Home / Romansa / The Real CEO / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of The Real CEO: Chapter 101 - Chapter 110

142 Chapters

Sebuah Perintah

“Pak Raja—”“Nggak usah formal, Lex,” putus Raja cepat sambil mengibaskan telapak tangan kirinya pada pria itu. “Kita lagi nyantai malam ini. Biasa aja.”Napas Lex terbuang pelan. Andai bukan Raja yang langsung menelepon dan menyuruhnya datang makan malam, Lex pasti sudah berada di Singapura untuk melihat sebuah apartemen yang sudah ditawarkan oleh marketing sebuah perusahaan properti.“Aku sudah nyantai, Om,” sahut Lex kemudian setelah menatap Pras dan Adi secara bergantian. “Betul-betul nyantai.”Lex tidak pernah menduga, Raja juga mengundang keluarga Mahardika untuk makan malam di kediaman pria itu. Awalnya, Lex mengira akan ada hal penting yang dibahas setelah makan malam selesai. Namun, setelah melihat Kasih menghampirinya untuk menyapa, di situlah kecurigaan Lex semakin menjadi-jadi.Makan malam kali ini, pasti ada hubungannya dengan Elok. Tampaknya, Raja juga ikut berkonspirasi dengan Pras, maupun Adi untuk menjodohkan dirinya dengan wanita itu?Akan tetapi, saat Lex tidak mend
last updateLast Updated : 2023-02-06
Read more

Meminta Penjelasan

Bingung.Hal tersebutlah yang dirasakan Elok saat sudah sampai di Bali. Entah ada angin apa, Kiya tahu-tahu sudah mengirimkan sebuah tiket elektronik di ponsel Elok, beserta nama hotel yang akan ditempatinya selama satu minggu ke depan. Gadis yang sudah menjadi asisten pribadi Gilang itu mengatakan, Adilah yang telah memerintahkan untuk melakukan itu semua. Tanpa Kasih, dan Elok benar-benar pergi hanya seorang diri.Adi beralasan, Elok butuh me time dengan suasana baru agar bisa melihat dunia dari perspektif berbeda.Sementara Kasih, nantinya akan menyusul pada saat liburan akhir minggu, agar bisa ikut bersenang-senang bersama Elok di Bali.Karena tidak punya tujuan dan agenda kerja, maka sore itu Elok hanya menghabiskan waktunya di pantai. Duduk diam di atas hamparan pasir, dan menanti matahari tenggelam seorang diri. Menikmati keindahan alam yang tercipta di ujung horizon, tanpa memikirkan semua masalah yang belakangan ini selalu menemani.Sesaat setelah matahari tidak lagi menampak
last updateLast Updated : 2023-02-07
Read more

Kamuflase

Elok memijat kepalanya saat mendengar penjelasan Adi yang terlampau santai. Pria itu berujar tanpa rasa bersalah sama sekali, dan terkesan lepas tangan atas rencana yang telah dibuatnya. Akan tetapi, Elok tidak mengatakan pada Adi, bahwa Restu juga berada di hotel yang sama dengannya agar tidak menambah beban pikiran sang papa.“Konsep me time itu nggak begini, Papaaa!” Elok ingin menjerit saja rasanya jika yang dihubunginya saat ini bukanlah sang papa. Sejak tadi, Elok hanya mondar mandir di sepanjang sisi samping tempat tidur karena kesal dengan perbuatan Adi. “El, Papa punya sedikit cerita tentang Lex,” kata Adi, kemudian memberitahu beberapa hal yang dibicarakannya dengan keluarga Sagara pada saat makan malam kala itu. “Jadi, kamu ngerti kenapa Lex selama ini benar-benar seperti triplek di depanmu?”“Dan itu bukan urusanku, Pa,” komentar Elok setelah terdiam beberapa saat memikirkan ucapan Adi. Bukannya tidak tersentuh dengan cerita Adi, tapi, biarlah hal tersebut menjadi jalan
last updateLast Updated : 2023-02-08
Read more

Menyerah

“Bye, Sayang,” pamit Elok hendak menyudahi panggilan videonya dengan Kasih. Sejak beberapa menit yang lalu, Elok memang sudah melakukan panggilan video bersama Kasih sembari menikmati makan malam. Meskipun saat itu Elok sedang bersama Lex, tapi ia tidak memberitahukan hal tersebut pada Kasih. Jadi, sepanjang panggilan video tersebut, hanya ada percakapan antara Kasih dan Elok. Sementara Lex, hanya jadi pendengar, sekaligus penonton yang baik sambil menikmati makan malamnya. “Sweet dreams, emuah.”Lantas, panggilan tersebut Elok tutup dengan cium jauh, tanpa memedulikan orang di sekitarnya, termasuk Lex.“Sorry, ya, Mas,” ucap Elok setelah mengakhiri panggilannya dengan Kasih.“It’s oke.” Sejak tadi, kalimat Elok yang bertanya mengenai kebahagiaan, ternyata mampu mengusiknya. Sepanjang Elok berbincang dengan Kasih, Lex dapat melihat binar bahagia yang terpancar dari wajah wanita itu. Benar-benar kebahagiaan yang tulus, dengan tawa lepas yang sudah lama tidak Lex lakukan.Kapan?Lex kem
last updateLast Updated : 2023-02-09
Read more

Menutup Buku

Lex sudah sering melihat Elok memijat pelipisnya, dengan memberi alasan sakit kepala. Namun, pagi ini justru Lexlah yang memijat kepala karena ulah Elok, yang “memaksanya” untuk menjadi sopir pribadi wanita itu. Andai Restu tidak berada di hotel yang sama, Lex yakin semua ini tidak akan terjadi.“Jadi, Mas,” Elok mulai berbicara ketika mereka berdua baru saja duduk untuk menikmati sarapan bersama. “Agenda hari ini itu … aku mau ke Tanah Lot dulu. Muter-muter aja di daerah sana. Lihat-lihat, beli-beli, terus jalan-jalan aja di sana. Sorenya pulang.”“Pagi ini?” tanya Lex memastikan, karena agenda Elok menurutnya benar-benar tidak diperhitungkan. “Bukannya di sana tempat yang bagus buat lihat sunset?”“Lihat sunset sama Mas Lex?” pancing Elok sambil memtong croisantnya jadi dua. Tatapannya tidak lepas tertuju pada Lex, yang tengah menusuk dimsum sayurannya dengan garpu.Lex menahan napas sebentar. Sejak semalam, Elok selalu saja memancing dan menjebaknya. Kenapa sikap Elok bisa berubah
last updateLast Updated : 2023-02-10
Read more

Bantuan

“Kunci.”Mata Elok terbelalak. Menatap tangan besar yang sudah menengadah di depannya. Untuk menahan senyum, Elok segera menggigit pipi bagian dalamnya dengan kuat. Elok juga tidak mengerti, mengapa bibirnya seolah ingin tersenyum lebar saat melihat Lex ada di hadapan.Tadinya, Elok sudah tidak berharap apapun karena sampai di parkiran mobil pria itu tidak terlihat menyusulnya sama sekali. Elok bahkan sudah berencana check out dan menginap di hotel yang tidak jauh dari bandara, dan memutus semua hubungan dengan Lex setelahnya. Namun, kemunculan Lex yang tiba-tiba di depannya kali ini, akhirnya membuka sedikit celah dan petunjuk tentang perasaan pria itu.“Ada apa dengan kuncinya?” tanya Elok lalu bersandar pada pintu city car, yang disewanya selama satu minggu ke depan. Elok bersedekap, dan menyembunyikan kunci mobil di genggaman tangannya.“Jangan seperti anak kecil, El.”“Mas, tahu yang namanya bercanda, kan?” Elok berdecak lalu menyerahkan kuncinya di telapak tangan Lex. “Jangan te
last updateLast Updated : 2023-02-12
Read more

Senang-senang

“Ini tawaran terakhirku.” Setelah memberi senyum manis, Elok semakin mempertegas intonasi bicaranya. “Jadi, nggak usah aku, aku, dan nggak usah kebanyakan mikir. Karena menerima bantuan dari seorang teman, nggak akan bikin kamu jadi lemah.”Lex menatap wajah Elok, lalu melihat telapak tangan kanan wanita itu yang masih menengadah di depannya. Setelah menarik napas, Lex juga mengangkat tangan kanannya lalu menjabat tangan Elok. Benar-benar menjabat tangan, seperti sedang melakukan kesepakatan bisnis. “Nggak ada teman yang gandengan tangan, terus masuk ke warung makan dan sarapan berdua.”“Siapa bilang nggak ada?” Meskipun cukup terkejut dengan respons Lex, tapi Elok menganggap hal barusan adalah sebuah kemajuan besar. Pria itu, akhirnya mau dan setuju menerima bantuan darinya, walau wajah Lex masih terlihat ragu dan bingung. Untuk itu, Elok segera mengurai jabat tangan mereka, lalu meraih tangan Lex yang satu lagi. Dengan sengaja, Elok menggenggam telapak tangan besar pria itu, lalu me
last updateLast Updated : 2023-02-13
Read more

Buruan

“Waterboom.”Untuk beberapa saat, Lex hanya bisa mengerjap saat membaca papan nama yang terpajang lurus di atas portal antrian mobil yang saat ini dikemudikan oleh Elok. Setelah sarapan bersama di sebuah warung sederhana, Elok bersikeras untuk mengemudikan mobil yang ditumpanginya. Membuat Lex duduk di sebelah wanita itu, dan hanya duduk diam menjadi penumpang.“El, ngapain kita ke sini?”Elok yang masih menunggu antrian mobil di depannya lantas menoleh pada Lex. Ia mengerling, sambil tersenyum jahil pada pria itu. “Kita mau senang-senang.”“El—”“No, no, no, no.” Elok buru-buru menyela pria itu. “Mas Lex sudah memutuskan untuk menerima bantuanku, jadi—”“Tapi bukan ke waterboom.” Lex melihat tinggal dua mobil antrian mobil lagi, ketika mereka berdua masuk ke area parkir. “Kita nggak ada persiapan. Nggak bawa baju, nggak—”“Mereka jual baju renang di dalam,” sahut Elok masih memberi Lex senyum jahilnya. “Tinggal beli, pake, apa susahnya?”“El, ini nggak ada dalam agenda liburanku.”“K
last updateLast Updated : 2023-02-14
Read more

Khawatir

“Aku mau nyoba itu,” Elok menunjuk sebuah wahana, yang mengharuskan mereka membawa ban, dan menaiki banyak anak tangga untuk mencobanya. “Ayo, Mas! Kamu yang bawa bannya.”Lex yang sudah memakai kaos dan celana pendek itu, lantas bertolak pinggang. Kepalanya menengadah, dan menatap banyaknya anak tangga yang akan mereka lewati untuk sampai di atas sana. Belum lagi, mereka masih harus antri di sepanjang tangga dengan membawa ban.“El, aku nggak bisa sabar kalau harus antri sepanjang itu.” Lex menggeleng, karena enggan membawa ban dan mengantri lama untuk menunggu giliran mereka main.“Ini nggak panjang, Mas,” terang Elok menjelaskan. “Kita ke sini pas bukan hari libur sekolah, atau libur nasional. Jadi, antriannya masih bisa dibilang pendek. Bilang aja Mas Lex takut. Atau, sudah nggak kuat naik tangga setinggi itu.”“El,” panggil Lex seraya menatap Elok, yang kini memakai kaos oversize untuk menutupi tubuhnya. Di dalam kaos tersebut, ada baju renang one pieces yang sudah dikenakan Elok
last updateLast Updated : 2023-02-15
Read more

Ingat-ingat

“El, this is awkward.”Elok yang tengah berbaring pada sisi ban dan berhadapan dengan Lex, langsung tergelak. Selama mencoba beberapa permainan sebelumnya, mereka selalu berada di ban yang sama tapi posisi Elok selalu membelakangi pria itu. Namun, saat keduanya mencoba wahana terakhir yaitu kolam arus yang sangat tenang, Elok memutuskan untuk merubah posisi seperti yang sudah-sudah.“Biasa aja,” jawab Elok lalu kembali meneruskan tawanya karena Lex benar-benar terlihat salah tingkah. Sejak mereka menyusuri kolam arus, Lex selalu mengalihkan tatapannya pada pepohonan rimbun yang berada di sisi kiri dan kanan mereka.“Harusnya, kita pakai ban sendiri, sendiri,” ujar Lex sambil menatap arus air yang begitu tenang. “Dan, harusnya kakimu itu … ck, harusnya kamu pakai celana panjang.”Tawa Elok semakin keras, sampai ia harus menengadahkan kepala menatap cerahnya langit biru di atas sana. Cuaca siang ini tidak terlalu terik, karena matahari sejak tadi hanya bersembunyi di balik awan. Entah a
last updateLast Updated : 2023-02-16
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status