Semua Bab CEO Galak, Cintai Aku!: Bab 41 - Bab 50

137 Bab

41

Mentari Jingga sudah bersiap untuk tidur karena besok pagi dia harus pergi ke kantor pagi-pagi sekali dan menemani Senja untuk rapat dengan beberapa klien, ketika pintu kamarnya diketuk. Cewek itu, yang sudah mengenakan piyama berwarna kuning dengan gambar Pikachu pada bagian depannya, buru-buru mendekati pintu. Saat dibuka, Mentari tersenyum kala wajah tampan sang kakak muncul. Cowok itu memang tersenyum, tapi ada yang berbeda dengan senyumannya. “Kak Erhan?” Mentari memang lebih suka memanggil Gerhana dengan panggilan Erhan. “Ada apa, Kak? Baru aja aku mau tidur.” Gerhana mengusap tengkuknya. Merasa sedikit bersalah karena sudah mengganggu adik kesayangannya yang tengah bersiap untuk tidur. “Tumben jam segini tidur. Masih jam setengah sembilan, loh.” “Besok aku harus nemenin bos galak rapat dengan berbagai macam jenis dan bentuk klien, Kak,” sahut Mentari dengan nada bete. Dia bersedekap. “Maksud aku, pasti kelakuan para klien itu baka
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-03
Baca selengkapnya

#42

“Lo sakit?” Pertanyaan itu membuat Mentari yang mendengarnya, sibuk menahan tawa. Dia masih berada di ruangan Senja dan sedang membereskan pekerjaan cowok itu yang tinggal tersisa sedikit saja. Dan, tentu saja atas instruksi dan petunjuk dari Senja. Mentari juga merapikan ruangan Senja dan barang-barang Senja yang akan dibawa pulang. Sama seperti Senja, Awan yang baru saja tiba karena dihubungi oleh Mentari itu seolah tidak percaya dengan kabar tersebut. Senja mengedikan bahu. “Sepertinya begitu.” “Nggak mungkin,” geleng Awan. “Lo bukan manusia, Sen. Lo robot. Nggak mungkin lo sakit. Selama ini lo nggak pernah sakit.” Cowok itu kemudian diam dan nampak berpikir. “Eh? Pernah, deh. Sekali apa dua kali, gitu. Tapi, itu juga nggak bisa disebut sakit. Orang cuma flu biasa.” “Pak Awan, dengan segala hormat, flu biasa yang baru aja Bapak sebut-sebut itu juga dinamakan sebuah penyakit,” gerutu Mentari. Dia sudah selesai merapikan semuanya. “Nah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-04
Baca selengkapnya

#43

Awan melirik ke arah Senja. Sahabatnya itu sedang tertidur. Entah tidur beneran atau hanya berpura-pura memejamkan kedua mata demi menghindari obrolan tidak penting dengannya. Oke, tidak masalah. Awan juga merasa cukup untuk menyentil sisi Senja hari ini. Dia lantas menatap kaca spion tengah mobilnya dan mengawasi Mentari. Cewek itu tadi terlihat sangat khawatir dan panik, namun saat ini Mentari mencoba untuk mengalihkannya dengan bermain ponsel. Dan, sepertinya hal itu berhasil, melihat ujung bibir Mentari melengkung ke atas untuk membentuk sebuah senyuman. “Mentari.” “Hm? Iya, Pak?” Mentari mengangkat wajahnya dari ponsel yang dipegangnya. Dia balas menatap Awan melalui kaca spion tengah yang sama. “Kenapa, Pak?” “Gimana kabar lo setelah ketemu sama Devan tempo hari? Apa lo baik-baik aja? Seingat gue, waktu itu lo nggak terlalu baik.” Awan tersenyum dan menambahkan. “Oh, tapi kalau lo nggak mau bahas masalah ini juga nggak apa-apa, kok
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-05
Baca selengkapnya

#44

“Tante Mentari!” Seruan riang dari Angelica Abimana itu membuat Mentari tersenyum lebar. Dia segera berjongkok dan merentangkan kedua tangan, kemudian menangkap Angelica yang lari ke dalam pelukannya. Melihat itu, Senja tersenyum tipis, mengusap kepala Angelica dan melanjutkan langkah. Kemudian, Senja duduk di sofa dan bersandar di sana. Dia menaruh kepalanya di kepala sofa dan memejamkan kedua mata. Rasanya benar-benar lelah dan tidak enak sekali. Mungkin tadi dia hanya merasa demam dan sakit kepala, tapi sekarang hidungnya mulai terasa mampet dan tenggorokannya juga menjadi tidak enak untuk menelan. Sucks! “Sen, apa nggak sebaiknya lo ke dokter? Gue bisa antar. Kalau lo nggak mau ke mana-mana, biar gue yang bawa dokternya ke sini.” Awan menaruh barang-barang Senja di atas sofa, di dekat Senja, lalu ikut duduk di sana. Dia menatap cemas ke arah Senja, kemudian melirik Mentari yang kini sibuk bermain dan tertawa dengan Angelica di dekat pintu masuk.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-06
Baca selengkapnya

#45

“Senja udah makan?” Mentari mengangguk lemah dan menarik napas panjang. Dia duduk di dekat Awan, membiarkan Awan menatapnya sesuka hati sambil menikmati makanan yang sudah dia buat bersama dengan pembantu rumah Senja. Kemudian, Mentari tersenyum ke arah Angelica dan mengelap mulut mungil anak semata wayang dari bosnya itu. Apa dia sudah membuat kesalahan, sehingga Senja kembali bersikap dingin dan agak galak kepadanya seperti dulu? Tapi, apa kesalahannya? “Mentari, ada apa?” tanya Awan, ketika sadar raut wajah Mentari sejak kembali dari mengantarkan makan siang Senja, berubah. “Muka udah mendung kayak gitu, padahal di luar terik banget mataharinya.” “Abis diserang sama geledek tadi di kamar pak Senja, Pak,” jawab Mentari seraya mendesah berat. Tentu saja kening Awan mengerut ketika mendengar jawaban super aneh ini. “Pak, saya buat salah apa ya hari ini? Kok tiba-tiba sikapnya pak Senja balik lagi jadi kayak setan gitu?” Awan membulatkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-07
Baca selengkapnya

#46

Mentari Chrysalis bingung harus bersikap seperti apa. Ya, dia memang menyukai Senja Abimana, sang bos. Dia juga sudah melakukan kerja bagus dengan cara bersikap normal seperti sebelum dirinya mengakui perasaan cintanya untuk Senja pada dirinya sendiri. Hanya saja, ketika seharian ini sikap Senja mendadak berubah dingin seperti dulu—Mentari merasa akhir-akhir ini hubungannya dengan si bos cukup dekat dan bosnya itu seolah bersikap terbuka kepadanya—Mentari jadi tidak tahu harus bersikap bagaimana. Dia datang ke kamar Angelica semata-mata karena Awan tidak ingin dirinya bertemu dengan Embun Kurniawan yang katanya sangat berbahaya itu. Tapi, Mentari tidak menyangka dia akan bertemu juga dengan Senja yang memutuskan untuk mengungsi di kamar sang anak demi tidak bertemu dengan Embun. “Mentari.” “Hah? Oh? Iya, Pak?” Mentari tergagap. Sial. Siapa suruh bosnya itu tiba-tiba memanggilnya, di saat dirinya sedang sibuk berpikir? Sudah begitu, nada dingin itu m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-08
Baca selengkapnya

#47

Beberapa menit sebelumnya....Karena merasa sangat lega setelah mengetahui bahwa Embun Kurniawan sudah pulang, Mentari langsung membaringkan tubuhnya dan menutup kepalanya dengan menggunakan guling yang ada di kasur Angelica Abimana. Lalu, sesuatu bergetar di dalam saku pakaiannya. Dia mengambil ponselnya yang memang baru Mentari ingat ada di sana, kemudian membaca pesan singkat yang masuk tanpa ketahuan oleh Senja dan Awan. Matanya terbelalak dan jantungnya berdetak sangat kencang, hingga Mentari takut jika organ tubuhnya itu akan meledak. “Tari! Jingga masuk rumah sakit! Dia jatuh dari tangga!” Pesan singkat dari Gerhana itu membuat otak Mentari mendadak buntu. Yang ada di benaknya adalah, dia harus segera pergi ke rumah sakit guna mencari tahu keadaan dan kondisi Jingga, karena kakaknya itu tidak memberitahunya bagaimana kondisi terkini sang sahabat. Karena itulah, Mentari langsung melempar guling ke tempat semula, bangkit dengan satu gerakan cep
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-09
Baca selengkapnya

#48

“Oh, apa ini yang namanya Gerhana? Kakaknya Mentari?” Pertanyaan yang dilontarkan Awan dengan nada ramah dan senyuman cerah itu membuat suasana sedikit mencair. Namun, karena tidak ada satu pun di antara mereka yang menjawab, Awan jadi salah tingkah sendiri dan akhirnya berdeham. Tak lama, Mentari tersenyum tipis ke arah Awan dan menunjuk Samudra. “Mm... itu bukan kakak saya, Pak Awan. Itu sahabat saya dan Jingga. Namanya Samudra.” Awan mengerjap dan membulatkan mulut sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali. Pantas saja cowok itu langsung memberikan tatapan tajamnya untuk Senja. Awan pikir, hal itu karena Samudra adalah kakak dari Mentari. Setidaknya, menurut Awan sebelum dia mengetahui kebenarannya dari cewek ajaib itu. Berarti, Samudra ini tidak suka pada Senja karena masih menganggap Mentari adalah istri dari Senja dan cemburu. Which means, Samudra menyukai Mentari, tapi Mentari sepertinya tidak peka akan hal itu. Ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-10
Baca selengkapnya

#49

Beberapa saat yang lalu....Devan berdecak dan menggerutu sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Jam istirahat makan siang harus dia gunakan untuk pergi ke rumah sakit karena saudara sepupunya yang sangat bergantung padanya sejak dulu sedang dirawat di sana. Dia merengek, meminta Devan untuk datang. Kalau Devan tidak datang, maka dia tidak akan makan. Tadinya, Devan tidak mau menggubris tantrum dari seorang anak berusia dua belas tahun itu. Namun, karena tantenya, ibu dari anak tersebut, meminta tolong kepada orang tuanya, maka Devan terpaksa datang. Sudah begitu, dia juga harus menghabiskan waktu sekitar lima belas menit menunggu kemacetan reda. Mana perutnya lapar. Untung saja dia sudah meminta izin untuk terlambat kembali ke kantor kepada bosnya, Surya Sanjaya. Sesampainya di rumah sakit, Devan tidak langsung pergi ke kamar inap saudara sepupunya itu. Dia melangkahkah kedua kakinya menuju kafetaria untuk membeli minuman segar dan mungkin memakan m
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-11
Baca selengkapnya

#50

Tanpa memikirkan keanehan Senja tadi, Mentari mengikuti Samudra keluar dari kamar inap Jingga. Keduanya tidak pergi ke mana-mana. Hanya berdiri di depan pintu kamar Jingga sambil bersandar di dinding. Mereka masih diam, mengumpulkan keberanian dan menyiapkan kata-kata yang akan diucapkan agar tidak menimbulkan rasa sakit untuk hati masing-masing. Walau Samudra sudah memantapkan diri untuk mengejar Mentari dan membuat sahabatnya itu menatap ke arahnya sebagai lawan jenis dan bukannya hanya sekadar sahabat dan kakak, tapi Samudra juga sadar bahwa persahabatan mereka sudah terlalu lama untuk dihancurkan begitu saja. Mentari melirik Samudra, mencoba membaca raut wajah cowok itu. Samudra yang dulu lebih pendek darinya ketika mereka masih anak-anak, kini berubah menjadi cowok dewasa dengan postur tubuh yang jauh lebih tinggi darinya. Entah karena dia terlalu rajin berolahraga, menyantap makanan bergizi atau karena memang Mentari saja yang sudah berhenti bertumbuh tin
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-10-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status