Home / Romansa / Aku (Bukan) Jodohnya / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Aku (Bukan) Jodohnya: Chapter 121 - Chapter 130

138 Chapters

Bab 63B

"Operasi akan segera kami lakukan karena lima kantong darah sudah kami dapatkan. Namun, mohon Bapak tetap mencari pendonor untuk menggantikannya. Saya permisi dulu, Pak." Dokter itu pamit dan berlalu masuk ke ruang operasi dengan tergesa-gesa.Tak henti bibir Keysha dan Tisna mengucap syukur atas kabar baik dari dokter. Meskipun mereka harus menunggu lagi hasil dari tindakan operasi, setidaknya Bastian sudah mendapatkan tindakan langsung dari dokter."Key, kamu istirahat ya, atau kamu mau makan?" Tisna mencoba berbicara dengan wanita yang sejak tadi belum berkata apapun. Dia menggeleng dan mata sembab itu menatap lantai keramik putih dengan tatapan kosong. "Key, kamu bisa sakit kalau begini terus, Gita membutuhkanmu." Tisna tahu senjata pamungkasnya adalah Gita. Dia sengaja menyebut nama itu sebagai alasan Keysha bertahan hidup dan menjaga kesehatannya. Benar saja, setelah nama Gita disebut, wajah Keysha berpaling ke arah Tisna yang lebih tegar ketimbang
Read more

Bab 63C

Selama dua jam dokter dan tim medis berada di dalam ruang operasi. Akhirnya dokter keluar dengan senyuman tipis sebab operasi berjalan lancar dan pasien masih dalam keadaan tertidur karena efek dari obat bius."Kami akan pantau terus perkembangan pasien sampai dua puluh empat jam ke depan. Pasien dalam keadaan tidur dan akan sadar kurang lebih dua jam kemudian. Setelah sadar, kami akan memindahkan pasien di ruang perawatan."Itulah ucapan dokter terakhir sebelum dia meninggalkan mereka bertiga. Keysha dan Tisna saling berpelukan, saling memberi dukungan setelahnya."Kalian berdua harus pulang malam ini, biarkan aku yang jaga Bastian," saran Ronald dituruti Tisna dan Keysha.Setidaknya kedua wanita itu sudah mendengar kabar baik dari dokter sehingga mereka bisa pulang dengan perasaan yang sedikit tenang."Tis, kamu harus janji. Jaga diri dan kesehatanmu. Kamu butuh istirahat dan aku enggak mau kamu drop lagi." Amanat dari Keysha untuknya sebelum dia turun dar
Read more

Bab 64A

POV KeyshaPerasaanku sedikit lega saat wajah tampan yang tertidur pulas itu tidak meringis kesakitan. Damai dan tentram yang kurasakan sekarang. Iya, dia lelaki masa lalu yang pernah kusayangi. Namun, aku tidak menyangkal, kini masih ada rasa itu di hati untuk si lelaki yang sedang memejamkan mata.Rasa khawatir begitu amat besar saat aku harus menyadari kematiannya ada di depan dan kapan saja. Ah, apa aku salah mempunyai perasaan itu? Aku seorang janda sedangkan dia lelaki beristri. Terkadang aku merenungi, mengapa kita selalu berada di situasi seperti ini? Dulu aku yang bersuami saat dia masih mengharapkanku. Kini aku janda, dialah yang beristri. Seakan-akan takdir sedang mengolok-olok hubungan kami yang tidak akan sampai ke final pelaminan. Apa memang Tuhan sengaja menyusun rencana skenario seperti itu?Tak bosan aku menatap kagum wajah tampan khas keturunan timur tengah, menambah pesona di mata siapa saja yang memandangnya. Jambang tipis di
Read more

Bab 64B

Dia selalu begitu, jawabannya kebanyakan berisi candaan. Padahal, aku mengingatkan agar dia tidak mengulangi kesalahan fatal. Aku akan merasa bersalah seumur hidup jika dia harus tiada gara-gara mengorbankan diri untukku. Belum kutanggapi, dia melanjutkan kalimatnya."Aku belum rela mati kalau aku belum menikahi kamu." Dia menatapku lekat dan terlihat santai saat mengucapkan kalimat terakhirnya."Ssttt ...." Benar-benar, ya, dia. Padahal bukan itu maksudku, dia semakin menjadi-jadi menjawab pernyataanku."Jaga ucapanmu, ada Gita di sini. Bercandanya kelewatan." Mataku melotot sambil berbisik lalu beralih pandang ke arah Gita yang berdiri dan mendekati. Aku was-was sekali kalau sampai kedengaran putriku. Aku tidak mau anak itu berprasangka buruk tentang hubungan masa lalu kami."Aku nggak sedang bercanda, Key. Malam tahun baru itu Tisna melamarmu untuk aku, kan?" Seperti dia sengaja menekankan kalimat tersebut padahal
Read more

Bab 64C

Aku memberanikan diri untuk bertanya setelah kami sudah memesan minuman. Dari tadi matanya terpaku memandangku. Agak risih sih, tapi mau gimana lagi, tidak mungkin aku memakai topeng atau melarang mata itu memandang."Ada sesuatu yang ingin aku sampaikan kepadamu.""Soal?" Aku sengaja menggantung ucapanku."Kasus perencanaan pembunuhan tempo lalu.""Oh, ya? Udah nemu siapa dalangnya?" Aku bertanya dengan antusias. Rasa penasaranku naik ke ubun-ubun untuk masalah ini. Aku juga ingin tahu siapa yang menyuruh orang untuk mencelakakan aku padahal aku tidak pernah merasa punya musuh sama sekali.Dia mengangguk pelan, "Melinda."Satu nama itu membuatku tersenyum masam, sekuat tenaga aku mengontrol perasaan aneh yang ada di rongga dad4ku. Entah mengapa dari awal bertemu, aku sudah bisa merasakan aura wanita itu begitu membenciku sehingga harus melakukan penyerangan berulang kali terhadapku."Sorry ya, aku enggak tahu dia bakal mencelakakan kamu. Aku ng
Read more

Bab 65A

"Ada apa, Mas?" tanya Keysha seraya menautkan kedua alis."Tisna."Satu nama cukup membuat jantung Keysha berdegub kencang, segera ingin mengetahui kabar apa yang menimpa teman baiknya itu."Iya, Tisna kenapa?" tanyanya lagi memastikan."Kritis. Tiba-tiba dia pingsan pas lagi di toilet sebelum Bastian berangkat ke kantor. Langsung dibawa di rumah sakit dan sekarang sudah dalam penanganan dokter."Perasaan Keysha semakin tak karuan, berdebar-debar seperti habis melakukan lari maraton mendengar kabar kritis itu. Dia tak ingin ada sesuatu yang buruk terjadi. Heran, mengapa seakaan-akan hidupnya tak pernah tenang. Baru saja terjadi kasus penusukan dan sudah ditemukan dalangnya. Sekarang berita tak sedap pun tak kalah menyakitkan."Sekarang aku mau ke rumah sakit, kamu mau ikut?" tanya Ronald sambil berdiri dan bersiap-siap."Aku akan nyusul ke rumah sakit, sekarang aku harus jemput Gita dari sekolah dulu. 15 menit lagi dia k
Read more

Bab 65B

Pagi itu, Keysha singgah ke butik setelah mengantar Gita ke sekolah. Dia duduk diam tanpa banyak berbicara kepada siapapun. Suasana hatinya buruk dan enggan melakukan aktivitas sehari-hari.Pikiran kalut hanya tertuju kepada wanita yang terbaring di ruang ICU itu. Bolak-balik dia mengirim pesan kepada Bastian untuk menanyakan kabar terkini, tetapi kabar yang diterima masih sama seperti yang kemarin. Tisna belum bangun dari tidurnya.***Setelah melewati empat malam di ruang ICU, akhirnya Tisna mau membuka mata dengan kesadaran yang sudah mulai stabil. Kabar baik itu langsung terdengar oleh Keysha yang bergegas menuju ke ruang perawatan.Gita yang selalu ingin tahu keadaan Tisna, pun ikut bersama bundanya. Gadis itu merasa dekat dengan Tisna dan tahu kalau Tisna sayang kepadanya. Gita juga selalu menyemangati dan mengajak Keysha berbincang kala melihat dirinya sedang melamun. Ah, anak itu memang kedewasaannya di atas rata-rata anak seusianya. Sifat
Read more

Bab 66A

"Kenapa harus terburu-buru, Tis? Aku mau tunggu kamu sembuh dulu." Ucapan Keysha membukakan mata Tisna yang tadinya terpejam. Sepertinya wanita pucat itu sangat lelah menahan sakitnya kanker yang sudah menggerogoti hampir seluruh tubuh."Menikah adalah ibadah. Sesuatu yang baik harusnya disegerakan, bukan malah ditunda-tunda. Kamu paham maksudku, Key?"Kalimat per kalimat itu meluncur di lisannya dengan pelan, tetapi ada kemantapan dalam hati untuk segera melihat pernikahan kedua suaminya."Tapi, Tis ...." Gita mengelus punggung bundanya dan memberi isyarat mata agar Keysha menahan kalimatnya dan mengiyakan saja permintaan Tante yang terbaring.Kalau sudah begitu, Keysha tak bisa berbuat apa-apa lagi. Helaan panjang berusaha memasukkan sebanyak-banyaknya oksigen di dalam rongga paru agar mengurangi sesak yang bergemuruh di sana. Sorot mata menerawang kosong ke arah luar jendela, bingung harus bagaimana menolaknya. Di
Read more

Bab 66B

Air mata Keysha yang tertumpuk di pelupuk kini jatuh seenaknya membasahi pipi yang sudah dipoles bedak. Wanita pucat itu pun memaksakan senyuman walau sedang menahan nyeri susulan di dadanya. Namun, Keysha menyadari perubahan wajah kesakitan darinya."Tis, kamu kenapa?" "Kanker yang aku derita ini adalah penyakit genetik. Nenekku juga mengalami kanker payud*ra dan hanya bertahan beberapa bulan setelah dokter memvonisnya." Tangannya mengelus bagian dada menahan sakit."Tapi aku yakin kamu bisa sembuh, Tis." Tak bosan Keysha memberi semangat kepadanya."Jadi gimana, Key? Kamu mau, kan, bantu aku mengelola garmenku? Clara akan membantu, kamu tidak sendiri. Kamu tidak usah khawatir." Tisna mengulurkan tangan dan meminta berkas yang dipegang Clara. "Coba kamu baca dulu berkas ini kemudian tolong kamu tanda tangani di bawah itu." Dia menyerahkan kertas putih ke arah Keysha. Mata Keysha menyimak poin-poin yang tertulis di kertas itu.
Read more

Bab 67A

Air mata Tisna pun luluh begitu saja tanpa ditahan. Dia sangat senang bisa menjadi istri dari lelaki itu. Meski dia tahu, maut yang ada di depannya sekarang akan memisahkan mereka."Mas, aku titip Keysha. Aku mohon kamu jangan pernah menyakiti perasaannya. Awas aja kalau nanti dia ngadu kalau kamu mem-bully dia." Wanita itu menoleh ke arah Keysha, begitu juga dengan Bastian yang melirik sekilas ke arahnya."Iya, aku janji." ***"Gimana saksi? Sah?""Sah.""Sah."Untaian doa pun terdengar sebelum Keysha mencium tangan suami barunya dan disusul kecupan kening Keysha dari Bastian. Mata pengantin wanita tak sengaja mengarah ke arah Tisna yang sedang memejamkan mata seperti tertidur. "Tisna?" Bergegas Keysha berlari menghampiri temannya yang duduk di kursi roda dengan tangan yang sudah terlulai lemas. Keysha meraih tangan yang dingin, diraba denyut nadi yang tak bernada. Hampir semua orang mengelilingi dan menatap iba wanita itu yang terlihat s
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status