POV ZuanDear Hanum, Maafkan aku, Sayang. Aku tak segera menyusulmu ke surga, menempatkan anak kita dalam pangkuanku, dan kita hidup kekal di dalamnya. Aku belum bisa –Jari jemariku terhenti, surat yang ku tulis untuk Hanum kembali terpotong sepeti biasanya. Ya, beberapa hari ini suratku tak pernah selesai, padahal sudah lebih dari dua tahun ini aku selalu menyelesaikan surat cinta untuk kekasihku Hanum, sekedar menyapa sebelum aku terlelap dengan mimpi.“Om, Zi lapar.” Wajah polos dengan ekspresi kelaparan itu selalu saja mengisi memoriku, Entah mulai kapan ia duduk di dalam syaraf otak dan selalu membayangiku.Aku membuka kembali layar laptop di depanku, barang peninggalan Hanum satu-satunya, hadiah ulang tahunku kala itu.“Happy Birthday, Sayang.” Wanita cantik berhati emas itu membangunkanku di tengah malam, tepat pukul 00 dini hari, dalam temaram lilin yang ia tancapkan di kue brownis itu, aku mengucap doa untuk selalu bersama, kupejamkan mata dan membayangkan wajah Hanum yang
Read more