All Chapters of Kubalas Kekejaman Mertua Dan Suami : Chapter 181 - Chapter 190

195 Chapters

180. Merawat Amira

“Bi, apa Amira kita rawat saja ya, Bi?“ tanyaku dengan mengelus rambut Amira yang tengah tidur pulas.Aku menemukan Amira tengah menangis di depan halaman rumah kontrakan yang kebetulan kami melewati pagi itu. Aku langsung meraih Amira dan meminta tolong tetangga untuk menggotong Clara yang tengah pingsan dengan ada darah yang membasahi celananya ke mobil. Lalu kami membawa ke rumah sakit tanpa meninggalkan jejak, aku hanya tidak ingin Clara berpikiran yang tidak-tidak bila mengetahui siapa yang membawanya ke sini, bisa jadi ada hal yang malah akan merugikanku nanti. Apalagi melihat dia dengan berani berselingkuh dengan suaminya Bu Ratna, membuatku sedikit membenci sifatnya itu. “Terserah Umi saja. Kalau Abi mah setuju-setuju saja.““Wah, makasih ya, Bi.““Iya, Sayang. Ehm ngomong-ngomong kita kapan ya malam pertamanya,” ujarnya kemudian. Aku menatap Amira. Hari ini aku sudah selesai masa haidnya, aku harus memberikan pelayanan untuk Zen. Aku juga ingin segera mempunyai anak, siap
Read more

Bab 181. Dapat tawaran

“Emang ibu kasih apa?“.“Campuran kapur sirih sama sabun colek, Sherly. Jadi Clara tertidur, terus ibu kasihlah campuran itu ke wajah Clara secara merata. Habis itu Ibu langsung lari ke sini.““Ya Allah, Bu ...““Bantu Ibu, Sherly. Ibu takut.““Ibu pengen Sherly bantu gimana? Pasti bantu.““Sembunyikan Ibu untuk sementara, Sherly.““Malam ini Bu Ratna tidur dulu di sini ya. Sherly ada Bu, rumah kosong di Wonosobo sana. Ada yang bersihin. Kalau Ibu mau, Bu Ratna boleh tinggal di sana. Insyaallah masih layak pakai, Bu.““Masya Allah, Sherly. Pasti, besok Ibu langsung ke sana ya.““Enggak papa, Bu?““Ya Allah, Ibu malah seneng, sekalian Ibu ingin mendamaikan hati Ibu. Jujur, setiap melihat keadaan sekitar, hati Ibu sesak keingat pengkianatan Mas Ridwan.““Baik, Bu. Besok Sherly antar ke Wonosobo setelah mengantar Bu Leni ke Panti jompo ya. Sekarang Bu Ratna istirahat dulu ya.“Bu Ratna mengangguk, akupun bangkit berdiri mengantarkan ke kamar tamu. “Sherly tinggal ke kamar ya, Bu.““Maka
Read more

Bab 182. Ke Panti

“Apa sih, Mi. Kok serius banget?““Ada tawaran kerjasama produk kosmetik, Bi. Aku lihatnya sih bagus lihat dari komposisi yang diraciknya.““Maksudnya gimana? Abi enggak paham.“J“Gini lo, Bi. Si penawar itu menyediakan produk tanpa merek dengan harga sekian. Lalu kita yang memberi merek dan memasarkan produk itu.““Asli itu?““Iya, banyak testimoni nya kok.““Yasudah coba saja dulu satu paket, kalau memang cocok baru terima kerja samanya.““Baik, Bi. Tapi awal modal itu kita harus bayar 35jutaan untuk biaya pasang merk dan label.““Gampang itu, Bunda banyak uangnya.““Abi ini. Mandiri dong.““Belum bisa, Sayangku. Abi lagi menikmati masa pernikahan ini. Nanti ya. Abi akan kerja keras.“Aku tersenyum ke arahnya. Bahkan tanpa kerja pun dia tidak pernah kehabisan uang. “Loh, Bi. Kok sudah sampai ke ruko?“ tanyaku keheranan kala laju mobil sudah mulai pelan dan diparkirkan di depan ruko.“Tadi lupa mau beli bubur. Nanti saja kita sarapan di luar sama bapak emak.“Aku manggut-manggut la
Read more

Bab 183. Kedatangan Bu Ratna

Setelah sarapan bersama, aku baru teringat. Ada Bu Ratna di rumah. Apalagi bunda juga belum mengetahui keberadaan Bu Ratna di rumah karena bunda semalam sudah tidur.“Owh, ya, Bi. Nanti pulang sebentar ya, Umi lupa belum memberi tahu Bunda kalau Bu Ratna nginep di rumah. Nanti sekalian belikan sarapan.““Ya.““Emak, Bapak mau ikut sekalian?“ “Ikut enggak papa, Sherly.“ Bapak yang menjawab.Aku memandang ke arah Bu Leni yang sedari tadi hanya mengaduk-aduk bubur di mangkok nya.“Bu Leni enggak suka bubur?“ tanyaku kemudian.Bu Leni hanya menggeleng. Lalu meletakkan sendoknya di atas mangkok.“Bu Leni pengen makan apa? Bu Leni belum sarapan, nanti perutnya sakit, Bu.““Enggak. Ayo sudah, lekas antarkan Ibu ke Panti.““Baik, Bu.““Bi, Umi pesan untuk dibungkus dulu ya sekalian bayar.“Zen menggangguk dan melanjutkan mengobrol dengan bapak entah apa yang dibicarakan. Aku bangkit berdiri, lalu berjalan menuju kasir. “Mbak, pesan bubur ayamnya tiga bungkus ya, kuahnya dipisah. Ditotal se
Read more

Bab 184. Kecewa

“Maaf ya, Bun. Sherly enggak enak. Tadi pagi juga kelupaan bilangnya malah langsung pergi.““Kan kalau tahu ada tamu yang menginap kan Bunda bisa bangun lebih pagi untuk memasak.““Maaf ya, Bun, ini Sherly sudah bungkusin bubur ayam buat sarapan. Belum sarapan kan?““Iya, belum. Mana biar Bunda siapkan!““Amira mana, Bun?“tanyaku sembari memberi bungkusan ke Bunda.“Masih tidur di dalam. Pulas sekali tidurnya. Nanti siang mau Bunda ajak ke mall. Belanja baju sama stok jajan di rumah. Bunda seneng sekali tahu ada Amira di sini. Jadi ada kegiatan.“Aku ikut tersenyum melihat Bunda sedari tadi yang tidak lepas dari senyum lebarnya. Terlihat raut bahagia di wajahnya. Semoga keputusan merawat Amira adalah langkah yang benar untuk kami. “Kita rawat sama-sama ya, Bun.““Pasti itu.““Owh, ya. Nanti Sherly pamit lagi, ya. Ini mau antar Bu Leni ke tempat panti setelah itu baru pergi lagi antar Bu Ratna ke Wonosobo. Bunda gak papa kan tinggal berdua sama Amira?““Owh, Bu Ratna mau tinggal di Wo
Read more

185. Mual

3 Minggu kemudian. “Hueekkkkk! Hueekkkk!““Kamu kenapa, Mi?“ tanya Zen menyusulku ke kamar mandinya. Melihatku yang berjongkok di depan Kloset duduk. Zen pun langsung memijat tengkuk leherku. Aku hanya menggeleng, rasa mualku membuatku kewalahan, bahkan air mata pun ikut keluar. Aku belum pernah merasakan hal yang semacam ini. Aku berbalik saat mulas ini sudah tidak terasa lalu membasuh muka. Zen menopangku dan kami berjalan ke luar.“Lapar, Bi,” keluhku lagi dengan mengusap perut.“Baik, ayo makan. Bunda masak enak-enak.“Aku mengangguk lalu kami berjalan ke meja makan. Zen mengambilkan piring dan nasi. “Mau makan dengan apa? Ayam mentega, sayur bayam, cumi tepung?““Ayam mentega saja, Bi.“Zen mengangguk lalu mengambilkan lauk untukku dan meletakkan di hadapanku. Aku pun langsung menyendok dan memasukkan ke mulut.“Hueekkkkk!“Kututup mulut ini dan berlari ke kamar mandi. Rasa mual itu datang lagi, bahkan memuntahkan ayam yang baru sampai tenggorokan.Sepertinya ada yang tida
Read more

186. Ubah rencana

”Hallo ... assalamualaikum.““Waalaikumsalam, ini dari Rumah Pelita, benar kan ya ini nomornya Bu Sherly, walinya dari Ibu Leni?““Ah ya, benar. Kenapa ya? Apa ada masalah?“ tanyaku lagi. Jujur hatiku berdegup tidak karuan. Jangan sampai Bu Leni berbuat ulah lagi di sana.“Begini, Bu. Apa bisa kalau Ibu ke sini sebentar? Mau membicarakan sedikit masalah yang bersangkutan dengan Bu Leni. Mohon maaf ya, Bu. Kalau mengganggu waktunya ibu.““Harus sekarang ya, Bu?““Ya enggak harus, tapi semakin cepat lebih baik.“Bunda menyenggol lenganku. “Kenapa?“tanyanya tanpa mengeluarkan suara.Aku menggeleng. “Baik, Bu. Kami ke sana sekarang.““Baik, kami tunggu ya, Bu. Hati-hati di jalan.“Sambungan telepon terputus.Lalu aku menoleh ke arah bunda. “Sepertinya ada masalah di panti, Bun. Kita ke sana dulu ya?““Loh, periksa saja dulu, Sherly. Nanti baru ke sana.““Enggak pihak sana sudah menunggu, periksanya bisa kapan-kapan kok. Ini sudah sehat lagi.““Bi, tolong belok ke panti dulu sebentar ya!
Read more

Bab 187. Berulah

POV Bu Leni “Sekarang Bu Leni berkemas, kita pulang sekarang!“Aku meremas baju untuk meredakan rasa girangku, sudah kuduga, Sherly sebodoh itu. Aku hanya melakukan bentuk keprotesanku dengan merusak hal-hal di sekitar dan lihat sekarang. Caraku manjur!Aku lekas berbalik, meraih tas dan memasukkan baju ke dalam. Tatapanku ke arah sprei yang sudah banyak bekas guntingan, itu akan menjadi alat bukti sebagai alasan kalau aku di sini dijahati. Tentu saja itu tidak benar, karena aku hanya ingin menarik simpati saja. Memang aku akui tempat ini bersih dan juga pelayanannya ramah, tapi aku ini masih cukup sehat dibanding penghuni lainnya dan lebih muda. Aneh saja aku sudah tinggal di sini. Malu dong. Nanti setelah keluar dari sini, aku akan pamer ke mereka yang pernah menggunjingku. Biar mereka panas. “Sudah, Bu?“ tanya Sherly membuyarkan lamunanku. Aku sedikit tergagap lalu bangkit berdiri dan langsung bersiap.“Sudah, makasih ya, Sherly. Kamu memang anak yang baik.““Sama-sama, Bu. Ma
Read more

Bab 188. Fitnah

Sherly mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan Layarnya ke arahnya. Duh, kenapa enggak bilang saja ke mana tujuannya. Kan aku penasaran jadinya.Aku memperhatikan mereka dari belakang, Zen menggangguk lalu mulai mengemudikan mobilnya.Aku melongok ke arah panti, selamat tinggal masa lalu. Akhirnya aku berjaya lagi.Zen mulai memutar musik. Aku ikut mengangguk-anggukkan kepala ikut menikmati iramanya. Jiwaku terasa muda kembali, entahlah. Apa mungkin karena rencanaku berhasil, jadi membuatku segirang ini?**Aku mengernyit setelah sekitar 30 menit mobil ini melaju di jalan raya, sekarang sudah mulai masuk ke gang yang sempit lalu berpindah ke gang yang sepi. Banyak pohon liar dan beberapa sampah mengganggu penglihatan. Ini di mana? Aku tidak pernah melewati jalan ini.“Ke mana ini, Sherly?“ tanyaku kemudian.“Nanti Ibu akan tahu sendiri,” jawabnya tanpa mau menoleh ke arahku.“Bu Yanti? Kita mau ke mana?“ Aku menoleh ke arah Bu Yanti yang masih saja diam menatap ke samping jalanan.Bu Y
Read more

Bab 189. Ditinggal

“Jadi Zen belum tahu kalau Sherly itu mandul?“ tanyaku ulang.“Bagaimana ya, anak dalam keluarga menurut Ibu itu penting. Meskipun kalian kaya harta, tapi kalau tanpa anak itu akan terasa kosong. Ada yang kurang,” ujarku lagi. Aku tersenyum saat melihat Zen manggut-manggut. “Ibu Leni punya anak ya kan, tapi kenapa anak itu membiarkan Ibunya kesusahan ke sana ke mari hanya untuk tempat tinggal? Dan juga. Bukankah yang mandul itu adalah Anak ibu? Dari mana Ibu tahu kalau Sherly mandul?“Aku terhenyak mendengar penuturan Zen, Cukup lama aku terdiam mencerna ucapannya. Sampai saat ini aku tidak pernah mengakui Pram mandul. Meskipun ada surat DNA itu, bisa jadi kan ada kekeliruan dan Aku yakin itu. “Sudahlah, Bu. Cukup urusi urusan Ibu sendiri. Aku mencintai Sherly tanpa syarat, bahkan aku merasa bersyukur telah memilikinya.““Halah, namanya juga pengantin baru, lihat setahun dua tahun kemudian. Pasti ada saja yang akan kalian keluhkan,” cibirku ke arahnya lalu aku melengos ke samping.
Read more
PREV
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status