Home / Romansa / The Real CEO / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of The Real CEO: Chapter 111 - Chapter 120

142 Chapters

Teman tapi Maksa

“Aku, jadi pengen punya rumah di Bali,” ungkap Elok yang tengah duduk di hamparan pasir, sambil menekuk kedua kakinya ke atas. Merasakan semilir angin, seraya menatap ujung horison yang perlahan mulai berubah warna. Di samping Elok, masih ada Lex yang duduk bersila dan menatap ufuk yang sama.Setelah menghabiskan hari di waterboom, agenda selanjutnya pun berubah. Elok yang sudah merasa lelah itu memilih pulang ke hotel untuk tidur dan beristirahat sejenak melepas penat. Jelas sore hari, barulah keduanya kembali keluar dari hotel, tapi hanya berjalan kaki menuju pantai terdekat untuk menikmati matahari terbenam bersama-sama.“Suasananya enak, dan nggak hectic seperti Jakarta,” tambah Elok.“Tapi?” Lex menangkap titik berat dari nada bicara Elok yang tidak diteruskan oleh wanita itu.“Tapi nggak sekarang.” Elok mengendik sekilas, karena rencana tersebut baru saja terbersit di kepalanya. “Mungkin … nanti kalau aku sudah pensiun. Kalau, Kasih sudah besar, sudah punya kehidupan sendiri den
last updateLast Updated : 2023-02-17
Read more

Menunggu

“Ayo, El.”Sekali lagi, Lex menghentikan langkahnya ketika Elok tertinggal kembali tertinggal di belakang. Berkali-kali wanita itu mengingatkan Lex agar bangun lebih cepat agar bisa melihat matahari terbit, tapi justru Elok sendiri yang sangat susah untuk dibangunkan. Lex sampai harus menelepon berkali-kali melalui ponsel dan telepon yang berada di kamar Elok sampai wanita itu benar-benar siap untuk pergi.Langkah Elok terayun gontai, sembari menunduk malas. Matanya benar-benar berat dan persendian tubuhnya terasa nyeri di berbagai tempat. Elok menduga, semua itu karena ia menghabiskan waktu bermain di waterboom begitu lama. Sudah tidak terbiasa olahraga dan tiba-tiba harus naik tangga berkali-kali membuat tubuh Elok nyeri di seluruh penjuru, terutama bagian kaki.“Aku ngantuk, Mas,” keluh Elok terus menyeret kakinya melewati Lex yang baru saja berhenti untuk menunggunya. “Capek. Nanti aku mau pijat aja, terus tidur seharian.”“El?” Lex kembali melangkah dan mensejajarkan tubuhnya den
last updateLast Updated : 2023-02-18
Read more

Dua Hal

“Sorry, ya, Mas.” Elok mengusap wajah hingga berkali-kali setelah bangun dari tidurnya. Ia membenarkan posisi duduknya dan sedikit menggeser bokong untuk memberi jarak dengan Lex. Sedikit mengernyit, karena sinar matahari pagi yang cukup menyilaukan. Elok jadi sungkan dan malu sendiri karena sudah menjadikan Lex tempatnya bersandar. “Lenganmu pasti pegel.”“Kram,” balas Lex yang seketika menekuk lengannya, lalu melakukan gerakan memutar. Ia juga meregangkan tubuh yang sempat mematung dan hanya terdiam dalam waktu yang tidak sebentar.Elok yang tengah menutup mulut karena menguap, langsung tertawa kecil. “Sudah lama nggak ada yang nyandar, ya, begitu, itu.”“Nggak usah mancing, El.” Lex menautkan jemarinya, lalu membawa kedua tangan ke atas untuk beberapa saat. Setelah selesai, Lex berdiri dengan perlahan dan kembali melakukan peregangan pada tubuhnya yang terasa kaku.“Aku bicara fakta.” Elok masih duduk di pasir, karena kakinya tiba-tiba kesemutan. Untuk sementara waktu, Elok hanya b
last updateLast Updated : 2023-02-20
Read more

Urusan Mendadak

Siang itu, Elok terbangun dengan kondisi tubuh yang sudah terasa lebih baik. Kondisi perut yang terasa lapar, membuat Elok mau tidak mau harus membuka mata. Setelah melihat jam digital di layar ponsel yang ternyata sudah menunjukkan pukul dua siang. Karena itu Elok segera menghubungi room service untuk memesan makan siang.Sambil menunggu, Elok membuka sebuah aplikasi pesan yang sempat dilihatnya pada notifikasi pop up di layar ponsel. Ada beberapa pesan yang masuk, dan Elok tidak berniat untuk membukanya satu per satu. Hanya ada beberapa pesan masuk, yang memang harus Elok buka dan balas untuk tetap menjalin silaturahmi. seperti sebuah pesan dari Harry, yang bertanya mengenai kabar Elok saat ini.Juga ada pesan dari Adi, yang hanya Elok baca dan tidak ingin ia balas sama sekali. Seperti biasa, Adi selalu saja menggodanya dan hal tersebut membuat Elok sangat kesal.Berbeda dengan Dianti, yang justru berpesan agar Elok tidak gegabah dalam mengambil setiap keputusan. Walau, apapun jalan
last updateLast Updated : 2023-02-21
Read more

Permintaan Dianti

“Aku minta maaf.”Napas Lex tertarik panjang, saat mengangkat wajah untuk menatap hamparan langit luas di atas sana. Setelah mematung dan hanya berdiam diri dengan banyak hal yang berkecamuk di kepala, Lex akhirnya bersuara. “Aku …” Lagi-lagi Lex menarik napas panjang, saat kembali melihat gundukan tanah yang benar-benar terawat. “Aku menyerah memintamu menjemputku setiap hari selama 17 tahun ini. Sampai … akhirnya dia datang, dan, ternyata aku masih ingin melanjutkan hidup.”Lex melangkah pelan menuju batu nisan, lalu berjongkok di sebelahnya. Tangannya mengusap pelan permukaan kepala batu nisan berbahan granit, dan berhenti pada sebuah nama yang terukir di sana. Telunjuk Lex berjalan pelan, menyusuri setiap lekuk huruf yang tertulis dan membacanya. “El … leanor.”Hening.Lex kembali terdiam sambil menatap pusara makam yang ada di hadapan. Setelah lebih dulu menghampiri makam kedua orangtuanya yang berada di tempat berbeda, Lex segera mendatangi tempat peristirahatan terakhir istri
last updateLast Updated : 2023-02-22
Read more

Kejelasan

“Ayooo, Om!” Kaki Lex baru saja menginjak garbarata saat Kasih dengan tidak sabar langsung meraih satu tangan bebasnya, dan menarik dengan sekuat tenaga. Gadis kecil itu seolah sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sang mama, yang saat ini pasti sudah menunggu di terminal kedatangan. Sebenarnya, Kasih sempat kebingungan karena yang berangkat ke Bali bersamanya bukanlah Dianti, tapi Lex. Adi sengaja merencanakan semuanya dan meminta untuk menyembunyikan hal tersebut, agar Kasih tidak mengatakan apapun pada Elok. Alhasil, Dianti tidak jadi menemani Kasih ke Bali, karena sudah digantikan oleh Lex. “Yaaa.” Lex pun mempercepat langkahnya, sambil menyeret kopernya, dan travel bag kecil milik Kasih. Gadis yang tampak sangat gembira itu, bahkan sempat melompat girang di tengah keramaian bandara. Lex juga sempat mendengar Kasih bersenandung, walaupun ia tidak mengerti dan tidak pernah mendengar lagu yang nyanyikan oleh gadis kecil itu. “Om!” panggil Kasih yang tiba-tiba berhenti ketika mer
last updateLast Updated : 2023-02-23
Read more

Apa Boleh?

Sepanjang perjalanan menuju pantai, Elok sibuk melipat bibir dalam-dalam untuk menahan senyum yang sungguh tidak bisa dibendung. Elok hanya akan membuka mulut, untuk menjawab pertanyaan Kasih dan menanggapi setiap ucapan putrinya. Seperti mimpi. Elok tidak menduga Lex akan langsung mengambil langkah sejauh itu. Pria itu sudah berniat untuk mendekati Kasih, sekaligus mendeklarasikan pernikahan mereka tanpa bernegosiasi lagi dengan Elok terlebih dahulu. “Mama.” Kasih kembali memanggil untuk kesekian kalinya. “Iya?” “Awan bilang.” Kasih memutar tubuhnya yang masih berada dalam kungkungan sabuk pengaman. Ia menoleh ke belakang, sambil memeluk sandaran jok untuk melihat Elok. “Papanya lagi bikin rumah. Terus, di kamarnya nanti, atapnya pake kaca. Jadi, dia kalau tidur bisa lihat langit.” Apa lagi sekarang? Jangan sampai, Kasih juga minta tinggal di rumah serupa, seperti yang tengah dibangun oleh Aga. Atau, Kasih akan meminta rumah Adi di renovasi dan dibuat seperti rancangan kamar A
last updateLast Updated : 2023-02-24
Read more

Kalau Begitu ...

“Apa boleh?” Kasih mengerjap pelan, dan terdiam setelah pertanyaan Lex. Bagi Kasih, semua yang terjadi dengannya belakangan ini terlalu mendadak, sehingga ia belum bisa memberi jawaban apapun untuk Lex. Baru saja ia mendapati kabar kedua orang tuanya berpisah, sekarang Kasih harus dihadapkan dengan dua hal mengejutkan lainnya. Sang papa dikabarkan akan memiliki anak entah dari siapa, dan mamanya tiba-tiba hendak menikah dengan Lex. Tidak bisakah kedua orang tuanya itu bersabar, dan memberi Kasih waktu untuk memproses semua hal? Pada akhirnya, Kasih memilih beralih kembali pada pasirnya. Meneruskan kesibukannya membangun apartemen pasir dalam diam. Tenggelam, dalam pikirannya sendiri. Lex ikut diam. Tidak memaksa Kasih untuk memberi jawaban saat itu juga. Lex bisa memahami, Kasih butuh waktu untuk memproses semua hal yang baru saja gadis kecil itu dengar. Kasih juga belum kenal dekat dengan Lex, jadi wajar bila gadis itu belum bisa menjawab pertanyaannya dan masih mempertimbangkan se
last updateLast Updated : 2023-02-27
Read more

Surat Perjanjian

“Kalau begitu, kapan Om mau nikah sama mama?” tanya Kasih masih menjabat tangan Lex dengan tegas dan kuat.“Dua mingguan lagi, boleh?” balas Lex langsung melempar pertanyaan agar situasi di antara mereka semakin jelas. Tidak perlu mengulur waktu, agar semua masalah cepat terselesaikan. Lex tidak suka digantung, maupun menggantung seseorang atau masalah.“Nikahnya, kayak tante cantik sama papanya Awan?”“Untuk itu, nanti kita bicarakan sama-sama,” ucap Lex masih belum berpikir sampai sejauh itu. Yang terpenting bagi Lex ialah, mengesahkan hubungannya dengan Elok terlebih dahulu. Masalah resepsi dan lain sebagainya, bisa dibicarakan belakangan sesuai dengan kesepakatan bersama.Kasih menggeleng karena masih ada yang mengganjal di hatinya. Ia pun masih belum melepas jabat tangan, karena merasa belum ada kesepakatan yang membuatnya yakin 100 persen. “Nanti kalau sudah nikah, tinggalnya nggak boleh pisah-pisah kayak mama sama papaku. Pokoknya nggak boleh pisah, nggak boleh berantem. Om mau
last updateLast Updated : 2023-02-28
Read more

Boleh

Kasih membaca secarik kertas yang diberi oleh Lex dengan seksama. Sebuah surat perjanjian yang telah mereka bicarakan sore tadi. Seluruh isinya ditulis tangan oleh Lex, sesuai dengan permintaan Kasih. Bukan sebuah surat perjanjian formal, melainkan berisi kalimat yang mudah dipahami oleh Kasih.“Apa seperti itu?” tanya Lex tetap tenang, walaupun penasaran. Gadis kecil itu terlalu serius membacanya, sampai-sampai dahi Kasih tampak mengerut dan bibirnya pun mencebik. “Atau ada yang kurang dan mau ditambahkan?”Elok melihat dan ikut membaca isi surat yang berada di tangan putrinya, dari belakang tubuh Kasih yang bersandar padanya. Untuk ukuran seorang pria, tulisan Lex terlihat sangat rapi melebihi Elok.“Apa begini, Ma?” tanya Kasih sedikit mendongak dan memutar kepalanya agar bisa melihat sang mama. Isi dari surat perjanjian tersebut sebenarnya sangat mudah untuk dicerna bagi Kasih. Namun, ia juga perlu meminta pertimbangan dari Elok terlebih dahulu sebelum melabuhkan tanda tangan di t
last updateLast Updated : 2023-03-01
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status