Home / Romansa / Perjuangan Sang Mantan Napi / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Perjuangan Sang Mantan Napi: Chapter 61 - Chapter 70

76 Chapters

61|Aku Pulang

~Jenar~“Ada apa? Mengapa kau terus melihat ke arah pintu itu?” tanya Dina dengan nada mengejek. “Kau pikir kau akan dibebaskan hari ini?” Dia tertawa terbahak-bahak.“Kau akan ada di sini sampai sidang putusan. Tidak akan ada yang bisa membantu kau keluar setelah kejahatan besar yang kau lakukan,” katanya lagi.“Heh! Apa kau tidak bisa diam?? Kepalaku sakit mendengar suara cemprengmu. Kalau kau masih ribut juga, aku tarik lidahmu itu!” ancam wanita yang berada satu sel denganku.Dina menutup mulut dan tidak bicara lagi. Wanita di dekatku itu kembali berbaring dan melanjutkan tidurnya. Aku pikir hanya aku saja yang terganggu dengan ejekan Dina, ternyata ada yang berpikiran sama denganku. Suasana sekitarku tenang lagi.Franky tidak akan ingkar janji. Dia pasti mencari bukti yang bisa membebaskan aku dari semua tuduhan. Aku harus percaya kepadanya dan menunggu dia melakukan tugasnya. Jeff juga tidak akan tinggal diam melihat aku dikurung begini.Pintu itu akhinya terbuka dan seorang pri
Read more

62|Tindakan Bodoh

“Franky ikut serta, jadi dia pasti akan mengusahakan agar usaha kami itu tidak diketahui oleh siapa pun. Sebaiknya kita jangan bahas ini lagi.” Dia menundukkan kepalanya. “Aku tahu ini tidak adil untukmu dan anak-anak, tetapi aku harus pergi ke luar negeri lagi hari Senin nanti,” katanya pelan.“Tidak apa-apa.” Aku memegang tangannya yang ada di atas meja. “Kamu adalah tulang punggung keluarga kita, jadi pekerjaan ini sangat penting. Aku dan anak-anak akan baik-baik saja di sini. Ada Bian dan Franky yang akan membantu kami jika ada hal buruk yang terjadi.”Jeff tidak mengatakan apa pun lagi. Dia hanya menggenggam tanganku, lalu menciumnya. Walaupun dia diam, aku tahu pikirannya sedang berkecamuk. Selama Wahyo masih bebas, kami belum bisa tenang. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya terhadap kami.Franky dan Bian membawa anak-anak kembali. Mereka bertiga tidak berhenti bicara mengenai makanan yang mereka pilih di restoran. Setelah kedua sahabatku itu pulang, Jeff mengaj
Read more

63|Ditangkap Juga

Aku menunggu beberapa saat sebelum menjawab. Mereka mendesak aku dengan tidak sabar, jadi aku tergoda untuk membuat mereka menunggu sedikit lebih lama. Bian yang terlebih dahulu marah, maka aku tidak menggoda mereka lagi.“Dia berniat memerkosa aku. Karena aku tidak bisa menggerakkan kakiku untuk menendang itunya, jadi aku genggam saja kuat-kuat. Dia mencekik leherku erat sekali.” Aku menunjukkan luka bekas tancapan kukunya pada leherku.“Polisi gila.” Talia berada lebih dekat denganku sehingga dia bisa melihat luka itu dengan jelas. “Apa rekan-rekannya tidak tahu kalau dia tidak waras? Sudah memfitnah kamu sampai masuk penjara, eh, tidak bertobat juga. Dia menembak Moira dan kedua pengawalnya, juga masih belum ditangkap. Aku tidak mengerti,” kata Talia sambil menggeleng pelan.“Mereka menuduh akulah yang sudah menggoda Wahyo dan merebut pistol itu dari tangannya. Aku tidak habis pikir, skenario dari mana dia jadikan aku sebagai penembaknya.” Aku ikut menggeleng.“Apa maksudmu?” tanya
Read more

64|Maafkan Aku

“Aku minta kamu tunjukkan SIM dan STNK, bukan banyak tanya,” katanya sambil memukul atap mobil dengan keras. Anak-anak menangis, semakin ketakutan. “Cepat!!”Bian bersikap sangat tenang. Padahal aku sudah ketakutan, khawatir mereka akan melakukan sesuatu yang jahat di depan anak-anak lagi. Mereka menyaksikan aku ditangkap saja sudah cukup membuat mereka trauma. Mengapa dia harus berteriak dan memukul?“Saya berhak untuk menanyakan kesalahan saya sebelum Bapak melihat SIM dan STNK saya. Kalau Bapak sita, saya tidak bisa ke mana-mana,” kata Bian dengan berani.“Kamu melawan petugas, apa kamu tahu bahwa hukumannya berat?” Pria itu terlihat semakin garang. “Cepat, berikan SIM dan STNK-nya!”“Selamat siang, Pak.” Seseorang mendekati kedua polisi itu. Kami serentak menoleh ke arahnya. “Apa yang Bapak lakukan kepada ibu ini? Saya tidak melihat ada pelanggaran, jadi mengapa Bapak menghentikan kendaraan mereka?”Aku tidak mengenal pria itu. Dia dan temannya bukan orang yang pernah aku lihat se
Read more

65|Anakku Cerdas

Bian memutar dan memarkirkan mobil di dekat unit gawat darurat. Kami tidak mau melewati pintu masuk utama, jadi jalur ini lebih aman. Tiba di lantai tujuan, kami langsung ke kamar Dina. Dia duduk di ranjangnya dan menatap layar tabletnya dengan serius.“Mama!!” panggil Ardi yang berlari mendekati tempat tidur. Aku menutup pintu, maka Bian yang membantu mengangkat anak itu ke sisi mamanya.Aku mengganti siaran televisi yang menayangkan berita penangkapan Wahyo ke saluran yang memutar siaran untuk anak-anak. Moira memeluk putranya sambil menatap aku dengan wajah bahagia. Dia pasti tersenyum karena pria jahat itu sudah ditangkap.“Sepertinya para wartawan mengejar berita tentang kamu,” kataku pelan, setelah Ardi bergabung dengan kedua temannya. “Mereka bergerombol di dekat pintu masuk.”“Oh, ya? Apa ada yang melihat kamu datang?” tanyanya khawatir. Benar-benar teman yang baik, di saat sedang sakit seperti ini pun dia masih memikirkan aku.“Tidak. Bian langsung berpikir dengan cepat. Kami
Read more

66|Liburan Bersama

~Jeffrey~ Mendengar Moira akan berlibur dengan putranya, aku segera mencari ketersediaan hotel dan tiket pesawat ke daerah itu. Melihat masih ada tiket untuk penerbangan pada jam yang sama, aku tidak pikir panjang dan membelinya. Begitu juga kamar di hotel yang sama dengan mereka. Sudah banyak yang terjadi beberapa minggu terakhir, aku mau keluargaku menjauh sejenak dari kota ini. Jenar tidak bercerita mengenai pengalamannya dihentikan oleh polisi di pinggir jalan. Aku tahu dari Franky. Mungkin dia tidak mau aku mengkhawatirkan mereka saat berada di luar negeri. “Franky? Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Jenar heran melihat pengacaranya ada di bandara. Aku juga tidak tahu dia akan ikut berlibur, tetapi aku tidak terkejut melihatnya di sini. Pria ini perlu belajar menyatakan cinta dan tidak memendam perasaannya terus. “Apa aku tidak boleh berlibur?” Dia memakai kacamata hitamnya, lalu membalikkan badan dan berjalan lebih dahulu menuju ruang tunggu. “Dia hanya merusak suasana sa
Read more

67|Bermuka Dua

~Jenar~Anak-anak melompat senang mengikuti papa mereka ke arah pelabuhan. Jeff bisa menjaga mereka selama menjelajahi tempat ini. Moira pasti tidak ikut bersama Ardi dan Franky yang menemani anak malang itu berkeliling. Jadi, aku memutuskan untuk menemani dia di hotel.Wanita yang aku cari itu sedang duduk sendiri di salah satu sudut restoran. Aku mengambil makanan dan minuman secukupnya, lalu mendekatinya. Tidak ada banyak orang di ruang makan, karena jam makan siang sudah lewat. Untunglah, makanan akan disajikan sampai pukul dua lewat tiga puluh.“Luka yang menjengkelkan.” Dina meletakkan sendok yang dipegangnya ke atas piring.“Ada yang bisa aku bantu?” Aku meletakkan makananku di atas meja, lalu duduk di sisinya.“Tidak.” Dia menghela napas panjang. “Aku masih sering merasakan sakit saat menggunakan tangan kananku untuk pekerjaan ringan sekalipun.”“Beri waktu pada tangan kananmu untuk pulih. Coba latih tangan kirimu seperti saran dokter.” Aku berdiri. “Aku ambil makanan sebentar
Read more

68|Akibat Cemburu

Aku duduk di sisinya dan melihat layar tablet tersebut. Ternyata ada sebuah berita yang tidak aku duga. Bertahun-tahun berusaha untuk melupakan dan melanjutkan hidup, akhirnya aku bisa melihat orang yang menyakiti aku mendapat ganjarannya.Perjuanganku menunjukkan hasilnya juga. Bukan hanya aku yang menuntut perbuatannya di masa lalu, tetapi ada banyak wanita lain. Mereka melaporkan perbuatan pria itu di kantor polisi di mana dia bertugas. Syukurlah, aku tidak mundur ketika menemui banyak kesulitan.“Sayang, apa kamu tidak apa-apa?” Jeff menyeka pipiku. Tanpa aku sadari, aku menangis.Aku menggeleng pelan, lalu meletakkan kepalaku di bahunya. “Aku tidak apa-apa. Ini air mata haru. Aku senang dia akhirnya akan membayar semua perbuatan jahatnya. Semoga saja Franky sehebat yang Moira katakan.”“Dia lebih hebat dari yang sahabatmu katakan. Aku melihat sendiri bagaimana dia mengatasi polisi yang tidak mau membebaskan kamu dari tahanan. Jadi, jangan khawatir. Wahyo dan Dina akan mendekam di
Read more

69|Dia Berbohong

~Jeffrey~Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar. Lauren, adikku sendiri, yang sudah meracuni anak-anakku. Hal yang ingin sekali aku lakukan adalah bicara dengannya dan memintanya untuk bicara jujur. Apa kesalahan Jax dan Remy sampai mereka harus menjadi korban keegoisannya?Mereka memang selamat dan ditangani dokter segera, tetapi mereka bisa saja kehilangan nyawa pada hari itu juga. Kami tidak pernah punya masalah sebelumnya, lalu apa yang mendorong dia melakukan hal sejahat itu?“Jadi, dana yang telah kita terima dari donatur, cukup untuk melaksanakan program liburan kita,” kata kepala keuangan organisasi.Orang yang aku pikir melakukannya adalah Dina. Wajar saja jika dia bisa semudah itu menyakiti anak-anak, karena mereka bukan miliknya. Tidak aku sangka, adikku sendiri pelakunya. Dia bahkan tidak ragu-ragu menjadikan kedua anaknya sebagai korbannya juga.“Bagaimana, Jeff? Apa pendapatmu? Dana yang lebih sebaiknya kita gunakan untuk apa?” tanya bosku. Dari ekspresi wajahnya,
Read more

70|Memberi Pelajaran

~Jenar~ Berada di penjara karena membela diri dan fitnah, sudah cukup membuat kami menderita. Terpisah dari keluarga untuk sementara maupun selamanya bukanlah kehidupan yang mudah. Lalu kami juga harus diperlakukan tidak adil setelah bebas, itu tidak adil. Aku sudah merencanakan hal selain menemui para penjahat itu untuk membalas perbuatan jahat mereka. Cara itu hanya aku lakukan kepada para saksi palsu. Untuk polisi licik dan tidak tahu diri, aku sudah menyiapkan hal yang lebih baik. Hal yang akan membuat mereka berhati-hati bertindak. “Kamu yakin mau melakukan ini?” tanya Talia heran. “Harus. Aku tidak terima dia memperlakukan Bian layaknya penjahat.” Aku mengangkat penutup kepala jaketku untuk menudungi rambutku. Bian mengeluarkan sebuah kandang dari bagian belakang mobil, lalu kami menyeberangi jalan menuju rumah targetku. Setelah memanjat pagar dan mendarat sesenyap mungkin, kami menuju bagian belakang rumah. Bian melakukan keahliannya membuka kunci, dan aku tersenyum saat pi
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status