Semua Bab Perjuangan Sang Mantan Napi: Bab 51 - Bab 60

76 Bab

51|Ini Fitnah

Aku tahu dia belum selesai bicara dan sengaja menggantung kalimatnya. Karena hanya aku yang bisa mengerti, maka aku bertanya. Dia tidak akan berani menyentuh aku seujung rambut pun di depan keluarga suamiku. Dia selalu memastikan hanya ada kami berdua ketika menyakiti aku. Tentu saja dia tidak akan berterus terang. Dia bahkan tidak menoleh ke arahku. “Tidak ada tetapi, Jenar. Kamu salah paham,” katanya dengan senyum menghiasi wajahnya. “Tidak perlu pergi, Nak.” Ayah berdiri dari tempat duduknya. “Kami sudah membuat Jax dan Remy tidak nyaman dengan kehadiran kami. Seharusnya kami yang pergi, bukan tuan rumah.” “Ayah?” panggil Ibu bingung. Dia melihat ke arah Lauren, meminta dukungan. “Ayah, kita belum selesai bicara. Bagaimana dengan—” tanya Lauren sambil melihat Dina dan Ibu secara bergantian. Pria itu tidak mau tahu dan berjalan keluar rumah. Yang lain pun terpaksa mengikutinya. Wahyo menatap aku dengan tajam, tetapi aku tidak membalasnya. Aku hanya menundukkan kepala, menatap la
Baca selengkapnya

52|Rahasia Kami

Wanita ini hebat juga. Aku tidak pernah tahu bahwa dia pantang menyerah. Mungkin dia belum pernah ditolak oleh siapa pun sehingga dia bersikeras begini. Aku tidak mau mempermalukan dia lebih jauh. Dia layak untuk mengangkat kepalanya ketika keluar dari rumah ini.Seharusnya dia menurut saja dan pergi dari rumah ini. Tidak ada tempat untuknya di antara kami berdua. Setelah menyakiti aku selama bertahun-tahun, dia masih berusaha untuk memprovokasi kami. Dia pikir aku tidak tahu bahwa Jeff sudah lama tidak menyentuhnya. Aku mengenal suamiku dengan baik, tetapi dia berani membuat aku meragukannya. Maka aku tidak segan lagi.“Yang kamu rasakan kepada suamiku bukan cinta. Kamu terobsesi kepadanya. Dia adalah suami sahabatmu sendiri, Dina. Apa kamu pikir aku berbohong saat mengatakan dia hanya mencintai aku?” Aku menoleh ke arah Jeff.“Aku mengizinkan dia tidur dengan perempuan pertama yang menawarkan tubuh kepadanya.” Aku membelai pipi suamiku. “Aku yang memberinya lampu hijau untuk tidur d
Baca selengkapnya

53|Sebuah Pengorbanan

Apa mungkin Wahyo datang, lalu membawa mereka pergi? Dina pasti sudah mengadu kepadanya. Dia punya senjata. Dengan pistol itu, bisa saja dia mengancam Jeff dan menyuruh mereka ikut bersamanya. Oh, Tuhan. Aku tahu misi ini sangat berbahaya.Namun mengapa keluargaku yang mereka ambil? Mengapa tidak aku saja? Akulah yang masuk ke rumah mereka dan mengambil semua bukti itu, bukan suami dan anak-anakku. Sudah cukup aku yang sakit dan menderita, tidak perlu mereka juga merasakannya.“Sayang.” Terdengar suara Jeff memanggil. “Jenar!” Itu benar-benar suara Jeff. Mengapa dia bicara begitu khawatir? “Sayang, bangun! Aku di sini! Kami di sini!”Mendengar itu, aku membuka mataku. “Mama! Mama, ada apa??” seru Jax dan Remy. “Pa, ada apa dengan Mama?” Iya, ini suara suami dan anak-anakku.Jeff duduk di sisiku, sedangkan Jax dan Remy berdiri di sisi tempat tidur. Aku mengedipkan mata dan mereka bertiga masih ada di dekatku. Mimpi. Syukurlah, aku hanya bermimpi! Aku segera duduk dan memeluk suamiku. T
Baca selengkapnya

54|Belum Berakhir

~Jeffrey~ Aku melihat Franky yang gelisah sendiri dengan pakaian yang dia kenakan. Kami tidak punya banyak waktu, jadi aku berjalan lebih dahulu. Pria di depanku berjalan dengan santai, lalu mengangguk ke arah petugas yang ada di balik sebuah meja. Aku melakukan hal yang sama. Pria itu berhenti di depan sebuah ruangan. Dia menoleh ke arahku, lalu menggerakkan kepalanya sebagai sinyal bahwa ini ruangan yang aku cari. Aku mengangguk dan memasuki ruangan yang pintunya dibiarkan terbuka. Aku tidak perlu memeriksa semua meja, karena aku tahu yang mana meja kerja laki-laki berengsek itu. Enak saja dia mendekati orang tuaku untuk meminta restu menikahi Jenar. Kami belum bercerai, dia sudah melangkah lebih dahulu. Apa dia dan Dina begitu terobsesi dengan kami sampai melakukan segala cara untuk memisahkan kami? Franky datang, dia langsung berjongkok di balik meja yang sama denganku. Aku memeriksa barisan laci sebelah kanan, sedangkan dia yang kiri. Aku bekerja secepat mungkin dan terhenti k
Baca selengkapnya

55|Bukan Istriku

Tidak. Kami baru saja bersama lagi. Aku mohon. Jangan sampai terjadi lagi hal yang buruk kepadanya. Lalu lintas masih padat seusai jam makan siang, jadi aku kesulitan untuk tiba di rumah Moira lebih cepat. Melihat ada ambulans tidak jauh di depanku, aku mengikuti dari belakang.Aku tidak menduga bahwa mobil itu menuju kompleks tujuanku. Sudah ada banyak ambulans dan mobil polisi di depan rumah Moira. Jantungku yang berdebar dengan cepat, berdetak lebih kencang lagi. Begitu berisik sehingga suara dan bunyi di sekitarku hanya samar-samar aku dengar.“Kasihan wanita itu. Darahnya banyak sekali.”“Yang pria lebih kasihan. Mereka masih berusaha untuk memompa agar jantungnya berdetak lagi. Apa menurutmu dia akan selamat?”Beberapa orang mengerumuni seseorang yang berbaring di garasi luar. Langkahku terseok-seok, tidak kuat membayangkan siapa yang berbaring di sana. Yair. Pengawal Moira. Aku merasa berdosa bernapas dengan lega, tetapi aku bersyukur itu bukan Jenar.Pintu depan rumah itu tera
Baca selengkapnya

56|Salah Pilih

~Jenar~ Aku tidak bisa bicara melihat peluru itu melesat dengan cepat dan mengenai dada kanan Moira. Dia tertegun sejenak dan memeriksa tempat di mana peluru itu bersarang dengan tangannya. Tanpa hati, Wahyo melepaskan peluru kedua. Aku tidak menunggu dan meninju wajahnya dengan keras sampai terdengar bunyi pada lehernya. Suasana seketika hening hingga aku yakin bunyi jarum jatuh pasti akan terdengar. Aku melakukan hal yang perlu aku lakukan, berlari mendekati Moira. Aku baru melangkah, rambutku ditarik dengan kuat dari belakang, menghentikan langkahku. Aku berteriak kesakitan, tetapi dia menarik aku sampai punggungku bertemu dadanya, lalu melingkarkan tangannya di leherku. “Aku sudah memberi peringatan, tetapi kamu abaikan.” Dia menempelkan mulut pistol di pelipisku. “Lawan aku lagi, maka aku tidak akan segan-segan menghabisi anakmu di depanmu.” “Ti-tidak,” kataku, mulai ketakutan. “Ja-jangan sentuh anakku.” “Kalau begitu, berhenti berbuat bodoh dan ikut denganku.” Dia menarik ak
Baca selengkapnya

57|Semua Salahku

Tidak peduli dengan rasa lelah dan perih, aku pergi ke rumah sakit bersama Moira. Dia memaksa aku untuk makan. Walaupun lidahku tidak bisa merasakan, aku memaksakan diri untuk menghabiskan semua makanan juga kue yang dia siapkan untukku.Jeff berdiri mondar-mandir di lobi menuju ruang gawat darurat. Ketika pintu otomatis terbuka, dia menoleh. Begitu dia menyadari bahwa aku yang datang, dia mendekat dan memeluk aku begitu erat. Aku tidak protes merasakan aku kesulitan bernapas. Ini tidak apa-apanya dengan yang aku rasakan saat bersama Wahyo.“Apakah dia menyakiti kamu. Ada yang terluka? Kita periksakan keadaanmu, ya?” Jeff membingkai wajahku dengan kedua tangannya. Dia melihat wajahku baik-baik, lalu turun ke leher. “Apa dia yang melakukan ini?” Aku meringis merasakan sentuhannya di kulit leherku yang terluka.“Aku tidak apa-apa. Bagaimana keadaan Mo?” tanyaku ingin tahu.“Kamu lebih penting bagiku. Kamu harus diperiksa oleh dokter.” Dia merangkul bahuku dan berniat membawa aku ke ruan
Baca selengkapnya

58|Orang Baik

~Jeffrey~Jenar menolak untuk dijemput dan mengatakan akan diantar oleh teman baiknya. Dia tidak menyebut nama orang yang dia maksud membuat aku semakin khawatir. Franky menyuruh aku untuk pergi dan menunggu istriku di lobi.Wajahnya terlihat jauh lebih tua hanya beberapa jam berada di rumah sakit. Mungkin aku juga punya ekspresi yang sama. Akhirnya aku menyadari satu hal yang tidak aku perhatian sebelumnya. Pria ini mencintai wanita yang ada di ruang ICU itu.“Sebaiknya kamu makan atau minum sesuatu. Tidak ada gunanya kamu menunggu dia di sini, lalu mati sebelum sempat melihat dia membuka mata.” Aku melirik ke arah tas bekal yang dibawakan oleh asistennya, tetapi tidak juga disentuhnya.“Apa kamu tidak bisa punya sedikit simpati saat bicara?” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.“Aku tidak suka basa-basi.” Melihat dia berjalan mendekati tempat duduk di mana tas itu berada, barulah aku berjalan menuju elevator.Cukup lama aku menunggu sampai bisa melihat dia lagi berdiri di hadapanku.
Baca selengkapnya

59|Korban Fitnah

~Jenar~Dina didatangi polisi di kantornya. Akhirnya, dia ditahan juga. Padahal Franky sudah melaporkan perbuatannya dan Wahyo sejak hari Senin lalu. Apa harus ada kejadian penembakan baru mereka menahan para penjahat itu? Aparat hukum di negara ini memang harus berbenah.Anak-anak pulang dari sekolah, kami langsung menuju apartemen. Untuk membeli bahan makanan, kami mampir ke swalayan yang ada di dalam gedung. Ada banyak petugas keamanan di gedung ini, jadi kami aman dari serangan orang jahat. Siapa tahu Wahyo nekat lagi.“Mama mau masak apa?” tanya Jax yang mengintip adonan di atas konter.“Donat dan roti goreng. Kalian mau?” Aku melihat Remy dan Ardi menyusul Jax. Mereka begitu ingin tahu camilan apa yang akan kami siapkan.“Maauu!!” jawab mereka bertiga serentak. Aku dan Bian tertawa mendengarnya.Kami menikmati kudapan itu bersama sambil menonton film kartun yang diputar salah satu saluran. Jax dan Ardi berebut menceritakan ujian yang mereka hadapi tadi. Aku senang melihat mereka
Baca selengkapnya

60|Bebaskan Dia

~Jeffrey~ Wahyo yang sudah menembak Moira dan para pengawalnya, lalu membawanya entah ke mana. Apa yang terjadi sampai Jenar yang dituduh menembak sahabatnya? Pistol itu milik pria berengsek itu, mengapa jadi istriku yang disalahkan? Franky bodoh itu juga tidak berguna. Dia tidak bisa membawa istriku pulang. Apa gunanya menjadi kuasa hukum Jenar? Bian sudah pulang dan anak-anak akhir tertidur. Namun aku tidak tahu harus bicara apa besok bila mereka mencari Jenar. Ardi juga ikut menangis menanyakan mamanya. Franky menyuruh aku untuk berbohong, jadi aku tidak bisa memberi tahu bahwa mamanya ada di rumah sakit. “Apa maksud Bapak?” tanya Franky yang masih bisa bicara dengan tenang, ketika aku harus mati-matian menahan amarahku. “Kita sudah bicara kemarin sore, dan Jenar akan dibebaskan hari ini.” “Ada banyak sekali saksi yang mengatakan bahwa dia masuk ke rumah mereka dan mengambil barang berharga yang ada di rumah mereka. Kami tidak bisa membebaskannya dan membiarkan dia terus melakuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status