Semua Bab CEO Galak, Cintai Aku!: Bab 71 - Bab 80

137 Bab

#71

Di tempat lain, Jingga sedang menunggu kendaraan umum yang lewat untuk pulang ke rumah. Keadaan kakinya sudah membaik dan dia bisa berjalan, meski tidak senormal biasanya. Jingga harus belanja kebutuhan bulanan miliknya dan milik keluarganya, sehingga sejak satu jam yang lalu, dia sudah berada di supermarket dan harus mengatasi ramainya tempat tersebut. Setelah selesai berbelanja dan membeli minuman segar untuk menyejukkan tenggorokannya, Jingga berdiri sambil melamun di depan supermarket. “Lama banget,” keluh Jingga. “Mana taksi online juga nggak dapat-dapat.” Akhir-akhir ini, banyak sekali yang dipikirkan oleh Jingga. Awan mengatakan bahwa cowok itu menyukainya dan ingin menjadi pacarnya, dan juga Gerhana yang sepertinya hanya menganggapnya sebagai seorang teman dan adik jika dilihat dari sikapnya malam itu di ruang tamu rumah Mentari saat Senja Abimana datang. Jingga tersenyum getir. Sebenarnya, sudah sejak lama dia sadar bahwa dia tidak akan per
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-03
Baca selengkapnya

#72

Pertemuan antara Surya Sanjaya dan Senja Abimana sudah selesai. Mereka semua keluar dari restoran dan berdiri di dekat mobil masing-masing yang tanpa disengaja dan tanpa disadari diparkir berdekatan. Setelah berpamitan dan Surya Sanjaya meminta Senja juga Mentari untuk bertemu di lain waktu, pria itu masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh supirnya untuk segera pergi. Tak lupa Surya Sanjaya melambaikan tangannya dari dalam mobil kepada Senja, Mentari dan Awan. Juga Devan. Sepeninggal atasannya, Devan langsung mencekal lengan Mentari, hingga cewek itu menjerit. Jeritannya sudah pasti membuat Senja dan Awan menoleh, lalu Senja langsung mencengkeram pergelangan tangan Devan dan menyentaknya hingga tangan Mentari terlepas. Kemudian, Senja membawa Mentari ke belakang punggungnya. Awan pun maju ke depan, berdiri di samping Senja untuk melindungi Mentari. Di tempatnya, Mentari mendesis karena merasa lengannya sakit dan mengusapnya. “Minggir!” seru
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-04
Baca selengkapnya

#73

“Tante Mentari!!!” Teriakan itu membuat senyuman Mentari muncul ke permukaan. Senyuman yang sangat cerah, seperti nama yang disandangnya. Mentari berlutut di tempatnya, membuka kedua tangannya lebar-lebar dan menangkap Angelica Abimana yang berlari ke dalam pelukannya. Anak kecil itu terkikik geli dan menciumi pipi Mentari berulang kali, membuat Mentari kegelian. Dari ekor matanya, Mentari bisa melihat Senja berjalan melewatinya dan mengacak rambut Angelica. Awan setia mengekor di belakangnya bak anak anjing. Kemudian, Mentari menggendong Angelica dan berdiri. “Tante, apa kabar?” “Baik,” angguk Mentari. Dia menggigit pelan pipi gembil Angelica, menyebabkan anak tunggal Senja Abimana itu tertawa geli. “Angel apa kabar?” “Baik juga, dong. Angel kangen tau sama Tante. Tante sering-sering main ke rumah Angel, dong. Kita masak-masak bareng lagi kayak waktu itu. Bikin kue.” Angelica yang sedang melingkarkan kedua tangan kecilnya ke leher Menta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-05
Baca selengkapnya

#74

Ketika mobil Awan sudah sampai di depan rumah Jingga sesuai dengan arahan Mentari, Mentari langsung melompat keluar begitu saja, hingga nyaris membuat Senja mengumpat. Masalahnya adalah, mobil Awan belum benar-benar berhenti. Tapi, Senja menahan diri untuk mengumpat karena pada kenyataannya, sahabatnya yang kebagian tugas menyetir itu juga melakukan hal serupa. Dia langsung keluar dan menutup pintu dengan bantingan, ketika mesin mobil sudah dimatikan. Senja tahu mereka berdua mencemaskan keadaan Jingga, tapi, bukankah mereka juga harus mementingkan keselamatan diri masing-masing? Bukannya Senja tidak khawatir dan tidak peduli dengan kondisi Jingga, tapi Jingga baik-baik saja, bukan? Maksud Senja, Jingga tidak dilarikan ke rumah sakit. Jika tadi Mentari dan Awan kenapa-napa, maka kedua orang itu yang akan dilarikan ke rumah sakit. Pintu rumah Jingga terbuka, ketika Mentari mengetuknya—ralat, menggedor dengan membabi buta—beberapa kali. Wajah Samudra menyambut Me
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-06
Baca selengkapnya

#75

Embun Kurniawan melempar kunci mobilnya begitu saja di atas meja dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Cewek itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dan mendongak untuk menatap langit-langit ruang tamu rumahnya. Dia memejamkan kedua mata. Senyumannya kemudian terbit, kalau ingatannya kembali membawanya ke pertemuan tadi dengan seseorang yang bisa menjadi anak buahnya. Seseorang yang juga menginginkan Mentari dan Senja berpisah. Embun sebenarnya tidak sengaja melihat Senja, Mentari dan Awan sedang duduk di sebuah restoran dan mengobrol dengan Surya Sanjaya. Embun kenal siapa itu Surya Sanjaya. Kebetulan, Embun juga sedang berada di restoran yang berada tepat di samping restoran mereka. Ketika akan pulang, Embun melihat Senja dan Mentari yang bercengkerama dengan beliau. Sialnya, Mentari menggelayut manja di lengan Senja dan hal itu membuat darah Embun mendidih. Bahkan Senja terlihat biasa saja dan justru merasa senang. Sangat berbeda ketika dirinya yang berg
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-07
Baca selengkapnya

#76

Memang ada yang aneh, begitulah pikiran Senja Abimana. Mereka sudah membuat keributan di rumah Jingga, tapi tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang untuk memarahi. Tadinya, Senja berpikir jika ini semua hanyalah candaan yang dilakukan oleh Samudra dan Jingga untuk mengerjai Mentari. Namun, pikiran itu terbantahkan kala melihat Jingga menangis. Setidaknya, masalah bunuh diri bukan candaan. Lalu, tiba-tiba Jingga mengatakan dia adalah anak haram dan Samudra menambahkan bahwa Jingga anak hasil selingkuhan. Dan semuanya menjadi kacau balau. “Hei, anak kecil,” panggil Senja sambil mendesah dan memijat pangkal hidungnya. “Kalau saya harus terus melakukan hal seperti ini di tempat terbuka, orang-orang yang melihat nanti pasti akan menggebuki saya. Kamu mau saya menerima hal tidak adil seperti itu, di saat saya hanya sedang berusaha untuk menahan kamu untuk tidak meronta lagi dan tidak masuk ke dalam karena berpotensi memukuli Samudra terus menerus?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-08
Baca selengkapnya

#77

“Kamu bisa melaporkan hal itu ke polisi, Jingga.” Kalimat itu membuat Jingga, Awan dan Samudra menoleh. Ketiganya sama-sama terbelalak saat melihat Senja masuk kembali ke ruang tamu dengan Mentari yang pingsan di dalam gendongannya. Melihat itu, Samudra buru-buru mendekati Senja dan mencengkeram lengannya. Matanya menyorot tajam ke arah Senja, membuat cowok tersebut menaikkan satu alisnya. “Lo apain dia?” desis Samudra. Tangannya semakin menguat pada lengan Senja. “Nggak gue apa-apain. Dia pingsan karena terlalu banyak menangis dan marah-marah terus,” dusta Senja. Tentu saja dia melewatkan bagian di mana dirinya mencium panas sekretarisnya tersebut. “Dan kalau lo terus-terusan mencengkeram tangan gue begini, lo akan berpotensi menyakiti Mentari. Kenapa? Karena, mungkin aja, gue akan nggak sengaja menjatuhkan Mentari akibat ruang gerak gue yang ditahan seperti ini.” Samudra diam, tapi matanya tetap menatap tajam ke arah Senja. Tentu saja
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-10
Baca selengkapnya

#78

“Pelecehan seksual?” Senja mendengus dan menarik napas panjang. Dia menatap jengkel ke arah Mentari yang benar-benar tak gentar di tempatnya. Senja jadi heran sendiri. Pertama, ke mana perginya anak perempuan yang cengeng, penakut dan bersifat malu-malu lima belas tahun silam? Kedua, bagaimana bisa dirinya jatuh cinta pada Mentari Chrysalis yang sebegini pemberontaknya dan susah diatur? Pasti ada yang salah dengan dirinya. Tapi, mau dia mencari kesalahan itu, Senja tetap tidak menemukannya. Dia memang sudah jatuh cinta pada sekretarisnya. “Terus, kamu mau melakukan apa? Kamu mau melaporkan saya ke polisi?” “Itu ide yang bagus, mengingat Bapak mencium saya dengan paksa, tanpa persetujuan saya!” seru Mentari tak mau kalah. Cewek itu mendorong dada Senja dengan sekuat tenaga, hingga Senja terdorong. Dia bebas. Mentari pun langsung berlari menjauh dari bosnya itu untuk menciptakan jarak. Sialnya, napasnya kini terengah karena dia baru saja m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-11
Baca selengkapnya

#79

Senja Abimana menyandarkan punggungnya dan memijat pangkal hidungnya. Pekerjaannya baru selesai setengahnya. Saat ini, sudah jam makan siang. Dia melihat ke luar ruangan melalui jendela yang ada di dalam ruangannya sendiri. Beberapa di antara para karyawannya sudah tidak ada di meja mereka, termasuk Mentari. Cowok itu lantas berdiri dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja, kemudian membuka pintu ruangannya. Dia menoleh ke segala arah dan menemukan Mellani, teman dekat Mentari di kantor ini, baru saja kembali sambil membawa beberapa kantung plastik. Sepertinya Mellani berniat untuk makan siang di mejanya. “Mel,” panggil Senja. Dia menutup pintu di belakangnya dan mendekati Mellani yang mengangguk sopan ke arahnya. “Kamu liat Mentari?” Mellani menaruh makanan-makanan yang dibelinya di atas meja kerjanya sendiri. Dia mengangguk lagi, kali ini untuk menjawab pertanyaan sang bos. “Mentari mau makan bakso katanya, Pak. Tadi pergi dengan muka senang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-13
Baca selengkapnya

#80

Sikap menyebalkan Senja Abimana rupanya bertahan sepanjang hari. Semua karyawan Senja merasa was-was dan selalu bersikap waspada. Akibatnya, pekerjaan mereka menjadi sedikit terganggu. Sudah begitu, Senja juga selalu marah-marah tidak jelas. Dia selalu uring-uringan. Beberapa karyawannya bahkan ada yang mengatakan bahwa Senja adalah bos terakhir dalam sebuah permainan. Ketika mereka melihat Senja keluar ruangan dan berjalan ke arah toilet, semuanya langsung berkasak-kusuk untuk menggosipi bos mereka itu. “Si bos kenapa, sih? Perasaan tadi pagi masih baik-baik aja. Dia jadi begitu waktu pulang makan siang.” Roby, karyawan paling playboy di kantor ini, langsung membuka suara. Dia menatap Niko yang mengedikan bahu dan memutar-mutar kursinya. “Jangan tanya gue. Lo juga tau sendiri kalau bos kita itu mood-nya susah ditebak. Sebentar-sebentar senang, sebentar-sebentar marah, dan masih banyak lagi.” Niko menatap Mellani. “Mbak Mel, lo tau dia kenapa?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-14
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status