaisar.  “Pak, apa anda sibuk?” Jam kerja belum benar-benar mulai, tapi Erika sudah ingin bertanya.  “Masih 5 menit sebelum jam kerja,”
Read more

Tawar Menawar

 Kaisar merasa heran ketika melihat ayah mertuanya datang tanpa alasan jelas. Makin bingung lagi ketika pria itu hanya singgah sebentar saja.  “Oh, shit.” Kaisar baru teringat sesuatu  “Erika mana?” Pria itu bertanya lewat interkom pada Imel yang mengangkat panggilannya.  “Mbak Erika ke toilet, Pak. Sepertinya kurang sehat karena tadi minum obat.”  Tak perlu banyak waktu untuk berpikir, Kaisar langsung bangkit dari kursinya. Dia berjalan cepat keluar dari ruangan dan membiarkan pintu terbuka, kemudian melangkah ke arah toilet.   Betapa terkejutnya pria berkemeja navy itu menemukan ayah mertuanya di sana. Refleks, Kaisar langsung berbalik dan bersembunyi di balik tembok.  “Apa sih yang dia lakukan di sana?” geram Kaisar kesal karena dia harus menunda menemukan Erika dan memastikan perempuan itu baik-baik saja.  Siapa yang sangka, begitu sang sekr
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status