Semua Bab CEO Galak, Cintai Aku!: Bab 61 - Bab 70

137 Bab

#61

Jingga melirik ke arah Mentari yang sedang tertidur. Keluarganya sudah pulang ke rumah dengan diantar oleh Gerhana dan Samudra pun sudah kembali ke kantornya. Senja dan Awan bilang, mereka akan pergi ke kafetaria sebentar untuk mengisi perut. Senyuman Jingga muncul ke permukaan dan menghela napas panjang. Dia lantas menyibak selimut dan perlahan menurunkan kedua kakinya. Salah satu kakinya yang diperban terasa nyari dan dia meringis. Sebisa mungkin tidak menimbulkan suara agar tidak mengganggu dan membangunkan Mentari. “Now, what?” keluh Jingga. Bagaimana caranya dia bisa pergi keluar kamar? Selama ini, jika Jingga ingin ke kamar mandi, dia akan meminta bantuan dari suster. Tapi, ini kan dia mau keluar dan berjalan-jalan. Pasti suster akan memarahinya karena dia memang disuruh untuk lebih banyak istirahat guna memulihkan kakinya yang memang terkilir ketika jatuh dari tangga. “Gue pasti bisa.” Jingga menjejakkan satu kakinya ke lantai. Kaki yang baik
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-24
Baca selengkapnya

#62

Jingga tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Pertanyaan yang dilontarkan Awan kepadanya barusan terlalu tiba-tiba. Dan lagi, alarm di dalam kepala Jingga mendadak berbunyi. Tipe cowok seperti Awan ini sebenarnya adalah tipe-tipe yang patut dijauhi oleh Jingga. Hanya dengan sekali lihat, Jingga dan pastinya semua orang juga akan tahu jika Awan kerap bergonta-ganti pasangan. Buktinya, barusan Senja menggeram dan terlihat sekali ingin membunuh Awan setelah mendengar kata-katanya barusan. “Jadi? Udah punya pacar atau belum?” tanya Awan lagi. Terlalu bersemangat. Mengingatkan Jingga akan anjing besar lucu yang menggoyangkan ekornya dan menatapnya dengan tatapan berbinar ketika bertemu dengan majikannya. Jingga tersenyum canggung dan melirik Senja yang kini memijat pangkal hidungnya sambil menggeleng. A little help, please, Mr. Senja! Jingga membatin. “Jingga belum punya pacar, tapi naksir sama kakak saya, Pak.” Suara itu membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-25
Baca selengkapnya

#63

Embun Kurniawan memerhatikan Mentari Chrysalis dengan kedua matanya yang menyorot tajam, tapi disamarkan dengan senyuman di bibirnya. Saat ini, dirinya dan Senja sedang duduk di sofa, tak jauh dari ranjang Mentari. Cewek itu tidak banyak bersuara semenjak dirinya datang, membuat Embun menyeringai samar. Tentu saja sekretaris sialan itu tidak akan berani berbicara apa-apa. Embun yakin, Mentari pasti merasa minder karena dirinya datang untuk menemui Senja. Jika dibandingkan dengan dirinya, Mentari itu seperti kerikil di dekat kakinya. Mengganggu dan tidak cantik sama sekali. Berbeda dengan dirinya yang sangat berkilau seperti berlian dan mampu membuat cowok mana pun tergila-gila dan tertarik. Bahkan mungkin, bukan hanya lawan jenis, melainkan sesama cewek, orang tua maupun anak-anak, pasti akan memujanya. Walaupun tidak seberkilau dirinya, tapi Embun terpaksa mengakui jika wajah sekretaris Senja ini memang cukup cantik dan manis. Dia mungil dan merupakan tipe ora
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-26
Baca selengkapnya

#64

Gerhana Quill melangkah ke dalam kamar inap adiknya dengan kerutan di kening. Dia langsung kembali ke rumah sakit begitu mengantar kedua orang tuanya pulang. Untung saja keadaan di jalan tidak macet, karena Gerhana sangat mengkhawatirkan Mentari dan sahabatnya, Jingga. Yang dia tahu, Samudra juga harus kembali ke kantor dan dia juga beranggapan Senja dan Awan pasti akan kembali karena Senja masih belum pulih benar. Tapi, ketika Gerhana sampai di kamar adiknya, cowok itu justru mendapati keadaan di dalam kamar sangat tegang. Suhu ruangan turun entah beberapa derajat, hingga Gerhana bisa merasakan hawa dingin itu merayap di tulang belakangnya. “Mm....” Gumaman Gerhana itu menyadarkan semua orang di dalam ruangan. Lima kepala menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan berbagai jenis. Jingga dengan tatapan kaget, Awan dengan tatapan panik, Senja dengan tatapan meminta maaf yang kemungkinan besar sudah menciptakan kekacauan di kamar ini dan Embun yang menatapnya denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-27
Baca selengkapnya

#65

“Tolong jangan terlalu membuat stres nona Mentari, karena hal itu berpengaruh sangat buruk untuk kesehatannya saat ini.” Perkataan dari dokter itu membuat Gerhana, Senja dan Awan mengangguk. Ketiganya sedang berada di luar kamar inap Mentari dan Jingga. Lima menit yang lalu, Mentari tiba-tiba saja jatuh pingsan saat sedang duduk di ranjangnya sendiri. Untung saja Awan yang memang sejak kedatangan Embun selalu berdiri di samping ranjang Mentari, langsung bergerak cepat. Begitu dia melihat tubuh sekretaris dari Senja itu limbung ke arahnya, Awan langsung menangkapnya. Keadaan pun semakin kacau balau. Jingga menangis, menyerukan nama Mentari, begitu juga dengan Senja yang terlihat sangat panik dan cemas. Sementara itu, Gerhana berlari keluar seperti kesetanan seraya memanggil dokter dengan volume suara gila-gilaan. “Saya sudah memberikan obat penenang. Mungkin dia akan sadar dalam beberapa jam ke depan. Sekali lagi, tolong jangan sampai dia merasa stres. Saya perm
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-28
Baca selengkapnya

#66

Senja Abimana bisa mengerti kenapa Mentari Chrysalis mematung di tempatnya saat ini. Kalau boleh mengakui, dirinya juga sangat kaget ketika berhadapan lagi dengan sekretarisnya itu, setelah seminggu lamanya mereka tidak bertemu dan berkomunikasi. Bahkan, Senja sendiri merasa gugup. Sesuatu yang sangat membuatnya tidak percaya dan membuatnya jengkel luar biasa karena merasa seperti ABG ingusan. Semenjak dia mengakui pada dirinya sendiri kalau dirinya memang sudah jatuh cinta pada Mentari, Senja jadi bingung harus bersikap bagaimana jika bertatap muka dengan cewek itu. Untuk menyeret kedua kakinya ke rumah Mentari saja, Senja butuh dorongan super keras dan ekstra dari Awan. Senja memaklumi Mentari yang tidak masuk kantor selama seminggu karena harus memulihkan kondisi kesehatannya. Yang menjadi masalah adalah, kenapa dia juga tidak bisa menghubungi ponsel cewek itu. Senja pernah meneleponnya sekali, sekadar ingin menanyakan kabar Mentari karena merasa khawatir ju
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-29
Baca selengkapnya

#67

Tidak ada yang bersuara. Yang bisa didengar oleh Senja maupun Mentari hanyalah hela napas masing-masing dan juga debar jantung mereka. Wajah yang teramat dekat, bibir yang hampir saling menyentuh, membuat pikiran keduanya mendadak buntu. Mentari ingin sekali memalingkan wajah, tapi entah kenapa dia tak bisa melakukannya. Begitu juga dengan Senja. Baru kali ini dia kembali merasakan perasaan asing yang menggebu-gebu hingga pikiran konyol untuk melahap habis bibir kenyal sekretarisnya itu terlintas di kepalanya. “Mi—minum!” Seruan Mentari itu membuat Senja mengerjap dan mengikuti arah yang ditunjuk oleh Mentari. Segelas es jeruk yang sudah tersedia di atas meja. Lalu, matanya kembali ke arah Mentari yang meringis dan tersenyum aneh. Melihat effort Mentari untuk tetap bersikap tenang, Senja akhirnya tak bisa mengontrol senyumannya. Lalu, senyuman itu menjadi tawa geli dan dia menarik napas panjang. Cowok itu menyisir rambutnya dengan jemarinya, membuat
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-30
Baca selengkapnya

#68

Mentari Chrysalis menatap Senja Abimana dengan tatapan tidak percaya. Cewek itu mati kutu. Dia memang pernah menceritakan penyebab rasa takut dan traumanya jika sedang berada di keramaian. Tapi, dia tidak menyangka kalau orang yang dulu pernah menolongnya saat dia terpisah dari keluarganya adalah Senja Abimana, bosnya sendiri, bersama dengan mendiang istrinya yang dulu masih berstatus pacar, Serena. Mentari melirik Senja. Cowok itu hanya diam saja sejak tadi dan meminum kopi susunya dengan gaya yang elegan dan anggun. Setelah tadi dia meneguk habis es jeruknya, kini bosnya itu meminta minuman lain. Di sofa lainnya, Gerhana, Samudra dan Jingga menatap Mentari dan Senja bergantian sejak tadi. Atmosfer yang tercipta di ruang tamu itu cukup membuat mereka semua tidak nyaman. “Seingat saya, saya udah bilang sama kamu untuk menunggu keluarga kamu di pos itu,” kata Senja, membuka suara setelah beberapa menit terlewat. Dia menatap Mentari yang mengerjap kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-31
Baca selengkapnya

#69

Jam empat tepat. Mentari keluar dari taksi online yang ditumpanginya. Dia tersenyum ke arah perusahaan yang menjadi tempatnya mencari uang di hadapannya. Hanya seminggu, tapi Mentari sudah sangat merindukan tempat ini dan pekerjaannya. Padahal dulu, di saat dia sehat-sehat saja dan mendapatkan setumpuk pekerjaan, Mentari selalu saja mengoceh dan ingin liburan. “Tari!” Seruan itu membuat Mentari menoleh dan melambaikan tangan sambil mengangguk ke arah Awan. Cowok tampan itu memasukkan kedua tangannya di saku celana jeans yang dia kenakkan, lantas mendekati Mentari. “Bapak udah dari tadi di sini?” tanya Mentari. “Kenapa nggak masuk aja ke dalam? Pak Senja pasti masih di dalam, masih kerja. Kan jam kantor selesai satu jam lagi.” Tatapan Mentari terlihat bingung saat dia melihat penampilan Awan. “Bapak kenapa pakai pakaian kasual begini? Kita mau ketemu sama Surya Sanjaya, kan?” “Santai aja sama dia, mah,” kekeh Awan. “Gue udah k
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-01
Baca selengkapnya

#70

“Dan sekarang Bapak mulai narsis.” Sebisa mungkin Mentari mencoba mengalihkan topik. Dia berusaha meredam debaran jantungnya yang menggila dan berdeham. Mengontrol rasa panik dan malunya juga merupakan usaha yang cukup sulit, agar rona merah itu tidak perlu muncul di wajahnya. Tapi, Mentari benar-benar tak bisa berkutik di bawah tatapan tajam dan menuntut dari Senja Abimana. “Narsis? Saya?” Mentari mengangguk tegas. “Kalau bukan narsis, terus apa namanya? Bapak seenaknya aja bilang kalau saya menyukai Bapak barusan. Itu artinya, Bapak terlalu percaya diri. Narsis.” “Saya nggak seenaknya menuduh. Kamu sendiri yang ngomong dan saya masih bisa mendengarnya dengan jelas,” sahut Senja tak mau kalah. “Sekarang, jangan banyak ngomong dan bilang jujur ke saya. Kamu menyukai saya? Secara romantis?” Oke, ini sudah mulai menakutkan dan membuat pikiran Mentari buntu. Dia tidak tahu lagi harus bersikap atau mengatakan apa. Kepanikan itu t
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-11-02
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status