Share

#71

Penulis: Andiniciput26
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Di tempat lain, Jingga sedang menunggu kendaraan umum yang lewat untuk pulang ke rumah.

Keadaan kakinya sudah membaik dan dia bisa berjalan, meski tidak senormal biasanya. Jingga harus belanja kebutuhan bulanan miliknya dan milik keluarganya, sehingga sejak satu jam yang lalu, dia sudah berada di supermarket dan harus mengatasi ramainya tempat tersebut. Setelah selesai berbelanja dan membeli minuman segar untuk menyejukkan tenggorokannya, Jingga berdiri sambil melamun di depan supermarket.

“Lama banget,” keluh Jingga. “Mana taksi online juga nggak dapat-dapat.”

Akhir-akhir ini, banyak sekali yang dipikirkan oleh Jingga. Awan mengatakan bahwa cowok itu menyukainya dan ingin menjadi pacarnya, dan juga Gerhana yang sepertinya hanya menganggapnya sebagai seorang teman dan adik jika dilihat dari sikapnya malam itu di ruang tamu rumah Mentari saat Senja Abimana datang. Jingga tersenyum getir. Sebenarnya, sudah sejak lama dia sadar bahwa dia tidak akan per
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #72

    Pertemuan antara Surya Sanjaya dan Senja Abimana sudah selesai. Mereka semua keluar dari restoran dan berdiri di dekat mobil masing-masing yang tanpa disengaja dan tanpa disadari diparkir berdekatan. Setelah berpamitan dan Surya Sanjaya meminta Senja juga Mentari untuk bertemu di lain waktu, pria itu masuk ke dalam mobilnya dan menyuruh supirnya untuk segera pergi. Tak lupa Surya Sanjaya melambaikan tangannya dari dalam mobil kepada Senja, Mentari dan Awan. Juga Devan. Sepeninggal atasannya, Devan langsung mencekal lengan Mentari, hingga cewek itu menjerit. Jeritannya sudah pasti membuat Senja dan Awan menoleh, lalu Senja langsung mencengkeram pergelangan tangan Devan dan menyentaknya hingga tangan Mentari terlepas. Kemudian, Senja membawa Mentari ke belakang punggungnya. Awan pun maju ke depan, berdiri di samping Senja untuk melindungi Mentari. Di tempatnya, Mentari mendesis karena merasa lengannya sakit dan mengusapnya. “Minggir!” seru

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #73

    “Tante Mentari!!!” Teriakan itu membuat senyuman Mentari muncul ke permukaan. Senyuman yang sangat cerah, seperti nama yang disandangnya. Mentari berlutut di tempatnya, membuka kedua tangannya lebar-lebar dan menangkap Angelica Abimana yang berlari ke dalam pelukannya. Anak kecil itu terkikik geli dan menciumi pipi Mentari berulang kali, membuat Mentari kegelian. Dari ekor matanya, Mentari bisa melihat Senja berjalan melewatinya dan mengacak rambut Angelica. Awan setia mengekor di belakangnya bak anak anjing. Kemudian, Mentari menggendong Angelica dan berdiri. “Tante, apa kabar?” “Baik,” angguk Mentari. Dia menggigit pelan pipi gembil Angelica, menyebabkan anak tunggal Senja Abimana itu tertawa geli. “Angel apa kabar?” “Baik juga, dong. Angel kangen tau sama Tante. Tante sering-sering main ke rumah Angel, dong. Kita masak-masak bareng lagi kayak waktu itu. Bikin kue.” Angelica yang sedang melingkarkan kedua tangan kecilnya ke leher Menta

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #74

    Ketika mobil Awan sudah sampai di depan rumah Jingga sesuai dengan arahan Mentari, Mentari langsung melompat keluar begitu saja, hingga nyaris membuat Senja mengumpat. Masalahnya adalah, mobil Awan belum benar-benar berhenti. Tapi, Senja menahan diri untuk mengumpat karena pada kenyataannya, sahabatnya yang kebagian tugas menyetir itu juga melakukan hal serupa. Dia langsung keluar dan menutup pintu dengan bantingan, ketika mesin mobil sudah dimatikan. Senja tahu mereka berdua mencemaskan keadaan Jingga, tapi, bukankah mereka juga harus mementingkan keselamatan diri masing-masing? Bukannya Senja tidak khawatir dan tidak peduli dengan kondisi Jingga, tapi Jingga baik-baik saja, bukan? Maksud Senja, Jingga tidak dilarikan ke rumah sakit. Jika tadi Mentari dan Awan kenapa-napa, maka kedua orang itu yang akan dilarikan ke rumah sakit. Pintu rumah Jingga terbuka, ketika Mentari mengetuknya—ralat, menggedor dengan membabi buta—beberapa kali. Wajah Samudra menyambut Me

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #75

    Embun Kurniawan melempar kunci mobilnya begitu saja di atas meja dan menghempaskan tubuhnya di sofa. Cewek itu menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dan mendongak untuk menatap langit-langit ruang tamu rumahnya. Dia memejamkan kedua mata. Senyumannya kemudian terbit, kalau ingatannya kembali membawanya ke pertemuan tadi dengan seseorang yang bisa menjadi anak buahnya. Seseorang yang juga menginginkan Mentari dan Senja berpisah. Embun sebenarnya tidak sengaja melihat Senja, Mentari dan Awan sedang duduk di sebuah restoran dan mengobrol dengan Surya Sanjaya. Embun kenal siapa itu Surya Sanjaya. Kebetulan, Embun juga sedang berada di restoran yang berada tepat di samping restoran mereka. Ketika akan pulang, Embun melihat Senja dan Mentari yang bercengkerama dengan beliau. Sialnya, Mentari menggelayut manja di lengan Senja dan hal itu membuat darah Embun mendidih. Bahkan Senja terlihat biasa saja dan justru merasa senang. Sangat berbeda ketika dirinya yang berg

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #76

    Memang ada yang aneh, begitulah pikiran Senja Abimana. Mereka sudah membuat keributan di rumah Jingga, tapi tidak ada satu pun anggota keluarganya yang datang untuk memarahi. Tadinya, Senja berpikir jika ini semua hanyalah candaan yang dilakukan oleh Samudra dan Jingga untuk mengerjai Mentari. Namun, pikiran itu terbantahkan kala melihat Jingga menangis. Setidaknya, masalah bunuh diri bukan candaan. Lalu, tiba-tiba Jingga mengatakan dia adalah anak haram dan Samudra menambahkan bahwa Jingga anak hasil selingkuhan. Dan semuanya menjadi kacau balau. “Hei, anak kecil,” panggil Senja sambil mendesah dan memijat pangkal hidungnya. “Kalau saya harus terus melakukan hal seperti ini di tempat terbuka, orang-orang yang melihat nanti pasti akan menggebuki saya. Kamu mau saya menerima hal tidak adil seperti itu, di saat saya hanya sedang berusaha untuk menahan kamu untuk tidak meronta lagi dan tidak masuk ke dalam karena berpotensi memukuli Samudra terus menerus?”

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #77

    “Kamu bisa melaporkan hal itu ke polisi, Jingga.” Kalimat itu membuat Jingga, Awan dan Samudra menoleh. Ketiganya sama-sama terbelalak saat melihat Senja masuk kembali ke ruang tamu dengan Mentari yang pingsan di dalam gendongannya. Melihat itu, Samudra buru-buru mendekati Senja dan mencengkeram lengannya. Matanya menyorot tajam ke arah Senja, membuat cowok tersebut menaikkan satu alisnya. “Lo apain dia?” desis Samudra. Tangannya semakin menguat pada lengan Senja. “Nggak gue apa-apain. Dia pingsan karena terlalu banyak menangis dan marah-marah terus,” dusta Senja. Tentu saja dia melewatkan bagian di mana dirinya mencium panas sekretarisnya tersebut. “Dan kalau lo terus-terusan mencengkeram tangan gue begini, lo akan berpotensi menyakiti Mentari. Kenapa? Karena, mungkin aja, gue akan nggak sengaja menjatuhkan Mentari akibat ruang gerak gue yang ditahan seperti ini.” Samudra diam, tapi matanya tetap menatap tajam ke arah Senja. Tentu saja

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #78

    “Pelecehan seksual?” Senja mendengus dan menarik napas panjang. Dia menatap jengkel ke arah Mentari yang benar-benar tak gentar di tempatnya. Senja jadi heran sendiri. Pertama, ke mana perginya anak perempuan yang cengeng, penakut dan bersifat malu-malu lima belas tahun silam? Kedua, bagaimana bisa dirinya jatuh cinta pada Mentari Chrysalis yang sebegini pemberontaknya dan susah diatur? Pasti ada yang salah dengan dirinya. Tapi, mau dia mencari kesalahan itu, Senja tetap tidak menemukannya. Dia memang sudah jatuh cinta pada sekretarisnya. “Terus, kamu mau melakukan apa? Kamu mau melaporkan saya ke polisi?” “Itu ide yang bagus, mengingat Bapak mencium saya dengan paksa, tanpa persetujuan saya!” seru Mentari tak mau kalah. Cewek itu mendorong dada Senja dengan sekuat tenaga, hingga Senja terdorong. Dia bebas. Mentari pun langsung berlari menjauh dari bosnya itu untuk menciptakan jarak. Sialnya, napasnya kini terengah karena dia baru saja m

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #79

    Senja Abimana menyandarkan punggungnya dan memijat pangkal hidungnya. Pekerjaannya baru selesai setengahnya. Saat ini, sudah jam makan siang. Dia melihat ke luar ruangan melalui jendela yang ada di dalam ruangannya sendiri. Beberapa di antara para karyawannya sudah tidak ada di meja mereka, termasuk Mentari. Cowok itu lantas berdiri dan mengambil ponselnya yang ada di atas meja, kemudian membuka pintu ruangannya. Dia menoleh ke segala arah dan menemukan Mellani, teman dekat Mentari di kantor ini, baru saja kembali sambil membawa beberapa kantung plastik. Sepertinya Mellani berniat untuk makan siang di mejanya. “Mel,” panggil Senja. Dia menutup pintu di belakangnya dan mendekati Mellani yang mengangguk sopan ke arahnya. “Kamu liat Mentari?” Mellani menaruh makanan-makanan yang dibelinya di atas meja kerjanya sendiri. Dia mengangguk lagi, kali ini untuk menjawab pertanyaan sang bos. “Mentari mau makan bakso katanya, Pak. Tadi pergi dengan muka senang

Bab terbaru

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #137

    Embun mengepalkan kedua tangannya di sisi tubuh. Dia memang tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini, karena dirinya hanya membawa Caesar seorang. Sementara itu, anak buah Senja Abimana mungkin memenuhi setiap sudut dari kediaman Abimana ini. Embun melirik Caesar yang tak berkutik di tempatnya, di mana sebuah pisau mengancam akan menyayat nadi di lehernya detik ini juga. Matanya lantas kembali memusat pada Mentari yang berada dalam pelukan protektif dari Senja. Sial! Cewek ingusan itu benar-benar membuatnya darah tinggi. Dia sangat membenci Mentari Chrysalis. Embun harus segera melenyapkan Mentari, bagaimanapun caranya. Tapi, saat ini bukanlah waktu yang tepat. Dia akan memberikan sedikit kemenangan untuk cewek sialan itu dan Embun lah yang akan tertawa di akhir nantinya. “Oke.” Embun menatap tajam ke arah Senja. “Aku akan mengalah. Tapi, tolong suruh Devan keluar sekarang juga karena aku benar-benar harus bicara dengannya.”

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #136

    Tadinya, Mentari memang hanya akan menunggu di kamar Angelica Abimana sampai semuanya selesai. Tapi, perasaannya entah kenapa semakin tidak enak. Cewek itu tidak bisa tenang. Pikirannya melantur ke mana-mana, takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Senja dan Awan. Dia juga sudah mengirimkan pesan singkat kepada kakak dan sahabatnya, Gerhana dan Samudra, bahwa keadaan mulai tidak terkendali. Gerhana berkata dia sangat setuju dengan Senja yang menyuruh Mentari untuk berdiam diri di kamar Angelica, dan dia juga akan menyuruh beberapa anak buah Senja yang ada bersamanya untuk memeriksa keadaan bos mereka tersebut. Namun, tetap saja Mentari tidak bisa tenang. “Jingga, kayaknya gue bakalan nyusul Senja, deh,” kata Mentari dengan nada tegas, setegas tatapan matanya saat ini. Mentari tersenyum ke arah Angelica yang barusan menatapnya dan melambaikan tangan ke arahnya. “Gue khawatir sama dia.” “Jangan!” tegas Jingga. “Tar, pak Senja jelas-jelas nggak mau

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #135

    Ketika Awan membuka pintu depan rumah Senja, cowok itu langsung disambut dengan wajah datar dan tatapan dingin milik Embun Kurniawan. Di samping cewek itu, Awan melihat seorang cowok berjas hitam yang dia kenali sebagai Caesar, tangan kanan dari Embun. Awan memasang senyum terbaiknya. Meski begitu, dia juga memasang sikap waspada. Ruang makan cukup jauh dari pintu utama, sehingga kalau Embun berniat untuk menyerangnya dengan bantuan Caesar, maka yang perlu dilakukan oleh tangan kanan Embun itu hanyalah memukulnya hingga jatuh tak sadarkan diri, dan menculiknya. Urusan jika Embun akan menyekapnya, menyiksanya atau bahkan melenyapkannya, Awan tidak akan memikirkannya terlebih dahulu. “Halo.” Awan menyapa dengan nada ramah yang selalu dia berikan kepada orang lain, siapa pun itu. “Kok tiba-tiba datang ke sini? Mau ketemu Senja, ya? Sori, tapi Senja lagi ada jamuan makan malam sama rekan-rekan bisnisnya yang lain. Jadi, kayaknya dia nggak bisa nemuin lo dulu.”

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #134

    “APA?!” Caesar hanya diam dan menunduk. Dia tidak mungkin balas menatap kedua manik Embun Kurniawan yang saat ini sedang marah besar. Caesar baru saja memberikan informasi bahwa Devan datang ke rumah Senja Abimana bersama atasannya, Surya Sanjaya, karena Senja mengadakan perjamuan makan malam. Menurut informasi juga, di sana Senja akan mengumumkan pertunangannya dengan Mentari Chrysalis. “Dia berani bertindak sendirian, tanpa perintah dari gue?!” desis Embun tidak terima. Cewek itu berteriak marah dan melempar vas yang berada di atas meja. Entah sudah berapa vas yang dia lemparkan di ruangan ini. Napasnya memburu karena amarah dan matanya mulai memerah karena amarah yang sama. “Dasar berengsek! Jadi, dia mau main-main sama gue, setelah gue berbaik hati menawarkan kerjasama untuk memisahkan Senja dan Mentari?” Embun menyisir rambutnya dengan menggunakan jemarinya dan mencoba untuk menenangkan diri. Tidak. Dia tidak bisa tenang. Cewek itu lantas menggigiti kuku j

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #133

    Mentari Chrysalis gugup. Dia sudah tahu mengenai rencana ini. Novan dan Kael, yang memiliki teman yang akan menyamar menjadi dirinya, bersiap di tempat yang sudah direncanakan. Nantinya, jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau rencana Senja dan yang lainnya mulai terlihat tidak bagus dan mengarah ke kekacauan, Mentari akan berpura-pura pamit ke kamar mandi dan yang akan menggantikan dirinya adalah teman dari Novan dan Kael yang menyamar menjadi cewek itu. “Kamu gugup?” tanya Senja. Cowok itu baru saja tiba di ruang tamu, tempat di mana Mentari sedang duduk dan memikirkan semua hal yang akan terjadi ke depannya. Dia akan bertemu lagi dengan Devan dan akan membuat orang lain terlibat. Bahkan Surya Sanjaya. Walau pria itu belum tahu duduk permasalahannya yang sebenarnya, tapi tetap saja Mentari sudah menyeretnya ke dalam masalah pribadinya dan Senja. Mentari mengangguk dan langsung memeluk erat tubuh Senja yang duduk di sampingnya. Dia memejamk

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #132

    Begitu mengetahui bahwa Mentari Chrysalis sudah kembali masuk kantor dari orang suruhannya, Devan langsung bertindak. Cowok itu sudah tidak sabar lagi untuk mengeksekusi rencananya. Masa bodoh dengan Embun Kurniawan. Mungkin Embun sudah membantunya untuk mensukseskan rencananya. Dan rencana itu memang berasal dari Embun sendiri. Hanya saja bagi Devan, jika Senja Abimana masih ada di muka bumi ini dan terus berkeliaran di sisi Mentari, maka Devan tidak akan bisa menang. Jadi, dia harus melenyapkan cowok itu tanpa sepengetahuan Embun. Mungkin Devan bisa membuat kejadian seolah-olah Senja mengalami kecelakaan. Ya, cara seperti itu sangat umum dilakukan oleh orang-orang di luar sana yang ingin membunuh orang lain yang mereka benci. “Devan, kamu sudah mau pulang?” Pertanyaan itu membuat Devan mengerjap dan menoleh. Dia tersenyum sopan ke arah Surya Sanjaya, bosnya yang bekerjasama dengan Senja Abimana dan mendukung hubungan Senja dengan Mentari. Benar-be

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #131

    “Pesan? Pesan apa?” Mentari tidak langsung menjawab. Cewek itu turun dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi yang memang ada di setiap kamar tidur di villa Abimana ini. Ketika Mentari keluar, cewek itu langsung memeluk dirinya sendiri yang mulai menggigil karena terkena air dingin. Lupa bahwa dia berada di daerah yang suhunya cukup dingin, ditambah hujan deras sejak kemarin. Tanpa buang waktu, Mentari melompat ke atas ranjang dan langsung meringkuk dibalik selimut tebalnya. Melihat itu, senyum geli terbit di bibir Senja dan cowok itu langsung memeluk erat tubuh Mentari yang terbungkus rapat selimut tebal. Sudah seperti sebuah kepompong. “Gigi kamu bergemeletuk, Tari. Aku sampai merinding dengarnya. Lagian, kenapa kamu nggak pakai air hangat tadi di kamar mandi?” tanya Senja sambil mengusap lembut kepala kekasihnya itu. Jengkel, Mentari mendongak untuk menatapnya. “Aku mana ingat? Orang aku udah kebelet begitu,” gerutunya. “Oh, omong-omong soal pesa

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #130

    “Err... Pak Senja Abimana?” Panggilan dari Mentari yang menggunakan nada sarkas itu—karena dia baru saja menyindir dengan menggunakan kata sapaan ‘pak’ pada nama Senja—membuat Senja meliriknya dan meninggalkan deretan kalimat yang tertera di dalam majalah bisnis di tangannya. Saat ini, Senja sedang duduk bersandar di ranjang, dengan kedua kaki terjulur dan disembunyikan dibalik selimut. Yang menjadi masalah adalah, cowok itu tidak melakukannya di dalam kamarnya sendiri, melainkan di kamar yang ditempati oleh Mentari Chrysalis, kekasihnya. “Ya, calon Nyonya Abimana?” Respon itu membuat Mentari merona dan berdeham untuk menutupi kegugupannya. Dia memasang wajah cemberut, kemudian memutar tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Senja yang kembali tenggelam dalam majalah bisnisnya tersebut. “Kenapa kamu malah tidur di sini?” “Harus ada orang yang menjaga dan mengawasi kamu, Tari,” jawab Senja santai. “Dan lagi, kakak kamu udah setuj

  • CEO Galak, Cintai Aku!   #129

    “Lemari baju? Racun? Sidik jari?” Senja mengulangi kata-kata Mentari dan langsung membuka telapak tangannya, meminta Mentari untuk menunggu. Sementara itu, tangannya yang satu lagi dia pakai untuk mengusap wajahnya, lagi. “Tunggu dulu. Maksud kamu itu apa, Tari? Serena? Mendiang istriku, maksud kamu? Kenapa kamu tiba-tiba membicarakan Serena?” Mentari tahu, omongannya barusan memang cukup sulit untuk dipercaya. Dia, yang bahkan tidak pernah menyangka jika Serena diracuni secara perlahan hingga meninggal dunia, yang selalu memikirkan dan menerka-nerka sejak dulu mengenai penyebab kematian Serena, tiba-tiba membicarakan hal tersebut di hadapan Senja Abimana. Tentu saja Senja akan terkejut dan bingung. Itu reaksi wajar. Yang tidak wajar adalah, jika Senja tiba-tiba mengangguk dan menelan semua perkataannya begitu saja, hanya karena cowok itu yang level kebucinannya sudah akut. Tak bisa diobati lagi. “Kamu ngelantur, ya?” tanya Gerhana. Dia menaruh tangannya di ken

DMCA.com Protection Status