Lelaki tampan itu bingung bagaimana mengeluarkan kalimat yang cocok untuk menjawab pertanyaan istrinya. Apakah dia akan mengaku atau memilih bohong seperti yang dilakukan Keysha kepada mereka.
"Kebetulan mungkin, apa benar kamu suka sup kepala ikan?"Mata Bastian tertuju ke arah wanita di hadapannya. Jawaban sedikit beralibi, menanyakan sesuatu yang dia sudah tahu jawabannya. Keysha yang mendapatkan serangan itu tiba-tiba ikut salah tingkah, entah bagaimana menjawab pertanyaan itu."Em, tadi aku pesan itu buat Gita. Gita suka sup kepala ikan."Keysha berusaha bersikap tenang, mencoba menetralisir perasaan yang sudah berkecambuk di rongga dada."Bunda nggak suka, emang? Kan, Bunda sering masak sup ikan di rumah?" bisik Gita pelan tetapi masih bisa terdengar samar-samar di telinga mereka.Kini, semua mata terpaku tertuju padanya, meminta penjelasan lebih dalam. Tatapan mereka kepada Keysha seperti tatapan yang ditujukan kepada malNada Keysha datar tanpa menoleh ke arahnya. Lalu, Tisna langsung merangkul bahunya dengan gemas."Makasih ya, Key," bisiknya.Tak lama kemudian, Ronald menghampiri dengan bungkusan coklat di tangannya. "Thanks, Dad." Setelah menerima bungkusan itu dari papanya, ada senyuman yang manis terlukis di wajah Abel karena keinginannya dikabulkan. Begitu juga dengan Gita. Kedua anak gadis itu mempunyai kesamaan hobi makan."Nih, buat kamu." Minuman soda dingin disodorkan Ronald kepada Keysha. Dengan ragu, dia menerimanya. Jujur, dia tidak begitu suka dengan minuman dingin bersoda. Kondisi fisik tubuhnya tidak bisa menerima minuman jenis itu sebab bisa memicu alergi paru-paru jika dia meneguknya. Namun, ada rasa sungkan jika dia menolak pemberian lelaki yang mencintainya itu. Dia tidak ingin membuatnya kecewa karena menyia-nyiakan ketulusannya."Kalau tubuh tidak bisa menerimanya, jangan sekali-kali kamu meminumnya." Suara ketus itu berasal dari Bastian set
"Key!"Bastian yang panik melihat kondisi seperti itu langsung keluar kamar dan menuju ke kamar pribadinya. Dia mencari sesuatu di lemari obat yang ada di ruangan itu. Setelah mendapatkan apa yang dicari, bergegas dia kembali ke kamar di mana Keysha membutuhkan pertolongan."Tis, kamu tolong oles dan pijat daerah ini." Bastian memperagakan ke punggung sebelah kiri istrinya. Di situ ada satu titik meridian akupuntur yang akan membangkitkan organ paru-paru."Ini." Dia menuangkan cairan kental di telapak tangan istrinya.Tisna pun memasukkan tangan di balik baju Keysha tepat di posisi punggung kirinya. Bastian sungkan melakukannya sendiri, tak mungkin rasanya dia menyentuh kulit tubuh wanita itu secara langsung."Key, ini hirup." Bastian meletakkan cairan minyak kayu putih tepat di bawah lubang hidungnya. Level kecemasan masih tercetak di wajah kala melihat kondisi wanita itu yang masih berusaha mengatur napas pendeknya.
"Enggak usah peduli jika itu menyusahkan kamu. Aku akan baik-baik saja jika tanpa campur tanganmu." Walau suaranya lemah tetapi terdengar lantang."Dasar wanita keras kepala!" Makian terakhir terlontarkan sebelum lelaki tampan itu angkat kaki dari tempat tersebut. Dalam hitungan detik, tubuhnya telah hilang dari pandangan mereka. Melihat suaminya pergi, Tisna mendekati."Key, gimana keadaanmu sekarang?""Membaik, Tis. Sorry ya. Bikin suasana gaduh dan sudah membuat kalian panik." "Kenapa kamu bisa seperti ini? Minum soda? Kenapa dengan minuman itu? Aku nggak ngerti." "Aku alergi minuman dingin bersoda." Tisna melebarkan mata tak percaya dengan pengakuannya. Bagaimana ada alergi langka yang dialami manusia. Bahkan, dia baru pertama kali mendengar ada alergi seperti itu."Aku penyebab kamu menjadi seperti ini, Key. Sorry ya." Ronald menimpali.Dengan cepat, Keysha memberi gelengan tidak menyetujui kes
Bagai petir menyambar tepat di atas kepala, lelaki itu tidak percaya dengan keinginan sang istri yang menyuruhnya menikah lagi. Apalagi calon yang ditunjuk adalah sang mantan."Apa yang mendasari kamu menyuruhku melakukan itu? Aku belum ada keinginan menikah dengan wanita mana pun."Kalimat itu lolos begitu saja dari mulut setelah terlintas dari benaknya. Tidak ada kebohongan sedikitpun, semua yang terucap tanpa direkayasa. Dia memang masih mencintai sang mantan tetapi untuk mempersunting atau memiliki seutuhnya belum ada di benak. Dia masih waras menimbang bahwa dirinya sudah punya istri dan berusaha menghargai status Tisna. Melihat dan menjaganya dari jauh, mungkin itulah cara dia mencintai Keysha."Aku sadar diri, Mas. Aku tidak mau egois. Kamu tahu kondisi kesehatanku yang tidak memungkinkan untuk sembuh." Tisna menjelaskan sedikit maksudnya. Lelaki berjambang tipis tersebut berdecak kemudian berdiri di hadapannya. "Kamu jangan sela
Keysha masuk ke butik dan langsung menuju ke meja kebesaran yang ada di sudut butik. Kepala toko langsung menghampiri dan menyerahkan laporan penjualan, pembelian dan stok barang."Paket yang akan dikirim dan sudah dibungkus hari ini sebanyak 124, Bu." Dia menunjukkan laporan berisi nomor resi yang sudah tercetak otomatis di aplikasi market place. Matanya fokus ke kertas yang ada di tangannya. "Yang belum yang mana?" "Yang ini, Bu. Hari ini akan saya proses karena barusan saya cek pembayaran sudah masuk." Sang kepala toko itu menjelaskan dengan detail."Usahakan hari ini agar customer tidak kecewa." Pesan itu terdengar bersamaan dengan munculnya sosok Tisna dan Bastian dengan senyuman lembut."Hai, Key! Aku tidak melihat Mas Ronald, Gita dan Abel. Ke mana mereka?" Tisna meletakkan sebuah bungkusan di atas meja."Kamu urus ini dulu ya," perintahnya kepada staff tokonya sebelum menyahut Tisna."Mas Ronald bawa
"Kalian?" Sebuah telunjuk ditujukan kepada Keysha dan Bastian."Hai, Yu." Buru-buru Keysha dengan kegugupannya beranjak dari duduk dan mendekati sahabatnya. Memeluk dengan erat, sudah empat tahun lebih Keysha menghilang dari pandangan sahabatnya."Akhirnya aku menemukanmu, Key." Ayu menyambut pelukan dengan hangat."Ngomong-ngomong kamu kok tahu aku ada di sini?" tanya Keysha penasaran.Dia tidak pernah memberitahu keberadaannya sejak kepergian Ikbal. Dia mengasingkan diri dari siapapun karena minder dengan status Janda yang disandangnya."Aku lihat Instag*am yang jual gamis itu. Meski aku belum yakin itu kamu. Nah, aku lihat ada Gita sebagai modelnya. Aku DM kan, kamu baca enggak, sih?" Keysha menggelengkan kepala."Yang kelola Instag*am itu karyawanku. Aku bagian marketplace-nya aja.""Nah, aku datangi alamat butik yang Jakarta kemarin sore, kamunya nggak ada. Aku tanya sama karyawan di sana, dia bilan
Keysha tidak langsung menjawab, berusaha menghirup oksigen sebanyak-banyaknya ke organ paru-paru agar dapat mengurangi sesak yang tiba-tiba menghampiri."Enggak tahu atau mungkin enggak ada lagi.""Mungkin? Jangan bohong kamu, Key. Aku bisa baca dari matamu. Sorot yang menyatakan bahwa masih ada sisa rasa untuknya.""Memangnya kamu Mama Laurent, bisa baca perasaan orang?" Keysha berpura-pura ketawa, meski hati bertentangan dengan apa yang barusan diucapkannya.Ayu menaikkan bahu bersamaan, "hanya Tuhan dan kamu yang tahu bagaimana perasaanmu sebenarnya. Aku hanya menerka saja sesuai instingku selama berteman dengan kamu. Aku kenal kamu, kita berteman bukan baru satu-dua hari, Key. Sejak kita masih SMA." Keysha berusaha menutup perasaan yang sesungguhnya dengan menampilkan selarik senyuman. Namun, Ayu membaca senyuman itu terkesan dibuat-buat. Keysha hilang kata dan pandangannya menyapu ke depan dengan tatapan kosong. Dia sendiri masih bi
"Oh, Tisna belum kasih tahu kamu?" Nada di seberang juga terdengar bimbang. "Tadi Tisna keluar dari butik, sampai sekarang dia belum balik ke sini. Pas aku hubungi ponselnya nggak aktif. Syukur kalau dia bareng Mas Ronald. Tapi dia nggak ngomong apa-apa tadi."Ronald berdecak kesal dan terdengar helaan napas sebelum dia melanjutkan kalimatnya. "Aku balik duluan ke Jakarta bareng Tisna dan anak-anak, ya.""Lho?" Keysha mencebikkan bibir."Mendadak tadi Tisna dapat kabar, papa mama menyuruh kita kumpul di rumah. Ada sesuatu yang penting akan disampaikan. Tadinya aku mau ajak kamu skalian balik, tapi Tisna bilang kamu sibuk banget." Ada kekecewaan di wajah Keysha setelah tahu mereka balik ke Jakarta tanpa memberitahukannya terlebih dahulu. Padahal, dia bisa membawa pekerjaannya ke Jakarta. Meskipun memang mengerjakan di Bandung lebih praktis karena kepala staff nya bisa leluasa membantu mengecek stok barang yang akan ditanyakan."
"Eh, sekretarisku. Ini habis dari kantor. Lembur ada meeting dadakan." Ronald menjawab sedikit salah tingkah. "Kalau anak ini?" Keysha mengelus kepala anak kecil itu dengan lembut. Anak itu mundur dan bersembunyi di belakang gadis yang Keysha belum tahu namanya."Anaknya Bagas, tahu kan?""Bagas, adik kamu?" Bastian menerkanya.Dia mengangguk, "istrinya baru meninggal enam bulan yang lalu, kecelakaan.""Inalilahi ... Sorry ya, aku enggak tahu." "Ya, enggak apa-apa. Jadi sekarang aku yang merawatnya dan kadang gantian sama mama.""Oh, sekretarismu bantuin kamu jaga anak ini juga?" Keysha melihat keakraban dari mereka, anak itu terkesan nyaman memegang tangan sang sekretaris."Halalin segera, biar enggak jadi cibiran orang, masa sekretaris merangkap jadi babysitter." Keysha menggodanya. "Iya, iya, tunggu aja undangannya." Ronald menyambut godaannya dengan kekehan. "Gitu dong move on, bagaiman
"Iya setelah dapat dan sekarang body-ku enggak seksi lagi? Mulai pelan mencampakkanku." Mulutnya tak berhenti menggerutu seperti langkahnya yang terus melaju.Perlahan, Bastian bisa membaca aura kecemburuan dari istrinya semakin memuncak. Dia pun menarik sedikit kedua sudut bibir dan menarik lengan Keysha. "Hei, kamu cemburu?" Wanita itu menahan kaki lagi dan menatap lekat suaminya. Mau mengakuinya, tetapi kok, malu. Namun, syukurlah akhirnya dia peka, batinnya."Au ah, gelap." Lalu, Keysha kembali melangkah menjauhi pemilik mata elang itu. Sementara Bastian masih terpaku memandang punggung Keysha yang semakin lama semakin menjauh."Jadi mikir nih untuk punya anak kedua kalau ngidamnya kayak gini. Parah, kudu siapin stok kesabaran berkarung-karung. Perasaan dulu dia enggak pernah cemburuan kayak begini banget. Selalu percaya karena dia tahu sebesar apa cintaku untuknya." Bastian bermonolog dalam hati sembari menggele
"Sayang, kita ke sana, yuk! Biar kamu minum teh hanget dulu. Sekalian sarapan, aku khawatir kamu masuk angin." Mata Keysha mengikuti arah pandang suaminya. Sebuah tenda kaki lima orang berjualan makanan."Kamu mau makan apa?" tanya Bastian yang duduknya agak berjauhan dengan Keysha. "Ada bubur, soto Surabaya ama tupat tahu.""Bubur aja." Sorot matanya tertuju ke gerobak mamang yang berbaju kuning. "Buburnya enggak pake sambal, kacang, kerupuk dan satu lagi, enggak pake lama." Bastian geleng-geleng lalu menuju ke mamang berbaju kuning itu kemudian kembali duduk di tempat semula. Suasana di sana masih belum begitu ramai "Nih, minum dulu." Teh hangat disodorkan di depannya.Ada resah di wajah suami melihat acara muntah-muntah tadi. Bibir Keysha sedikit pucat dan paras terlihat lemas. Bukannya dia tidak mau membantu, kalian bisa tahu, kan reaksinya, gaes.Dua bubur panas tersaji di meja. Baru beberapa suap bubur itu masuk
"Mau ke mana, Sayang?" tanya Bastian ketika melihat Keysha bersiap dengan kaos lebar yang menutup perut buncitnya dan celana panjang lengkap dengan sepatu kets."Mau jalan keliling kompleks. Kata dokter kalo mau normal, kudu banyak jalan." Keysha berlalu begitu saja melewatinya. "Tunggu, aku temani, ya. Mumpung Sabtu, aku hari ini enggak ke kantor." Bastian beranjak dari duduk dan berjalan menuju ke arahnya."Enggak usah, Mas. Aku bisa sendiri. Kamu jangan mendekat." Dia membentang salah satu tangannya dan tangan lain menutup hidung."Astaga. Iya, aku jaga jarak nanti pas kamu jalan. Aku enggak dekat-dekat. Kamu di depan, entar aku ikutin kamu dari belakang. Aku cuma ingin temani, enggak mau kamu kenapa-napa nanti. Itu aja, oke?" Lelaki itu menahan langkah dan memberi penjelasan. Berharap dia diizinkan ikut. Dia hanya ingin pastikan kalau istrinya aman-aman saja saat jalan pagi.Dengan terpaksa, Keysha mengangguk setuju, "tapi
"Tapi waktu itu kamu jadi pergi 'kan?" Ibu memotong pembicaraannya."Iya, mau enggak mau, bisnis itu penting sekali. Tapi apa, Bu? Tiap jam aku harus video call-an. Terus, pas dia mau tidur, aku harus tunggu dia sampai tidur, baru boleh dimatiin video call-nya. Itu pun karena aku suruh dia ambil bajuku untuk dia cium. Manjanya kelewatan banget. Sementara tadi?"Bastian menarik napas panjang sebelum melanjutkan keluhannya."Bekas saliman tangan dan bekas kecupan di kening, buru-buru dia cuci. Kayak jijik gitu sentuhan suaminya."Kalimat terakhirnya beriringan dengan gelak tawa Danisa."Sabar. Sabar." Wanita mengelus lengannya. Tawaan itu belum berakhir, masih berlanjut untuk beberapa detik kemudian."Perasaan, istri teman-temanku kalau ngidam enggak kayak gitu deh. Ngidamnya cuman makanan doang, martabak, soto, bakso, atau apa gitu. Istriku, kok, beda, ya?""Iya, itu yang Ibu bilang tadi, reaksi setiap ibu hamil itu beda-beda. Ada yang ngidam makanan,
"Bentar, nih mau cukur dulu. Udah lebat." Berbagai alasan dia lontarkan untuk mengulur waktu agar bisa berlama-lama berada di kamar, syukur-syukur dia diizinkan tidur di kamar itu lagi."Enggak pake acara cukur-cukuran. Ayo, silakan keluar! Cukur di kamar tamu." Sekuat tenaga dia mendorong lagi tubuh suaminya. Sebenarnya bukan sang suami tidak bisa menahan tubuh, dia hanya melihat kondisi tubuh sang istri seperti itu. Dia tidak tega menggunakan tenaga untuk memaksa mempertahankan diri. Pintu kamar segera dikunci ketika sang suami berhasil diseret ke luar."Key, jangan gitu dong. Sayang, please, salahku apa? Izinkan aku tidur di sini malam ini." Lelaki itu masih mengiba, berharap hati Keysha luluh. Akan tetapi, usaha permohonannya tidak digubris sang istri. Tidak ada sahutan apapun di balik pintu kamar itu."Key, tolong bukakan pintu, aku lupa sesuatu. Madu yang kamu beli, ketinggalan di kamar. Please izinkan aku masuk untuk mengambilnya." Wajahny
Extra part 1"Mau ngapain kamu ke sini, Mas?" Wajah jutek Keysha di balik pintu kamar kala membuka pintu setelah mendengar ada ketukan."Mau mandi, nih, habis pulang dari kantor, gerah." Sang suami masuk dengan santai sambil melonggarkan dasi yang seakan mencekiknya seharian. "Di kamar tamu, kan ada kamar mandi juga, kenapa enggak mandi di situ aja?" Wajahnya masih menunjukkan ketidakrelaan sang suami masuk ke kamar."Di sana kamar mandinya enggak ada air panas, water heater-nya rusak. Kamu juga tahu, kan?" Bastian masih dengan nada selembut mungkin, membuka jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan dan meletakkan tas kerja di meja.Tatapan Keysha masih menyoroti setiap gerak-geriknya sambil menutup hidungnya."Suami pulang bukan disalim, eh, matanya jutek gitu, sih?" Sengaja lelaki berkemeja putih itu mengulurkan tangannya untuk disalam.Dengan malas akhirnya Keysha mendekati, meraih dan mencium punggung
Bastian paling pintar menggombali mantan pacarnya. Keysha yang mendapatkan kalimat itu langsung merasa melayang jauh di angkasa. Rona wajah si istri pun mulai memerah. Dia pun menggigit bibir menahan untuk tidak tersenyum."Kupastikan kamu tidak bisa ke mana-mana lagi. Kamu sudah menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak akan segan-segan membawamu ke puncak kebahagiaan yang selama ini sudah tertunda akibat ketidak-gentle-anku waktu itu.""Sorry ya, waktu itu aku yang menikah duluan, aku...." Kalimat Keysha terpangkas karena aksi kilat Bastian. Lelaki itu menghentikan paksa kalimatnya dengan mengecup bibirnya lalu menarik diri.Mata Keysha melebar saat mendapatkan perlakuan nakal dari mantan pacar yang kini sah menjadi suaminya. Bertahun-tahun pacaran dulu, mereka tidak pernah sekalipun melakukan hubungan seintim itu. Mereka hanya sekadar melakukan genggaman tangan, pelukan dan kecupan kening."Kamu dengar, Key. Memang kamu istri keduaku, tapi aku pastikan sekara
Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s