Home / Romansa / Perjuangan Sang Mantan Napi / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Perjuangan Sang Mantan Napi: Chapter 41 - Chapter 50

76 Chapters

41|Orang Kiriman

Mereka maju sekaligus untuk menghajar aku. Kecepatan pukulan dan tendangan mereka tidak main-main. Apalagi kekuatan fisik mereka. Aku yang kesakitan setiap kali berhasil meninju wajah atau dada mereka. Sial. Aku tidak menendang agar tidak ada yang menyepak kaki tumpuanku. Sebisa mungkin aku harus tetap berdiri tegak. Kewalahan menghindari serangan mereka, aku mengecoh dua orang di depanku, lalu berkelit agar mereka tidak bisa menangkap atau memukul aku. Kesempatan itu aku gunakan untuk menjauhi mereka dengan mata mencari benda yang bisa aku pakai sebagai senjata. Melihat ada kayu tidak jauh di depanku, aku mengambil dan mengayunkannya ke belakang. Bukan hanya pukulan mereka yang cepat, lari mereka juga. Setidaknya aku sudah punya senjata sekarang. Aku tidak perlu ragu-ragu lagi memukul mereka. Sekali lagi, mereka maju secara bersamaan. Aku mengayunkan tongkat itu dan memukul sekuat tenaga. Lebih cepat semua ini selesai, lebih baik. Mereka mulai ragu melihat aku akhirnya bisa melawan
Read more

42|Datang Lagi

Langkah kaki itu mendekat, tetapi berhenti tidak jauh dari depan pintu. Lalu terdengar langkah kaki yang lain. Oh, tidak. Apa Wahyo membawa seorang teman pulang? Aku melihat ke arah Bian yang merapatkan bibirnya. Tangannya memegang kayu meja dengan erat.Aku ingin menenangkan dia, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa. Kami sedang dalam bahaya dan aku sendiri pun tidak tahu bagaimana bisa keluar dari rumah ini tanpa ketahuan. Langkah kaki itu berjalan menaiki tangga. Semoga saja mereka akan lama berada di atas, jadi kami sempat keluar.Bian menunjuk ke arah pintu, aku mengangguk. Dia berdiri dan berjalan lebih dahulu. Aku berjingkat, mengikutinya dari belakang. Jantungku berdetak semakin cepat, membuat dadaku sesak. Pintu itu tidak mengeluarkan bunyi saat Bian membukanya. Aku nyaris tidak bernapas saat kami melangkah mendekati pintu belakang.“Ah, itu mereka!” seru seseorang yang kami kenal. Aku menoleh ke arah tangga dan melihat Moira berdiri di bordes dengan tangan pengawalnya menu
Read more

43|Misi Aneh

Kami semua memakai baju terusan dengan rok sedikit di bawah lutut. Aku dan Moira memakai baju yang sedikit longgar, sedangkan Talia dan Bian yang mengikuti lekuk tubuh. Mereka terlihat cocok sekali dengan dress pilihan Moira.Rambut kami dibiarkan tergerai dan wajah dirias minimalis. Untuk melengkapi penampilan kami, Moira memberikan sepatu dan tas yang serasi dengan pakaian yang kami kenakan. Bian keluar dari mobil sambil mengomel sendiri. Tangannya tidak berhenti menarik-narik bajunya.“Ternyata kamu bisa juga tidak percaya diri, ya,” goda Moira. “Santai saja. Kamu sangat cantik. Aku tidak akan memberi pakaian yang terlihat jelek di badan sahabatku sendiri.”Seorang pria menyambut kami di lobi, lalu berjalan bersama kami menuju elevator. Wow. Petugas keamanan bahkan tidak meminta tas kami untuk diperiksa. Tiba di lantai tujuan, pria itu keluar lebih dahulu, kemudian berjalan di depan kami.“Silakan masuk.” Pria itu membukakan pintu, masuk, dan menahan pintu tetap terbuka untuk kami.
Read more

44|Jangan Mundur

Wajah anak-anak membayang di benakku. Jika aku tertangkap, aku tidak akan bisa berada di dekat mereka lagi. Mungkin saja hukuman kali ini akan lebih lama dari yang pertama. Aku tidak mau masuk penjara dan berpisah dari Jax dan Remy satu hari pun.Sebelumnya aku tidak merasakan ini, tetapi aku baru menyadarinya. Dina bukanlah orang biasa. Dia punya uang, pengaruh, dan mungkin orang-orang yang siap membantu dia, kapan saja dia butuh. Aku adalah bukti nyata dia bisa mengatur segalanya hanya dengan uang.“Jenar. Lihat aku,” kata Bian yang kembali berdiri di depanku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. “Tarik napas dalam-dalam. Hei, lihat aku. Apa menurutmu orang akan tahu bentuk wajah di balik penutup kepala ini?”Tentu saja aku mengetahuinya, karena dia sahabatku. Tetapi orang lain tidak akan bisa melihatnya apalagi mengenalinya, maka aku menggelengkan kepalaku lagi.“Hal yang sama juga berlaku untukmu. Orang tidak akan bisa mengenali kamu hanya dari bentuk badan saja.” Dia memegang kedua
Read more

45|Menemukan Bukti

Aku tidak tahu mengapa map ini tiba-tiba jatuh. Aku memang hanya memeriksa setiap dokumen dengan cepat. Tidak ada niat membaca isinya. Ketika membaca isi dokumen ini aku sangat terkejut. Dina menyimpan sebuah rahasia yang sangat besar.Orang tuanya pasti tahu mengenai hal ini. Lalu mengapa mereka mendukung tindakan jahatnya? Dilihat dari tanggal kelahiran, maka kejadiannya saat dia belum bergabung bersama kami di tempat kerja yang lama. Lama berteman dengannya, aku tidak pernah mendengar dia bercerita mengenai anak yang dia lahirkan.“Di mana anak perempuan ini?” tanya Jeff pelan. Aku menggeleng pelan. “Dia tidak pernah bicara tentang anak. Apa dia memberikannya kepada orang lain?”“Kemungkinan besar anak itu ada pada ayahnya. Kamu lihat namanya? Aku akan cari tahu di mana pria ini berada. Kita akan tahu segalanya setelah mendengar ceritanya,” kataku, memberi saran.“Aku ikut. Kamu keluar malam entah melakukan apa, aku tidak mau membiarkan kamu melakukan semua ini sendiri lagi. Aku ik
Read more

46|Malaikat Pelindung

Mata para wanita bergantian melihat ke arah pria itu dan aku. Lalu mereka saling bicara terhadap satu sama lain. Berbeda dengan saat mereka menuduh aku, suara mereka kini sangat pelan sehingga aku tidak bisa mendengar.“Mengapa semua hanya sibuk bicara sendiri?” katanya lagi, melihat tidak ada yang menjawab pertanyaannya. “Mengapa klien saya dihalangi untuk masuk ke rumahnya?” Apa aku bilang? Dia adalah paket lengkap idaman wanita.“Maaf, Pak. Ibu ini adalah seorang pembunuh, jadi sebagai Ketua RT saya berkewajiban untuk menjaga keamanan lingkungan. Warga meminta agar ibu ini diusir dari kompleks ini,” kata pria itu tanpa wibawa. Masa hanya dengan alasan itu dia mau mengusir aku?“Ibu ini punya nama, Pak. Jenar Arunika. Nama yang indah, bukan?” Franky berdiri di sampingku. Aku melirik ke arah Moira yang menyipitkan matanya ke arah pengacaraku. “Ibu Jenar sudah menjalani hukuman penjara. Selama berada di sana, Ibu Jenar dibina secara mental dan rohani agar bisa kembali ke masyarakat. L
Read more

47|Tidak Berguna

~Jeffrey~Tiba di rumah setelah menghadiri acara di rumah adikku, aku mengharapkan kedamaian. Aku sudah lama merindukan hidup tanpa bertengkar dan saling curiga. Sepertinya harapanku itu terlalu tinggi, karena Dina lagi-lagi merusak suasana hatiku.Namun aku tidak terpancing dengan omongannya. Bila Jenar bilang dia pergi menemui temannya, maka itu adalah temannya, bukan pria lain. Sampai kapan aku harus terus berpura-pura begini? Akting bukanlah keahlianku.“Papa, apa Mama Kedua akan selamanya tinggal bersama kita?” tanya Jax saat aku menemani mereka sampai tidur di kamar.“Mengapa kamu tanyakan itu? Kamu tidak suka dia tinggal di sini bersama kita?” Aku balik bertanya.“Tidak, Pa,” jawabnya jujur.“Aku juga tidak,” timpal Remy. “Aku mau Papa sama Mama saja. Tidak mau ada Mama Kedua.”“Kalian sabar, ya. Kita pasti akan tinggal berempat saja.” Aku mengusap kepala Jax, lalu duduk di tepi tempat tidur Remy.“Berempat itu, Papa, Mama, aku, dan Remy?” tanya Jax sambil menghitung dengan jem
Read more

48|Rahasia Kelam

Seandainya dia juga tahu bahwa aku tidak seperti yang dia pikirkan. Wanita ini sudah bersamaku selama empat tahun lebih, tetapi tidak bisa membaca pikiranku. Jangankan dia, Jenar yang sudah menikah denganku selama lima tahun pertama bersama, juga tidak bisa membaca aku. Dina membelai pipiku ketika aku hanya diam, sedangkan tangannya yang lain turun ke bawah tubuhku. Dia tersenyum penuh kemenangan melihat aku hanya diam. Namun saat tangannya memegang bagian pinggang celanaku, aku menahan tangannya itu. “Kita hanya akan melakukan ini bila aku menginginkannya.” Aku melepaskan tangannya dan sedikit mendorong tubuhnya menjauh dariku. Anak. Aku hanya mau punya dua anak saja. Apa dia pikir biaya membesarkan seorang anak itu murah? Belum lagi berbagi waktu antara pekerjaan dengan mereka tidaklah mudah. Bagaimana aku harus membanting tulang lebih keras untuk membiayai satu orang anak lagi? “Sampai kapan kau jual mahal begini?” Dia menarik piyamaku sehingga langkahku terhenti. “Kau jajan di
Read more

49|Belum Waktunya

~Jenar~ Jeffrey tidak menjawab pertanyaanku. Dia justru mencium aku habis-habisan, lalu keluar dari kamar, karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku tersenyum melihat ke arah pintu. Tanpa membersihkan diri, aku berbaring. Aku ingin tidur dengan membayangkan dia ada di sini bersamaku. Seolah mendengarkan harapanku, saat membuka mata pada pagi harinya, aku melihat dia berbaring bersamaku. Setelah mencium keningnya, aku membersihkan diri di kamar mandi, lalu menyiapkan sarapan dan bekal untuk suami dan anak-anakku. “Wah, wah, ada yang sedang jatuh cinta,” goda Moira yang menyikut lenganku. “Berapa ronde kali ini? Apakah semalaman?” “Mo!” pekikku terkejut. Bian hanya tertawa mendengarnya. “Belum waktunya untuk bersenang-senang. Kita sedang punya masalah besar.” “Ah, santai saja,” kata Moira dengan entengnya. “Biarkan Frank yang mengurus segalanya. Kamu cukup duduk dengan tenang dan tunggu instruksi darinya.” “Tetapi,” Bian melirik ke arah para karyawannya, “menuntut seora
Read more

50|Sangat Serasi

Sebelum menikah, kami sepakat untuk punya satu orang anak saja. Namun saat Jeff naik pangkat, dia berubah pikiran. Dia mau kami punya dua orang anak. Dia sangat perfeksionis dan memikirkan masa depan lebih jauh dari yang sanggup aku rencanakan.Dia mau membesarkan anak-anak kami dengan nyaman. Kami bertanggung jawab penuh atas mereka sampai mereka cukup umur untuk hidup mandiri. Karena itu, jumlah anak kami disesuaikan dengan kemampuan ekonomi kami. Untuk mencegah punya anak lagi, dia mengambil langkah ekstrem. Sejak itu, aktivitas ranjang kami menjadi lebih nikmat.“Dia bukan istriku,” jawabnya singkat. “Hanya kamu yang perlu tahu segalanya tentangku.”Itu adalah hal terbaik dalam hubunganku dan Jeff. Kami tidak menyimpan rahasia apa pun terhadap satu sama lain. Setiap hal yang aku kerjakan sepanjang hari, apa yang aku alami, pasti akan aku ceritakan kepadanya. Begitu juga dengannya. Hanya rahasia perusahaan yang tidak kami bahas.Ketika ada orang yang mencoba memprovokasi kami, mere
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status