"Iya, Keysha temanku yang kemarin. Tahu nggak, Mas. Dia itu wanita mandiri, pekerja keras, tegas, dan cantik. Tipe-tipe wanita idaman kamu." Nada Tisna seperti dibuat-buat. "Tipe aku ya, kayak kamu, Tis. Kamu wanita sempurna di mataku." Aku berusaha tidak terpancing oleh ucapan Tisna dengan memujinya."Aku belum kasih bayi buat kamu, Mas. Aku bukan wanita sempurna."Aku menoleh ke wajahnya yang mulai suram. Dia selalu begitu tatkala sudah membahas keturunan. Padahal, aku tidak pernah mengeluh atau mendesaknya untuk segera memberiku keturunan. Ibu, iya Ibu yang selalu menagih cucu. Mungkin karena itu, dia jadi sedikit tertekan."Sempurna atau tidak, bukan dinilai dari bisa memberi keturunan atau tidak. Sudah berapa kali aku bilang sama kamu. Kalau belum dikasih sama Tuhan, kita bisa apa? Pasrah dan ikhtiar terus. Jangan pikirin yang aneh-aneh. Yang penting, jaga kesehatanmu, jangan stress biar nggak drop lagi."Keysha memang wanita masa laluku, tetapi Tisna adalah wanita masa depanku.
Baca selengkapnya