Home / Romansa / The Real CEO / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of The Real CEO: Chapter 61 - Chapter 70

142 Chapters

Mohon Bantuannya

“Jadi, apa yang mau Bapak bicarakan?”Saat ini, di ruang tamu hanya ada Lex, yang duduk berseberangan dengan Adi. Seperti biasa, Lex selalu dengan sikap formalnya, sementara Adi, memasang ekspresi santai. Ada apa gerangan hingga Adi mendadak mengundangnya ke rumah untuk makan malam?Sebenarnya, Lex masih merasa enggan bertemu langsung dengan Adi, terkait masalah di rumah sakit tempo hari. Bagaimana bila pria tua itu kembali memojokkannya dengan kasus yang sama?“Kamu sudah pernah ketemu dan kenal sama Kasih?” tanya Adi.Lex mengangguk dan ikut saja ke mana Adi mengarahkan pembicaraan mereka. Walaupun, ada sedikit rasa canggung bila harus membahas semua hal terkait Elok, termasuk Kasih seperti sekarang. “Saya sudah pernah bertemu Kasih waktu jenguk Bu Elok tempo hari. Apa ada masalah?”“Masalah hak asuh Kasih,” kata Adi. Baguslah jika Lex sudah pernah bertemu dengan Kasih. Tinggal melihat bagaimana reaksi pria itu terhadap Kasih nantinya. “Tolong negosiasi dengan pengacara Harry, kalau
last updateLast Updated : 2023-01-12
Read more

Enam Bulan

Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Elok masuk ke kamar Adi dan langsung melempar protes dan kekesalannya. Saat ini, Elok menitipkan Kasih bersama Lex di ruang keluarga karena harus membicarakan beberapa hal dengan papanya itu.“Ini, terakhir,” pinta Elok menghampiri tempat tidur, lalu duduk di sana. Ia menyingkirkan bantal dengan asal, agar bisa menyandarkan punggung pada headboard. “Papa nggak bisa selalu seenaknya begitu sama mas Lex!”“Seenaknya?” Adi menarik resleting jaket bombernya hingga menutup bagian dada, sambil melihat Dianti yang baru saja keluar dari walk in closet.“Papa jangan pura-pura nggak tahu.” Elok mengambil sebuah bantal, lalu memeluknya. “Mas Lex itu pengacaraku, Pa, dan aku kliennya dia. Jadi, Papa nggak bisa nyuruh Mas Lex seenaknya seperti tadi. Mas Lex juga punya kehidupan di luar sana. Dia butuh istirahat karena sudah kerja seharian.”“Kamu mulai perhatian dan khawatir dengan Lex rupanya.” Adi menjauh dari tempat tidur, untuk melihat keseluruhan penampil
last updateLast Updated : 2023-01-13
Read more

Nggak Papa

“Pengacara?” Kasih mengerucutkan bibir mungilnya seraya berpikir. “Apa itu pengacara?”“Pengacara itu, orang yang membela kliennya di pengadilan.” Sudah 15 menit Elok meninggalkan Lex dengan Kasih untuk pergi ke kamar Adi, tapi wanita itu belum juga kembali. Selama itu pula, Lex harus sabar menjawab semua pertanyaan, demi pertanyaan yang dimuntahkan oleh bibir mungil yang sepertinya tidak akan berhenti itu.“Apa itu klien, Om?” Kasih berhenti menggoreskan pensil warnanya ke buku gambar sebentar, untuk menatap Lex yang duduk di depannya. Pria itu duduk di sofa, sementara Kasih duduk di atas karpet dengan sebuah meja kecil yang digunakannya untuk mewarna. “Terus, pengadilan itu apa?”“Kamu nggak belajar?” Mungkin lebih baik jika Lex mengajukan pertanyaan pada Kasih.Kasih mencebik, kemudian menggeleng. “Aku capek belajar,” kata Kasih lalu kembali menyapu pensil warnanya di atas buku gambar. “Jadi, Om. Apa itu klien sama pengadilan?”Lex menghela dengan amat perlahan, karena gadis kecil
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Aku, Sama Kamu

Sungguh sebuah perasaan yang tidak bisa Lex ungkapkan dengan satu kata pun. Menggendong Kasih yang tertidur ke kamarnya, lalu merebahkan gadis kecil itu di tempat tidur berwarna merah muda, dengan motif kartun yang tidak Lex ketahui. Lex juga berinisiatif untuk memakaikan selimut, lalu memandang wajah polos yang tidak berhenti mengoceh sampai akhirnya kelelahan sendiri.“Mas,” tegur Elok dengan suara pelan sambil menepuk pundak pria itu. “Maaf kalau ngerepotin lagi. Saya lagi nggak kuat ngangkat soalnya.”“Nggak masalah.” Lex berbalik dan berbicara tidak kalah pelan dengan Elok. Sekarang, tinggal menunggu Adi pulang ke rumah, barulah Lex bisa pergi dengan tenang karena telah menyelesaikan amanat yang diberikan padanya.Elok tersenyum kecil, tapi hatinya merasa terenyuh. Keadaan seperti ini mengingatkannya dengan masa-masa indahnya bersama Harry dahulu kala. Ketika Kasih tertidur di kamar mereka, atau di mana pun itu, Harrylah yang selalu mengangkat dan memindahkan putri mereka ke kama
last updateLast Updated : 2023-01-14
Read more

Untuk Kasih Semata

Adi tersenyum meledek, ketika melihat Elok menghampirinya yang tengah menikmati kopi di pagi hari. Semalam, Adi sempat menguping sedikit pembicaraan yang sama sekali terdengar tidak asyik di telinga. Kendati sebutan keduanya sudah tidak lagi formal, tapi pembahasan mereka masih saja seputar proses perceraian di pengadilan.Tidak bisakan Elok memilih topik yang anti mainstream sedikit?“Jadi, sudah kirim pesan selamat pagi buat calon suami?”“Papa!” Elok menghentak kedua kakinya seperti Kasih ketika sedang ngambek, hingga membuat Adi tergelak dengan keras. Di balik sifat dominan seorang Elok di luar sana, bagi Adi wanita itu tetaplah seperti gadis kecil di matanya.“Ingat umur, El,” kata Adi ketika tawanya mulai mereda. “Lex pasti bengong, atau syok kalau lihat kamu seperti itu.”“Papaaa!” Elok duduk pada kursi besi yang berada di sudut teras belakang. Berjauhan dengan Adi yang duduk di sebelah pintu. “Aku, tuh, seperti … ck, sudahlah! Aku mau ke kantor hari ini.”“Em!” Adi menggumam s
last updateLast Updated : 2023-01-15
Read more

Tawaran Elok

Restu berdecak saat melihat Kiya sudah berada di mejanya melakukan berbagai kesibukan seperti biasanya. Ia yang baru saja datang itu, lantas tidak langsung masuk ke ruang kerjanya melainkan menghampiri meja Kiya terlebih dahulu.“Kamu! Tahu, kan, kalau aku di sini juga pemilik saham di Antariksa.”Dari aroma parfum segar bernuansa mint, tapi manis di indra penciuman, Kiya sudah tahu siapa yang berhenti di depannya sebelum bersuara. Kiya ingin berdecak, tapi ia masih mempertahankan sopan santunnya di depan pria kekanakan yang selalu memamerkan bahwa dirinya juga pemilik saham di Antariksa. Pada akhirnya, Kiya mengangkat wajah dan berusaha memberi senyum kecil untuk pria itu.“Pagi, Pak Restu,” sapa Kiya formal mengingat dirinya sebentar lagi juga akan pergi dari Antariksa. Untuk itu, Kiya harus memberi kesan yang baik, walau ia sangat tidak menyukai Restu. “Ada yang bisa dibantu?”“Junjunganmu itu sudah datang?” Restu bertanya dengan mengabaikan sapaan Kiya.“Jun … jungan?” Kiya bertan
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Nekat

“Sekali lagi, terima kasih banyak.” Elok menjabat tangan Bumi, ketika kesepakatan mereka sudah terjalin sempurna. Sesungguhnya, Elok berat melepas Bumi untuk Antariksa. Ia dan Adi pun sempat bersitegang alot, sampai di satu titik sang papa mengalah, dan menyerahkan semua keputusan di tangan Bumi.“Sama-sama, Bu El.” Bumi sedikit menggeser langkahnya setelah jabat tangan mereka terlepas. Membiarkan Elok melewatinya, lalu berjalan bersama menuju pintu ruang kerja wanita itu.“Nanti saya konfirmasi lagi, kalau mas Aga sudah nggak sibuk dengan proyeknya.” Sesampainya di luar ruang kerja, Elok berhenti di samping meja Kiya.“Siap, Bu.” Bumi ikut berhenti sebentar dan menatap Kiya yang hanya sibuk memandang layar komputernya. “Saya tinggal alihkan beban kerja Jurnal, dan setelah beres, baru kita eksekusi rencana yang tadi.”“Oke.” Elok tersenyum seraya menepuk lengan Bumi yang sempat melihat Kiya. Namun, Elok melihat Kiya hanya sibuk dengan pekerjaannya, tanpa mau mengangkat wajah sama seka
last updateLast Updated : 2023-01-16
Read more

Setengah Tujuh

“RESTU!”Elok terbelalak semakin lebar, saat melihat seorang wanita berseru memanggil nama Restu di ambang pintu. Bibir yang masih saling tertaut itu, segera Elok urai dengan paksa. Dengan tenaga yang ia punya, Elok mendorong Restu agar pria itu segera menjauh darinya.“Ra.” Restu menelan ludah, saat menatap calon istrinya sudah dipenuhi dengan amarah. Wajah putih Yura itu memerah, napasnya pun terbuang cepat di setiap tarikannya. Bukankah Restu sudah mengantarkan wanita itu sampai ke mobilnya. Namun, mengapa Yura kembali lagi ke lantai atas? “Ini nggak seperti yang kamu lihat.”“Terus yang aku lihat barusan itu apa!” Yura akhirnya menjerit keras dan melempar tasnya ke arah Restu yang baru saja berdiri, tapi tidak kena sama sekali. Yura masih terpaku di tempat, memandang sengit pada Elok dan calon suaminya bergantian. “Jadi, ini alasannya kamu pindah ke Antariksa? Ruangan kalian hadap-hadapan supaya bisa cepat—”“Jaga mulutmu itu, Cantik.” Kali ini, Elok hanya berada di tempat, waktu
last updateLast Updated : 2023-01-17
Read more

Memberi dan Menerima

“Aku nggak bisa lama-lama.” Elok duduk di samping Reno yang sudah berhadapan dengan Dewa. Meletakkan tasnya di meja, lalu mengangkat tangan untuk memanggil seorang pelayan. “Aku ke sini sama sopir papaku. Sebentar lagi mau jemput Kasih di sekolah.”“Nggak masalah, kami bisa sekalian makan siang,” ujar Dewa setelah meneguk air mineralnya.“Teh panas satu, dan jangan terlalu manis,” pinta Elok pada pelayan kafe yang baru berhenti di sisi meja. “Sama kentang goreng aja dua, biar cepat. Makasih.”Elok kembali mengalihkan wajah pada Dewa, juga Reno secara bergantian. “Per senin depan, aku sudah nggak masuk Antariksa, ya! Baru ini aku punya rekan kerja kurang ajar seperti Restu. Sudah dua kali dia nyosor macam soang nggak tahu diri, padahal knalpotnya sudah pernah aku tendang satu kali!”Dewa dan Reno saling pandang dalam diam. Belum ada lima menit wanita itu duduk di tempatnya, tapi Elok sudah berkicau panjang lebar.“Kamu disosor?” Dewa melepas tawa. Meskipun mengerti dengan maksud Elok,
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more

Itu, Pasti

“Mama mau ke mana?” selidik Kasih yang baru memasuki kamar Elok. Melihat sang mama tengah memakai bedak di depan meja rias dan sudah terlihat rapi, Kasih segera menghampiri lalu dengan cueknya duduk di pangkuan Elok.“Mama mau jalan sama om Lex sebentar,” kata Elok jujur, dan tidak ingin menutupi hal apapun dengan Kasih. “Ada kerjaan yang harus dibereskan.”“Papa ke mana?” tanya Kasih sambil mengambil salah satu lipstik yang ada di meja rias. Kasih membukanya, lalu memoleskannya dengan perlahan ke bibir mungilnya. “Kenapa nggak pernah datang ke sini?”Elok menghela sambil menutup bedak padatnya dan meletakkannya di meja rias. Tidak ada yang bisa Elok lakukan saat ini selain memberi pelukan pada Kasih, dan membiarkan gadis kecilnya bereksplorasi dengan beberapa make up yang ada di atas meja. Jika itu bisa mengalihkan dunia Kasih dari Harry, tidak mengapa.“Papa sibuk kerja, mungkin masih di luar kota.” Hanya jawaban seperti itu yang bisa diberikan oleh Elok. Ia juga tidak tahu, mengapa
last updateLast Updated : 2023-01-18
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status