Home / Romansa / CEO Galak, Cintai Aku! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of CEO Galak, Cintai Aku!: Chapter 31 - Chapter 40

137 Chapters

#31

Senja mengerutkan kening karena Mentari hanya diam saja.            Cowok itu mengangkat kepalanya dari tangan Mentari yang sedang dia periksa, menatap wajah Mentari yang nampak sedikit pucat. Tatapan matanya terlihat kaget, dan saat Senja menyadari ke mana arah kedua mata sekretarisnya itu menatap, Senja mengikutinya. Dia menaikkan satu alis ketika melihat Awan mengulum senyum dan melambaikan tangan ke arahnya.            “What are you doing?” tanya cowok itu dengan nada curiga dan menegakkan punggung.            “What do you mean, ‘what am I doing’?” Awan balas bertanya. Cowok itu mengangkat ponsel di tangannya. “Gue lagi main hp, waktu gue dengar suara barang pecah. Lagian, dari tadi kan juga gue ngobrol sama lo di sini.”
last updateLast Updated : 2022-09-20
Read more

#32

Karena ada insiden tak terduga di rumah Awan, alhasil Senja jadi tidak bisa meminta saran dari sahabatnya itu untuk masalah Embun Kurniawan.            Setelah makan malam, Senja dan Mentari pamit pulang. Diantar oleh Awan, ketiganya bergegas menuju mobil Senja yang diparkir di halaman depan rumah Awan. Sesampainya di depan mobil Senja, cowok itu berbicara sebentar dengan sang sahabat, sementara Mentari nampak melamun. Tadi, perhatiannya teralihkan oleh makanan-makanan dan minuman serta dessert yang begitu lezat, hingga melupakan percakapannya dengan Awan mengenai sikap Senja yang terasa spesial untuk Mentari di kedua mata Awan, juga bagaimana sikap Senja sangat jauh dari kata galak dan menyebalkan seperti biasanya.            Aduh! Mati, gue! Mana bisa napas gue nanti karena harus ada di dalam mobil pak Senja dan berduaan aja sama dia? Ment
last updateLast Updated : 2022-09-21
Read more

#33

Senja Abimana merasa aneh pada dirinya sendiri. Dia selalu mendapati diri tidak bisa membiarkan Mentari lolos dari pengawasannya. Cewek yang usianya sepuluh tahun lebih muda darinya itu membuat Senja mengeluarkan sifat protektif yang sama, seperti yang dia lakukan dulu terhadap mendiang Serena dan juga pada anak semata wayangnya, Angelica Abimana. Menurut Senja, sekretarisnya itu benar-benar naif dan polos. Ajaib? Ya. Senja harus mengakuinya. Tapi, untuk ukuran wanita dewasa seusia Mentari Chrysalis, jelas sifat naif dan polos bukanlah kata yang tepat dan pas. Karena itulah, Senja selalu merasa harus menjaganya, entah kenapa. Mungkin karena kenaifan dan kepolosannya itu selalu membuatnya berada dalam masalah, seperti yang sedang dia alami dengan Samudra, atau bisa membuatnya dalam masalah karena terperangkap tipu daya laki-laki predator macam Awan, sahabatnya. Lalu, dia mendadak kesal karena barusan, tiba-tiba saja, Mentari berkata ingin pulang bers
last updateLast Updated : 2022-09-22
Read more

#34

Mobil Senja Abimana sampai di depan rumah Mentari Chrysalis.            Untung saja, kesalahpahaman yang terjadi, di mana Senja mengira Mentari terkena serangan jantung dan sudah panik serta berniat membawanya ke rumah sakit, selesai. Setelah menjelaskan bahwa dirinya baik-baik saja dan hanya merasa tidak enak badan sedikit, Senja langsung melajukan mobilnya dengan kencang, namun tetap fokus dan hati-hati agar Mentari bisa segera sampai di rumah dan beristirahat.            “Loh? Loh? Bapak mau ngapain itu buka sabuk pengaman segala?” tanya Mentari dengan nada bingung dan kening mengerut. Dia memiringkan kepala dan cemberut saat Senja tidak menjawabnya dan justru keluar dari mobil lebih dulu. Kemudian, Mentari melihat bos galaknya itu memutar mobil depan dan membukakan pintu untuknya. Sial! Hanya dengan perhatian kecil seperti itu saja sudah membu
last updateLast Updated : 2022-09-23
Read more

#35

Mentari mendesah berat dan duduk di sofa sambil bersandar. Cewek itu memijat pangkal hidungnya, kemudian melirik ke arah Jingga yang duduk di sampingnya. Senja masih belum pulang. Dia ada di teras rumah, bersama dengan Gerhana, sang kakak. Mentari pamit kepada bosnya itu dengan alasan sudah sangat lelah dan ingin segera mandi, kemudian beristirahat. “Tar,” panggil Jingga. Dia memeluk bantal sofa dan menatap sahabatnya dengan serius. “Lo sebenarnya ada hubungan apa, sih, sama bos lo itu?” “Bos dan sekretaris?” Mentari menjawab dengan ragu, membuat Jingga mendengus. “Jangan sok rahasia-rahasiaan gitu sama gue, deh. Terus, kenapa juga sama kelakuan berengsek Samudra tadi? Sumpah, ya, gue juga nyaris diajak traveling ke akhirat sama dia pas di jalan mau ke rumah lo ini. Dia tuh ngebut gitu bawa motornya. Nah, pas di tikungan, hampir tabrakan sama motornya kak Gerhana. Abis itu, mereka langsung berantem dan gue ketemu sama lo.” Me
last updateLast Updated : 2022-09-24
Read more

#36

“Bapak udah mau pulang?” Kalimat Mentari itu membuat Senja mendongak dan bangkit dari kursi. Dia memang sudah ingin pulang dan meminta Gerhana untuk memanggil Mentari karena ada yang ingin dia bicarakan. Tidak disangka, sekretarisnya itu menemuinya dalam keadaan yang benar-benar polos seperti anak kecil. Mentari memakai piyama berwarna biru bergambar Doraemon dan wajah polos tanpa riasan. “Kamu udah mau tidur?” Senja balas bertanya, kemudian menatap Mentari dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mentari seolah menjelma menjadi orang lain, bukan sekretarisnya yang ajaib dan tengil. “Kamu... jadi lucu kayak gini, Mentari. Beda sama kamu yang biasanya di kantor, yang hobinya marah-marah, udah kayak Medusa.” Mentari mendengus. “Bapak pikir kenapa saya bisa bersikap kayak Medusa kalau di kantor?” arrgh! Sialan banget ini bos satu! Bisa banget bikin hati gue ketar-ketir! Kan bahaya kalau gue makin jatuh cinta! Mentari menambahkan di dalam hati. “Ya udah, ha
last updateLast Updated : 2022-09-25
Read more

#37

Seperti yang diminta oleh Senja, hari ini Mentari tidak menemui asisten Surya Sanjaya yang bernama Devan, yang kebetulan memiliki nama yang sama dengan stalker-nya dulu. Cewek itu jadi memiliki waktu luang setelah pertemuan Senja dan kliennya di salah satu restoran saat jam makan siang. Begitu kembali ke kantor, yang dilakukan Mentari adalah menyelesaikan pekerjaannya yang memang hanya tersisa sedikit, kemudian duduk manis di meja kerjanya sambil membolak-balik majalah fashion. Sesekali, Mentari akan bermain ponsel dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk menghela napas sambil cemberut. Bosan, gila! “Tar, mendingan lo pergi jalan-jalan ke mana, gitu,” usul Niko, yang kebetulan melewati meja kerja Mentari saat dia baru kembali dari toilet. Cowok itu menyeringai geli. “Lo keliatan bosan setengah mampus. Tiga bangunan dari sini, ada kedai yang baru buka. Dia jual jajanan pasar gitu. Camilan-camilan, lah. Sebangsa cilok, cimol dan masih banyak lagi.”
last updateLast Updated : 2022-09-27
Read more

#38

Beberapa menit sebelumnya....Senja Abimana mendorong laptopnya dan bersandar di kursinya. Cowok itu mendesah berat seraya memijat pangkal hidungnya. Lelah sekali. Entah kenapa, Senja merasa hari ini jauh lebih berat daripada biasanya. Padahal, mau dirinya bekerja sesibuk dan sekeras apa pun, Senja tidak akan pernah merasa kelelahan. Bahkan, ketika mendiang Serena meninggal dunia, Senja justru lebih menyibukkan diri demi bisa melupakan kesedihannya, kehilangannya dan keterpurukannya. “Kenapa sama gue?” gumam Senja dengan nada berat dan lelah. Dia bangkit dari singgasananya setelah melihat jarum jam pada jam dinding. Sudah pukul setengah tiga. Tadi, Awan memberi informasi bahwa dia akan bertemu dengan asisten Surya Sanjaya sekitar jam satu siang. Cowok itu mempercepat jam temunya karena memang sore nanti dia ingin bersantai-santai di rumah. Sahabatnya itu baru saja diputuskan oleh salah satu pacarnya karena ketahuan berpacaran dengan cewek lain. Memang benar-ben
last updateLast Updated : 2022-09-28
Read more

#39

Mentari Chrysalis benar-benar cantik. Devan merasa beruntung bisa melihat Mentari dari jarak sedekat ini. Niatnya hari ini hanyalah untuk menguntit Mentari, seperti yang selalu dia lakukan sejak SMA dulu. Kalau bukan karena ancaman dan perjanjian sialan kakak Mentari dengan orang tuanya, juga dirinya sendiri, dulu, mungkin Devan sudah banyak melakukan pendekatan dengan Mentari selepas mereka lulus SMA. Ya. Kalau saja bukan karena Gerhana sialan itu. Devan tentu saja kaget, ketika ada orang yang meneleponnya dan berkata janji temunya dengan Mentari dipercepat. Well, kaget sekaligus tidak merasa terganggu. Itu artinya, dia bisa bertemu dengan Mentari lebih cepat. Sayangnya, begitu dia muncul di tempat yang sudah disepakati, bukan Mentari Chrysalis yang hadir, melainkan seorang cowok bernama Awan. Sahabat Senja Abimana, bos dari Mentari dan orang yang akan menjalin hubungan kerjasama dengan atasannya, Surya Sanjaya. Ketika dirinya menanyakan keberadaan
last updateLast Updated : 2022-09-29
Read more

#40

“Jingga!” Seruan itu membuat Jingga, sahabat dekat Mentari, menoleh. Cewek itu memaksakan seulas senyum dan menelan ludah susah payah. Okelah, target obsesinya Devan memang bukan dirinya, melainkan Mentari. Tapi, tetap saja, sepak terjang cowok itu dalam hal menjadi penguntit bagi Mentari membuat Jingga ikutan ketar-ketir di tempatnya. Bukan hal yang aneh, kan, kalau dirinya juga menjadi takut dan menjaga jarak dengan Devan sejak dulu? Bagaimana kalau Devan mengubah targetnya dari Mentari menjadi dirinya? Tidak, bukan karena dirinya geer. Jingga tahu, kok, Mentari itu sangat cantik dan manis. Maksudnya di sini adalah, bagaimana jika Devan kesal karena tidak bisa mendapatkan Mentari dan beralih menjadikannya sebagai korban? You know, pelampiasan. Mana udah malam begini, pula! Gerutu Jingga di dalam hati. Samar, dia melirik ke sekitarnya dan suasana cukup sepi. Kenapa juga gue ketiban sial harus ketemu Devan di sekitar sini, malam-malam begini? “Hai, Dev. Kok ada
last updateLast Updated : 2022-10-02
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status