Share

Bantuan

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2023-02-12 10:14:17

“Kunci.”

Mata Elok terbelalak. Menatap tangan besar yang sudah menengadah di depannya. Untuk menahan senyum, Elok segera menggigit pipi bagian dalamnya dengan kuat. Elok juga tidak mengerti, mengapa bibirnya seolah ingin tersenyum lebar saat melihat Lex ada di hadapan.

Tadinya, Elok sudah tidak berharap apapun karena sampai di parkiran mobil pria itu tidak terlihat menyusulnya sama sekali. Elok bahkan sudah berencana check out dan menginap di hotel yang tidak jauh dari bandara, dan memutus semua hubungan dengan Lex setelahnya. Namun, kemunculan Lex yang tiba-tiba di depannya kali ini, akhirnya membuka sedikit celah dan petunjuk tentang perasaan pria itu.

“Ada apa dengan kuncinya?” tanya Elok lalu bersandar pada pintu city car, yang disewanya selama satu minggu ke depan. Elok bersedekap, dan menyembunyikan kunci mobil di genggaman tangannya.

“Jangan seperti anak kecil, El.”

“Mas, tahu yang namanya bercanda, kan?” Elok berdecak lalu menyerahkan kuncinya di telapak tangan Lex. “Jangan te
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Susan Soen
hmm.. pelan tapi pasti...
goodnovel comment avatar
Riana
jujurly aku g sabar menikmati runtuhnya mastriplek trus klepek" ke mb Elok ...
goodnovel comment avatar
acw
ayo el semangat runtuhkan temboknya...ga sabar aku, pasti lex tipe setia bucin banget banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • The Real CEO   Senang-senang

    “Ini tawaran terakhirku.” Setelah memberi senyum manis, Elok semakin mempertegas intonasi bicaranya. “Jadi, nggak usah aku, aku, dan nggak usah kebanyakan mikir. Karena menerima bantuan dari seorang teman, nggak akan bikin kamu jadi lemah.”Lex menatap wajah Elok, lalu melihat telapak tangan kanan wanita itu yang masih menengadah di depannya. Setelah menarik napas, Lex juga mengangkat tangan kanannya lalu menjabat tangan Elok. Benar-benar menjabat tangan, seperti sedang melakukan kesepakatan bisnis. “Nggak ada teman yang gandengan tangan, terus masuk ke warung makan dan sarapan berdua.”“Siapa bilang nggak ada?” Meskipun cukup terkejut dengan respons Lex, tapi Elok menganggap hal barusan adalah sebuah kemajuan besar. Pria itu, akhirnya mau dan setuju menerima bantuan darinya, walau wajah Lex masih terlihat ragu dan bingung. Untuk itu, Elok segera mengurai jabat tangan mereka, lalu meraih tangan Lex yang satu lagi. Dengan sengaja, Elok menggenggam telapak tangan besar pria itu, lalu me

    Last Updated : 2023-02-13
  • The Real CEO   Buruan

    “Waterboom.”Untuk beberapa saat, Lex hanya bisa mengerjap saat membaca papan nama yang terpajang lurus di atas portal antrian mobil yang saat ini dikemudikan oleh Elok. Setelah sarapan bersama di sebuah warung sederhana, Elok bersikeras untuk mengemudikan mobil yang ditumpanginya. Membuat Lex duduk di sebelah wanita itu, dan hanya duduk diam menjadi penumpang.“El, ngapain kita ke sini?”Elok yang masih menunggu antrian mobil di depannya lantas menoleh pada Lex. Ia mengerling, sambil tersenyum jahil pada pria itu. “Kita mau senang-senang.”“El—”“No, no, no, no.” Elok buru-buru menyela pria itu. “Mas Lex sudah memutuskan untuk menerima bantuanku, jadi—”“Tapi bukan ke waterboom.” Lex melihat tinggal dua mobil antrian mobil lagi, ketika mereka berdua masuk ke area parkir. “Kita nggak ada persiapan. Nggak bawa baju, nggak—”“Mereka jual baju renang di dalam,” sahut Elok masih memberi Lex senyum jahilnya. “Tinggal beli, pake, apa susahnya?”“El, ini nggak ada dalam agenda liburanku.”“K

    Last Updated : 2023-02-14
  • The Real CEO   Khawatir

    “Aku mau nyoba itu,” Elok menunjuk sebuah wahana, yang mengharuskan mereka membawa ban, dan menaiki banyak anak tangga untuk mencobanya. “Ayo, Mas! Kamu yang bawa bannya.”Lex yang sudah memakai kaos dan celana pendek itu, lantas bertolak pinggang. Kepalanya menengadah, dan menatap banyaknya anak tangga yang akan mereka lewati untuk sampai di atas sana. Belum lagi, mereka masih harus antri di sepanjang tangga dengan membawa ban.“El, aku nggak bisa sabar kalau harus antri sepanjang itu.” Lex menggeleng, karena enggan membawa ban dan mengantri lama untuk menunggu giliran mereka main.“Ini nggak panjang, Mas,” terang Elok menjelaskan. “Kita ke sini pas bukan hari libur sekolah, atau libur nasional. Jadi, antriannya masih bisa dibilang pendek. Bilang aja Mas Lex takut. Atau, sudah nggak kuat naik tangga setinggi itu.”“El,” panggil Lex seraya menatap Elok, yang kini memakai kaos oversize untuk menutupi tubuhnya. Di dalam kaos tersebut, ada baju renang one pieces yang sudah dikenakan Elok

    Last Updated : 2023-02-15
  • The Real CEO   Ingat-ingat

    “El, this is awkward.”Elok yang tengah berbaring pada sisi ban dan berhadapan dengan Lex, langsung tergelak. Selama mencoba beberapa permainan sebelumnya, mereka selalu berada di ban yang sama tapi posisi Elok selalu membelakangi pria itu. Namun, saat keduanya mencoba wahana terakhir yaitu kolam arus yang sangat tenang, Elok memutuskan untuk merubah posisi seperti yang sudah-sudah.“Biasa aja,” jawab Elok lalu kembali meneruskan tawanya karena Lex benar-benar terlihat salah tingkah. Sejak mereka menyusuri kolam arus, Lex selalu mengalihkan tatapannya pada pepohonan rimbun yang berada di sisi kiri dan kanan mereka.“Harusnya, kita pakai ban sendiri, sendiri,” ujar Lex sambil menatap arus air yang begitu tenang. “Dan, harusnya kakimu itu … ck, harusnya kamu pakai celana panjang.”Tawa Elok semakin keras, sampai ia harus menengadahkan kepala menatap cerahnya langit biru di atas sana. Cuaca siang ini tidak terlalu terik, karena matahari sejak tadi hanya bersembunyi di balik awan. Entah a

    Last Updated : 2023-02-16
  • The Real CEO   Teman tapi Maksa

    “Aku, jadi pengen punya rumah di Bali,” ungkap Elok yang tengah duduk di hamparan pasir, sambil menekuk kedua kakinya ke atas. Merasakan semilir angin, seraya menatap ujung horison yang perlahan mulai berubah warna. Di samping Elok, masih ada Lex yang duduk bersila dan menatap ufuk yang sama.Setelah menghabiskan hari di waterboom, agenda selanjutnya pun berubah. Elok yang sudah merasa lelah itu memilih pulang ke hotel untuk tidur dan beristirahat sejenak melepas penat. Jelas sore hari, barulah keduanya kembali keluar dari hotel, tapi hanya berjalan kaki menuju pantai terdekat untuk menikmati matahari terbenam bersama-sama.“Suasananya enak, dan nggak hectic seperti Jakarta,” tambah Elok.“Tapi?” Lex menangkap titik berat dari nada bicara Elok yang tidak diteruskan oleh wanita itu.“Tapi nggak sekarang.” Elok mengendik sekilas, karena rencana tersebut baru saja terbersit di kepalanya. “Mungkin … nanti kalau aku sudah pensiun. Kalau, Kasih sudah besar, sudah punya kehidupan sendiri den

    Last Updated : 2023-02-17
  • The Real CEO   Menunggu

    “Ayo, El.”Sekali lagi, Lex menghentikan langkahnya ketika Elok tertinggal kembali tertinggal di belakang. Berkali-kali wanita itu mengingatkan Lex agar bangun lebih cepat agar bisa melihat matahari terbit, tapi justru Elok sendiri yang sangat susah untuk dibangunkan. Lex sampai harus menelepon berkali-kali melalui ponsel dan telepon yang berada di kamar Elok sampai wanita itu benar-benar siap untuk pergi.Langkah Elok terayun gontai, sembari menunduk malas. Matanya benar-benar berat dan persendian tubuhnya terasa nyeri di berbagai tempat. Elok menduga, semua itu karena ia menghabiskan waktu bermain di waterboom begitu lama. Sudah tidak terbiasa olahraga dan tiba-tiba harus naik tangga berkali-kali membuat tubuh Elok nyeri di seluruh penjuru, terutama bagian kaki.“Aku ngantuk, Mas,” keluh Elok terus menyeret kakinya melewati Lex yang baru saja berhenti untuk menunggunya. “Capek. Nanti aku mau pijat aja, terus tidur seharian.”“El?” Lex kembali melangkah dan mensejajarkan tubuhnya den

    Last Updated : 2023-02-18
  • The Real CEO   Dua Hal

    “Sorry, ya, Mas.” Elok mengusap wajah hingga berkali-kali setelah bangun dari tidurnya. Ia membenarkan posisi duduknya dan sedikit menggeser bokong untuk memberi jarak dengan Lex. Sedikit mengernyit, karena sinar matahari pagi yang cukup menyilaukan. Elok jadi sungkan dan malu sendiri karena sudah menjadikan Lex tempatnya bersandar. “Lenganmu pasti pegel.”“Kram,” balas Lex yang seketika menekuk lengannya, lalu melakukan gerakan memutar. Ia juga meregangkan tubuh yang sempat mematung dan hanya terdiam dalam waktu yang tidak sebentar.Elok yang tengah menutup mulut karena menguap, langsung tertawa kecil. “Sudah lama nggak ada yang nyandar, ya, begitu, itu.”“Nggak usah mancing, El.” Lex menautkan jemarinya, lalu membawa kedua tangan ke atas untuk beberapa saat. Setelah selesai, Lex berdiri dengan perlahan dan kembali melakukan peregangan pada tubuhnya yang terasa kaku.“Aku bicara fakta.” Elok masih duduk di pasir, karena kakinya tiba-tiba kesemutan. Untuk sementara waktu, Elok hanya b

    Last Updated : 2023-02-20
  • The Real CEO   Urusan Mendadak

    Siang itu, Elok terbangun dengan kondisi tubuh yang sudah terasa lebih baik. Kondisi perut yang terasa lapar, membuat Elok mau tidak mau harus membuka mata. Setelah melihat jam digital di layar ponsel yang ternyata sudah menunjukkan pukul dua siang. Karena itu Elok segera menghubungi room service untuk memesan makan siang.Sambil menunggu, Elok membuka sebuah aplikasi pesan yang sempat dilihatnya pada notifikasi pop up di layar ponsel. Ada beberapa pesan yang masuk, dan Elok tidak berniat untuk membukanya satu per satu. Hanya ada beberapa pesan masuk, yang memang harus Elok buka dan balas untuk tetap menjalin silaturahmi. seperti sebuah pesan dari Harry, yang bertanya mengenai kabar Elok saat ini.Juga ada pesan dari Adi, yang hanya Elok baca dan tidak ingin ia balas sama sekali. Seperti biasa, Adi selalu saja menggodanya dan hal tersebut membuat Elok sangat kesal.Berbeda dengan Dianti, yang justru berpesan agar Elok tidak gegabah dalam mengambil setiap keputusan. Walau, apapun jalan

    Last Updated : 2023-02-21

Latest chapter

  • The Real CEO   Giveawaaay ~~

    Haluu Mba beb tersaiank … Saia langsung aja umumin daftar penerima koin GN untuk lima top fans pemberi gems terbanyak The Real CEO, yaaa : Amy : 1.000 koin GN + pulsa 200rb Call me Jingga : 750 koin GN + pulsa 150 rb LiaKim?? : 500 koin GN + pulsa 100 rb Tralala : 350 koin GN + pulsa 50 rb NuNa : 200 koin Gn + pulsa 25 rb Untuk nama yang saia tulis di atas, bisa klaim koin GN dengan screenshoot ID dan kirim melalui DM Igeeh @kanietha_ . Jangan lupa follow saia duluuuh .... Saia tunggu konfirmasi sampai hari rabu, 29 maret 2023, ya, jadi, saia bisa setor datanya hari kamis ke pihak GN. Tapi, kalau sudah terkumpul semua sebelum itu, bisa langsung saia setor secepatnya. Daaan, kiss banyak-banyak atas dukungan, juga atensinya untuk Mas Triplex dan Mba Elok …. Kissseeess …..

  • The Real CEO   Melepaskan Semua

    Kasih baru saja menuruni tangga rumah dengan seragam olah raga, ketika ia mendengar suara yang belakangan ini sungguh menyayat hati. Sudah semingguan ini, sang mama hampir tidak bisa melakukan kegiatan apapun karena selalu saja muntah-muntah. Awalnya, Kasih sangat gembira ketika mengetahui akan mendapatkan seorang adik lagi. Namun, setelah itu Kasih sungguh tidak tega saat melihat sang mama lebih banyak menghabiskan waktu di kamar untuk berbaring. Tidak seperti kehamilan adik pertamanya saat itu, yang tidak pernah ada drama muntah-muntah dan lemas seperti sekarang. “Mama, kenapa nggak di kamar aja?” Kasih segera menghampiri Elok yang menunduk di wastafel. Wajah sang mama pucat, dan sangat terlihat lelah. “Mama bosan di kamar,” jawab Lex yang tengah menggendong balita berusia dua tahun di tangan kanannya. Sementara satu tangan lagi, sibuk mengusap tengkuk sang istri yang belum memakan makanan apapun sedari tadi. “Nanti Ayah ke sekolah, mau ngurus antar jemput sekolah Kakak. Nggak pap

  • The Real CEO   Adekku

    “Hei!” Elok menepuk bahu Gilang yang sejak tadi duduk diam, sambil memandang ke arah halaman depan kediaman Mahardika. Ada Kasih, Kiya, dan beberapa orang dari Event Organizer yang bernaung di bawah Gilang, tengah menyelesaikan dekorasi pesta kecil yang sebentar lagi akan adakan dengan amat sederhana. Hanya dihadiri keluarga inti, tanpa mengundang orang luar sama sekali. Pesta kecil usulan Kasih, yang lagi-lagi langsung disetujui oleh Lex tanpa harus berpikir dua kali. Kasih menginginkan sebuah pesta kejutan, untuk mengetahui jenis kelamin sang adik yang akan lahir tiga bulan lagi. Usut punya usut, ternyata ide tersebut Kasih dapatkan dari Bening saat suatu ketika Elok sempat telat menjemput di sekolah. Kedua orang itu berbicara panjang lebar, sampai Bening mengusulkan untuk membuat pesta kecil yang sudah sering dilakukan para kalangan artis atau pengusaha di ibukota. “Kalau suka, dilamar,” ujar Elok kemudian duduk pada kursi besi yang berada di teras. Tepat bersebelahan dengan Gilan

  • The Real CEO   Tanpa Terkecuali

    Bersyukur dan berterima kasih. Dua hal itu tidak pernah lepas diucapkan Elok setiap hari, atas kesempatan kedua yang sudah Tuhan berikan. Di antara masalah yang datang bertubi padanya kala itu, Elok masih memiliki keluarga dan banyak sahabat yang bisa dipercaya. Mereka sudah membantu Elok hingga bisa sampai di titik sekarang. Yaaa, walaupun ada yang harus ditukar dan dikorbankan, tetapi hasilnya sangat sepadan. “Jadi, misal nanti adeknya yang lahir cowok, Kasih harus sayang juga.” Sedari awal, Elok harus menjelaskan hal tersebut pada putrinya. Mau apapun jenis kelamin sang adik nanti, Kasih tetap harus bersikap baik karena mereka adalah saudara dan memiliki ibu yang sama. Tidak hanya itu sebenarnya, Kasih juga harus berbuat baik kepada semua orang, tidak terkecuali dan tidak boleh pilih kasih. “Kan, enak kalau punya adek cowok. Nanti kalau sudah besar, ada yang jagain Kasih.” Kasih bersila dan bersedekap sambil menatap perut sang mama yang duduk di tepi ranjangnya. Sebenarnya, saat

  • The Real CEO   Satu Lagi

    “Mas …” “Ya?” “Kenapa di dalam tadi lebih banyak diamnya?” Bila Elok perhatikan lagi, Lex lebih banyak diam sejak mereka dalam perjalanan ke rumah sakit. Pada dasarnya Lex juga bukan pria yang banyak bicara, tetapi, Elok merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiran suaminya itu. “Apa ada masalah di kantor?” Lex mengeratkan tautan jemari mereka yang ada di atas pahanya. Menatap counter apotek, dari kursi tunggu yang mereka duduki saat ini. Ada banyak perasaan yang tidak bisa Lex urai, karena mengingat masa lalunya. Karena itulah, selama ia dan Elok berada di ruang periksa, Lex hanya mendengarkan semua perkataan dokter dengan seksama. Déjà vu. Ada rasa takjub dan bahagia yang sama, selama Lex berada di ruang periksa bersama Elok. Melihat layar hitam putih dengan sebuah kantung janin berusia lima minggu, sungguh membuat Lex tidak bisa berkata-kata. “Usia kehamilan almarhum istriku juga lima minggu waktu kami pertama periksa.” Kalimat itu muncul begitu saja dari mulut Lex. Ada hal yang

  • The Real CEO   Mau

    “Kalau lantainya ada tiga, bisa bikinin nggak, Om?” Sedari tadi, Kasih hanya menempel pada Aga. Ia melihat pria mencorat-coret desain interior rumah, yang rencananya akan direnovasi dalam waktu dekat.Aga lantas tertawa menatap Lex. Bagi Aga, tidak ada yang tidak mungkin. Hanya tinggal menunggu persetujuan pemilik rumah, barulah ia bisa mengerjakannya. “Gimana, Mas? Tiga lantai?”“Tapi dikasih lift, Om,” sambung Kasih semakin membuat Aga tertawa keras. “Kan, capek, kalau naik tangga dari lantai satu sampai atas.”“Sayang.” Elok meletakkan nampan berisi tiga buah mangkok es campur di atas meja, lalu menatanya satu per satu. “Rumah tiga lantai itu terlalu besar.”“Kan, biar opa sama oma nanti tinggal di rumah kita.” Kasih menggeleng saat melihat es campur yang disajikan Elok. “Terus, ada adek-adekku juga nanti, kan, banyak.”“Banyak?” Lagi-lagi Aga tertawa mendengar kepolosan Kasih. “Memangnya, Kasih mau adek berapa?”Kasih mengulurkan tangan kanannya pada Aga, dan membuka lebar telapak

  • The Real CEO   Seumur Hidup

    “Sayang, A …” Lex kembali menutup mulut, saat ada dua orang perempuan yang kompak memberi tatapan tanya padanya. Tadinya, Lex mengira Kasih sedang berada di kamarnya. Namun, saat Lex baru saja keluar kamar setelah mandi, gadis kecil itu ternyata sedang berada di dapur bersama Elok. Kedua tangan Kasih berada di dalam sebuah mangkok besar dengan berlumur tepung. Rupanya, gadis itu sedang “membantu” Elok membuat makan malam.“Ayah manggil aku? Atau, Mama?” tanya Kasih kembali meremas-remas ayam yang sudah ia lumuri adonan tepung.“Mama!” Lex menunjuk Elok yang tengah mengaduk sesuatu di panci. Sungguh sebuah pemandangan hangat yang tidak pernah Lex lihat seumur hidupnya, dan ini sangat luar biasa. Lex membayangkan, apa jadinya bila ia tetap bersikukuh dengan kesendirian, dan hanya fokus pada rasa kehilangan yang selalu menggerogoti jiwa. Mungkin, Lex tidak akan bisa berada di situasi seperti sekarang.“Kenapa, Yah?” tanya Elok lalu mematikan kompor di hadapan. Namun, tetap membiarkan tun

  • The Real CEO   Sekarang

    Lex terdiam melihat kantong belanjaan yang baru saja ia letakkan di kitchen island. Setelah sekian lama hidup menyendiri, ini kali pertama Lex melihat barang belanjaan yang sangat banyak ada di tempatnya. “Aku rasa, kita harus pindah.” Lex mengeluarkan satu per satu barang belanjaan dari kantong, lalu meletakkannya di kitchen island. Sementara istrinya, sedang berjongkok di depan lemari pendingin untuk meletakkan beberapa minuman kemasan di dalam sana. “Kenapa?” Elok tidak menoleh, agar bisa membereskan semua barang belanjaan yang masih ada di kitchen island dengan cepat. “Kamar Kasih sepertinya kurang besar dengan boneka yang sebanyak itu.” Lex pernah membawa Kasih yang tertidur, ke kamar gadis itu di kediaman Mahardika. Namun, Lex tidak memperhatikan gadis kecil itu ternyata memiliki boneka yang begitu banyak di kamarnya. “Mas, jangan manjain Kasih,” pinta Elok memang harus sedikit lebih tegas pada Lex. Pria itu sepertinya sama sekali tidak bisa menolak permintaan Kasih. Sementar

  • The Real CEO   Adek Cantik

    “Mas?” Elok menoleh ke arah jendela saat tidak mendapati Lex berada di sampingnya. Masih terlihat gelap. Belum tampak bias cahaya yang menyelinap di antara celahnya. Elok melihat ke arah nakas. Jam digital yang berada di atasnya menunjukkan sudah menunjukkan pukul 04.58. Detik itu juga, Elok mengumpat. Segera bangkit dari tempat tidur, lalu berlari menuju kamar mandi. Elok mengambil bathrobe dan segera membalut tubuhnya seraya berjalan cepat keluar kamar. “Pagi, Mas!” Elok sempat terkejut saat mendapati Lex sudah berkutat di dapur. Entah apa yang dilakukan suaminya itu, tetapi Elok tidak bisa menghampiri Lex lebih dulu. Ada Kasih yang harus dibangunkan, agar tidak kesiangan berangkat ke sekolah. “Pa …” balasan Lex terhenti karena Elok baru saja tenggelam di kamar Kasih. Tidak terlalu penasaran dengan hal yang dilakukan Elok di kamar putrinya, Lex kembali melanjutkan membakar rotinya di atas wajan anti lengket. Tidak sampai lima menit berlalu, Elok kembali keluar dari kamar Kas

DMCA.com Protection Status