Semua Bab CEO Galak, Cintai Aku!: Bab 21 - Bab 30

137 Bab

#21

Baru kali ini Mentari Chrysalis merasa sangat takut pada Samudra Pratama. Ya, memang sahabatnya itu terkadang selalu marah-marah kepadanya, demi kebaikannya dan keselamatannya sendiri. Namun, tidak seperti sekarang, di mana cowok itu mengurungnya di dinding, mencengkeram lengannya dengan kuat hingga rasanya begitu nyeri dan memberinya tatapan tajam yang begitu menyeramkan. Mentari yang biasanya bersikap ceria dan tengil pun, kini seolah tidak bisa berkutik. Dia diam, menelan ludah, dan mati-matian menelan semua ketakutannya. Tapi, tubuh mungilnya tidak bisa berbohong. Tubuh itu gemetar hebat, namun Samudra seolah tidak bisa melihatnya. Jika dia menyadarinya, bukankah seharusnya cowok itu melepaskannya? “Lepasin gue, Sam!” seru Mentari, berusaha memperlihatkan keberaniannya. Bahwa dia tidak takut sama sekali dengan Samudra. Ini rumahnya, ini teritorinya. Tidak ada satu orang pun yang bisa semena-mena dengannya di tempat yang bisa membuatnya tenang dan nyaman. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-10
Baca selengkapnya

#22

Uh-oh! Bahaya besar! Mentari tidak pernah menyangka dirinya akan melompat menjauh begitu saja, hanya karena Senja mencoba memegangnya. Semua ini karena perbuatan sialan Samudra semalam. Sepertinya, rasa trauma dan takut Mentari masih membekas di dalam dirinya. Bahkan untuk memaksa senyum saja, Mentari sangat sulit untuk melakukannya. Dia melakukannya sambil menunduk dan mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya. Tidak berani mengangkat wajah untuk bertatapan dengan Senja, yang auranya bahkan sanggup membuat Mentari semakin menciut. “Mentari,” panggil Senja sekali lagi. Masih setegas barusan. Dia mengambil langkah mundur, menciptakan jarak karena mengerti ketakutan Mentari saat ini. Tiba-tiba saja magma dalam dirinya menggelegak, meminta dikeluarkan dalam bentuk cacian dan makian. “Saya akan tanya sekali lagi. Apa yang terjadi sama kamu, sampai kamu bisa setakut ini? Seolah-olah kamu... baru aja dilecehkan oleh orang lain.” Kalimat itu membuat Mentari mematung dan menyentak napasn
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-11
Baca selengkapnya

#23

Sebenarnya, Mentari tidak langsung pulang ke rumah, ketika dia kabur dari kantornya karena dikejar-kejar oleh bos sialannya itu, saat jam makan siang. Cewek itu berjalan-jalan di mal, menyantap makan siang walaupun tidak bisa dia nikmati karena nafsu makannya hilang begitu saja, sibuk menghindari pengunjung mal lainnya yang berjenis kelamin cowok jika sudah terlalu dekat dengannya dan masih banyak lagi. Kalau diingat lagi, Mentari merasa usianya bertambah lima puluh tahun daripada usia sebenarnya. Dia sangat kelelahan, seperti seorang nenek-nenek. Terlebih mentalnya. Dan semua ini karena si sahabat berengseknya, Samudra. Mentari heran. Ada apa dengan perilaku Samudra akhir-akhir ini? Semenjak Samudra tahu mengenai interaksinya dengan sang bos, dan semenjak dia salah paham dengan ucapan Senja, Samudra seperti menjelma menjadi anggota Yakuza. Marah-marah terus kerjaannya. Puncaknya ya kejadian semalam itu. Mentari tidak bisa mengenali Samudra sama sekali. Dia tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-12
Baca selengkapnya

#24

Tersadar dari kekagetannya akibat kalimat bernada sensual dari Senja barusan, Mentari mengerjap, berdeham dan mendengus. Cewek itu bersedekap dan memalingkan wajahnya. Namun, Mentari masih menyempatkan diri untuk sesekali melirik Senja yang terlihat mengulum senyum. Dan... ya Tuhan! Sungguh mahakarya Tuhan yang sangat sempurna. Keseksian duda beranak satu merangkap bos galaknya itu memang tidak ada duanya! “Jangan asal ngomong deh, Pak. Saya lagi malas bercanda soalnya,” kata Mentari dengan nada yang dibuat sebete mungkin. Dia kembali melirik Senja yang kini mengusap dagunya dan nampak sedang berpikir. Ada apa? “Aneh,” sahut Senja kemudian. Masih dengan nada suara serak seksinya itu. “Seingat saya, saya nggak ngajak kamu bercanda tadi. Saya serius.” “Hah?” Mentari melongo dan mematung ketika perlahan, Senja Abimana mendekatinya. Langkah yang begitu pelan dan tenang itu seharusnya bisa membuat Mentari kabur detik ini juga, kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-13
Baca selengkapnya

#25

Awalnya, Senja berpikir mungkin masalah yang terjadi di antara Mentari dan Samudra hanyalah masalah persahabatan pada umumnya.            Tapi, Gerhana berkata bahwa Samudra marah-marah kepada Mentari, di teras rumah Mentari, memojokkan Mentari ke dinding sambil mencengkeram kuat tangannya hingga Mentari kesakitan. Wajar kalau Gerhana marah dan mengusirnya. Jika Senja ada di tempat kejadian semalam, mungkin dia akan menendang Samudra lebih dulu, alih-alih hanya mengusirnya dengan ancaman seperti yang dilakukan oleh Gerhana.            Dan lagi, perbuatan berengsek apa yang sudah dilakukan Samudra, yang katanya merupakan sahabat Mentari, kepada cewek itu? Ini bukanlah sikap seorang sahabat kepada sahabatnya sendiri, jika hal tersebut membuat si sahabat terluka bahkan ketakutan.            Senja men
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-14
Baca selengkapnya

#26

Beberapa menit sebelumnya.... Samudra Pratama harus segera bertemu Mentari Chrysalis.            Karenanya, dia memacu motor sport-nya dengan kecepatan tinggi. Melaju di jalanan yang ramai, menyalip dan menghindari kendaraan lain dengan lincah dan tak kenal takut, seolah-olah dirinya sedang dirasuki oleh pembalap profesional. Melupakan sebuah fakta bahwa di boncengannya saat ini duduk sang sahabat sejak SMA, Jingga Saputri.            “Sam! Sam! Bisa pelan-pelan bawa motornya?!” teriak Jingga, mengatasi kebisingan di jalan sekitarnya. Dia sudah memeluk kuat pinggang Samudra, bahkan menarik jaket yang dipakainya, tapi sahabatnya itu tak juga tersadar. Ketakutan sudah menguasai diri Jingga saat ini. Ya, dia memang ingin bertemu dengan Mentari karena sudah lama tidak bertemu dan bermain bersama
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-15
Baca selengkapnya

#27

“Woi! Lo berdua mau mati apa gimana, sih?! Ini bukan lagi zamannya Romeo dan Juliet! Ini udah era modern. Semua udah pada canggih dan kalian berdua masih berpikiran dangkal untuk mati bareng cuma karena masalah cinta?! Pasti ini ada kaitannya sama masalah cinta, nggak salah lagi!” Teriakan itu membuat Mentari tersadar dari kekagetannya. Dia, yang sejak tadi menatap Senja, kini menunduk. Jantungnya masih melakukan aksi demo, tapi sudah tidak seanarkis sebelumnya. Mungkin karena dia sudah sadar dan akal sehatnya mulai mengambil alih. Lalu, kening Mentari mengerut ketika dia mendengar sebuah geraman rendah dan berbahaya, disusul decakan. Saat dia memutuskan untuk mendongak lagi, karena firasatnya mengatakan ada sesuatu yang buruk sedang mendekatinya, firasatnya itu menjadi kenyataan. Karena detik ini, Senja Abimana sudah melepaskan pelukan eratnya setelah memastikan Mentari baik-baik saja, kemudian memutar tubuh dan meninju kap mobil yang hampir menabrak Mentari. Matanya menyorot sang
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-16
Baca selengkapnya

#28

“Pengecut? Lo berani ngatain gue pengecut?!” teriak Samudra, seraya berdiri dan menegakkan punggungnya.            Cowok itu dibakar emosinya dengan sangat baik oleh Senja. Apinya semakin membesar tatkala dia melihat cowok tua sialan itu hanya diam dan menatapnya dengan tatapan mengejek sambil tersenyum mencemooh. Sebelah tangannya mengepal dengan kuat dan jari telunjuknya mengarah pada wajah Senja.            Sementara itu, di tempatnya, Mentari semakin cemas dan panik. Dia melirik ke sekitarnya dan beberapa kerumunan mulai tercipta. Tentu saja mereka merasa kepo dengan keributan yang ditimbulkan oleh Senja dan Samudra. Mentari mendadak menjadi heran. Kenapa kedua cowok itu tidak bisa bersikap elegan dan selayaknya orang dewasa, seperti indah dan elegannya nama dari mereka berdua?          
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-17
Baca selengkapnya

#29

Es krim? Mentari membatin.            Niatnya untuk semakin menangis, kini terhenti. Dengan wajah dan tatapan polos, Mentari menatap Senja. Dia menyeka air mata di pipinya, lalu memiringkan kepala. Bos galaknya itu lagi-lagi keluar dari karakter aslinya. Entah ini memang karakter sebenarnya dari Senja Abimana atau bukan. Mentari malas memikirkannya. Yang jelas, sikap Senja seperti ini cukup menghibur Mentari. Terlebih, Senja mengalihkan wajahnya dan masih mengusap tengkuknya. Seolah-olah, dia tidak ingin ada orang lain, termasuk Mentari, yang melihat sikapnya tersebut.            “Angel kalau nangis, pasti selalu tenang lagi kalau udah saya beliin es krim,” kata Senja menambahkan. Dia berdeham dan melirik Mentari. Sekretarisnya itu benar-benar terlihat sangat polos sekarang, persis anak semata wayangnya. “Jadi, kalau kamu mau, saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-18
Baca selengkapnya

#30

“Ini rumah pak Awan?” Mentari menatap takjub ke arah rumah mewah di hadapannya. Tadi, Senja mengatakan bahwa dia harus berbicara dengan Awan dan menyelesaikan sebuah masalah terlebih dahulu. Sebagai gantinya, Mentari boleh memesan makanan atau minuman apa pun secara online, dan berjanji akan membelikan es krim untuknya dalam perjalanan pulang nanti. Mentari bahkan tidak berpikir dua kali untuk mengangguk. Apa pun untuk makanan dan minuman gratis. “Saya jadi takut kalau kamu akan diculik ke depannya karena kamu gampang banget disogok pakai makanan dan minuman gratis,” kata Senja dengan nada bete. Dia menutup pintu penumpang ketika Mentari sudah keluar dari sana dan masih mengagumi rumah Awan. “What are you, a five years old kid?” Mentari tidak memedulikan komentar pedas dan ejekan dari bosnya tersebut. Dia masih sibuk mengagumi keindahan rumah mewah Awan. Melihat hal tersebut, sifat kompetitifnya Senja mendadak keluar. Dia mendengus dan berjalan sambil bersedekap, dengan Mentari y
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-09-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status