Beranda / Fantasi / GGAP 3 : THE LAST / Bab 261 - Bab 270

Semua Bab GGAP 3 : THE LAST: Bab 261 - Bab 270

639 Bab

BAB 261

Namun, perbedaan yang tampak jelas, warna hijau dalam permata di kalung Rhaysa, terlihat lebih pekat dan dalam beberapa kondisi terlihat seperti memiliki cahaya sendiri di dalamnya. Sementara, batu hijau yang ia pegang, memiliki warna lebih muda. Tapi, aura keduanya hampir sama.'Apa itu artinya, kalung Rhaysa juga berasal dari naga juga?' Aura inilah yang sempat dikira Awan sebagai aura milik Rhaysa sebelumnya."Sa, kenapa aura batu di dalam kalungmu, hampir sama dengan aura batu ini?""Aku juga tidak tahu, mas. Hanya saja, kalung inilah yang menuntunku ke pelelangan dan mendapatkan pusaka naga hijau ini." Jawab Rhaysa jujur.Awan merasa heran. Terlalu kebetulan, jika kalung Rhaysa menuntunnya untuk mendapatkan batu hijau ditangannya itu. Awan tidak terbiasa dengan sesuatu hal yang tidak memiliki alasan logis dibaliknya. Karena itu, ia bertanya lebih lanjut, "Jika begitu, bukankah permata di kalung ini juga berasal dari naga? Lalu, bagaimana
Baca selengkapnya

BAB 262

Pagi harinya, Awan berangkat bersama Rhaysa menggunakan dua kendaraan menuju gunung Tai Mo Shan, tempat Karra berada. Mobil pertama diisi oleh Awan, Rhaysa dan dua orang pasukan bintang. Sementara, satu mobil di depan mereka, diisi oleh orang yang sebelumnya ditugaskan Jackie untuk menyelidiki Karra, sebagai pemandu jalan disertai oleh tiga orang anak buah kepercayaan Jackie lainnya.Mereka tidak bisa membawa banyak orang untuk menghindari kecurigaan Karra. Selain itu, empat orang ini hanya bertugas untuk pancingan semata, sebelum Awan memutuskan untuk bergerak nantinya.Mereka harus bergegas, karena waktu yang mereka miliki hanya sampai tengah malam, batas terjadinya bulan purnama. Terlambat sedikit saja, Karra akan menjadi bom waktu yang sulit untuk dihentikan.Rhaysa sendiri yang duduk di sebelah Awan, merasakan tubuhnya mulai berkeringat dingin saat itu dan membuat Awan lebih mengkhawatirkan kondisinya."Sa, kamu masih bisa membatalkan keinginanmu sekarang. Aku akan menyuruh pasu
Baca selengkapnya

BAB 263

Wanita yang sebelumnya membagikan pakaian ziarah pada para pengunjung, juga bertindak sebagai pemandu jalan bagi para pengunjung yang ingin pergi berkunjung ke kuil dewi Karra. Saat itu, sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan para pengunjung yang sudah semakin banyak berdatangan, dikumpulkan di tengah desa dan selanjutnya, wanita tua tersebut memandu semua orang untuk segera naik ke atas gunung, tempat dewi Karra berada."Bos, perjalanan dari sini hingga kuil akan memakan waktu tiga puluh menit, kurang lebih." Jelas Changyi pada Awan dan Rhaysa, karena dia pernah ke sana sebelumnya.Awan merasa heran dengan sebutan tempat Karra yang berbeda-beda, "Kenapa orang-orang di sini, ada yang menyebut tempat Karra sebagai Wihara dan sebagian lain menyebutnya sebagai kuil? Sebenarnya, kepercayaan apa yang dianut dan diajarkan oleh Karra?" Tanya Awan penasaran.Karena penyebutan nama tempat ibadah akan merunut pada keyakinan tertentu.Changyi yang mendapat pertanyaan seperti itu, juga merasa t
Baca selengkapnya

BAB 264

Mereka terus berjalan medaki gunung menuju kuil dewi Karra. Saat mereka sampai, di sana terdapat sebuah lapangan cukup besar dengan sekelilingnya sudah terpasang banyak tiang yang terbuat dari bambu dan juga bendera putih yang terbuat dari kertas dan biasa digunakan dalam upacara kematian. Selain itu, terdapat juga beberapa tiang besar dengan beberapa obor sebagai penerang. Di bagian tengah, terdapat api unggun besar dan di belakangnya terdapat altar yang cukup besar. Saat itu, mata Awan dengan awas memperhatikan semua area tanpa melewatkan satu incipun, karena ia tidak menemukan keberadaan Karra. Tidak jauh dari sana terdapat kuil sederhana yang terbuat dari perpaduan papan kayu tua dan batu-batuan. Di luar kuil, hanya terlihat sepuluh orang pria berbadan tegap dan juga menggunakan pakaian yang sama seperti para pengunjung.  Yang membedakan mereka, terdapat sebuah simpul berwarna merah dilengan kanan mereka. Mungkin karena mereka adalah
Baca selengkapnya

BAB 265

Karra kembali melihat para pengunjung yang saat itu masih berlutut di tanah. Tatapan Karra saat itu, tidak ubahnya seperti melihat ternak yang siap disembelih. Tentu saja, karena mereka ini adalah korban yang akan menjadi tumbal untuk menyempurnakan kebangkitan Artemis Stone. Itu artinya, Artemis Stone akan menyatu sepenuhnya ke dalam dirinya. Membayangkannya saja, sudah membuat Karra menjadi begitu bersemangat. Ia sudah tidak sabar mendapatkan kekuatan yang sangat besar dan itu akan sepenuhnya berada di bawah kendalinya. Namun, saat mata Karra menyapu para pengunjung, ia terpaku pada satu titik dan merasakan sesuatu yang berbeda dari salah satu pengunjung yang hadir malam itu. "Kamu?" Tunjuk Karra pada seseorang yang berada dibarisan kedua di tengah kerumunan. Satu detik, tidak ada respons sama sekali dan tidak ada seorangpun yang berdiri. Sampai-sampai, para penjaga Karra ikut menyapu semua pengunjung saat itu. Namun, Karra masih tidak menur
Baca selengkapnya

BAB 266

Serangan gabungan sepuluh penjaga Karra, beradu dengan pukulan tangan kanan Awan di udara.  Dhuaarr. Terjadi ledakan yang cukup keras di udara dan para penjaga Karra berada dalam posisi yang kalah. Sepuluh serangan para penjaga tersebut berhasil dikalahkan Awan dan menghempaskan mereka semua jatuh ke tanah. Hanya saja, Awan dibuat bergidik ngeri, saat melihat para penjaga ini dengan cepat berhasil bangkit kembali.  Tidak hanya itu, luka yang terdapat di tubuh mereka, bisa pulih dengan sendirinya dengan kecepatan yang begitu ekstrim. Bahkan reaksi mereka, seakan menunjukkan, jika mereka tidak pernah terluka sama sekali. "Bagaimana luka mereka bisa pulih secepat ini? Ini bahkan jauh lebih ampuh dibanding kekuatan regenerasi alamku." Ujar Awan terkejut. "Serang!" Teriak penjaga Karra kembali memimpin rekan-rekannya untuk menyerang Awan. Mereka kembali bertarung dengan sengit, satu lawan sepuluh orang. Kali ini, pertarung
Baca selengkapnya

BAB 267

Awan bergerak seperti kilat dan segera meraih tubuh Rhaysa, sebelum akhirnya berpindah tempat dengan jurus perpindahan ruangnya. Saat itu, satu-satunya yang terpikir dalam kepalanya adalah menyelamatkan Rhaysa secepat mungkin.Wosh. Melihat targetnya menghilang dengan cara tidak lazim, membuat Karra marah karena kehilangan mangsanya. 'Bagaimana mereka bisa menghilang begitu saja?' Pikir Karra heran. Jelas saja, ia sangat kecewa karena tidak dapat menghabisi targetnya. Namun, sebagai gantinya, Karra bisa tersenyum senang ketika menatap dua orang pria yang sebelumnya mengunci Rhaysa. Itu karena Karra bisa merasakan kekuatan dari keduanya. Keduanya memiliki kekuatan sejati yang lebih tinggi dari sepuluh orang pengawalnya, "Rupanya mereka membawa dua orang yang sangat menarik!"Tentu saja Karra terlihat sumringah, karena kekuatan kedua orang itu berada di level grandmaster. Ditambah dengan kekuatan Artemis Stone nantinya, mereka akan menjadi senjata yang sangat berguna bagi Karra.
Baca selengkapnya

BAB 268

"Kenapa- kenapa aku tidak bisa menyembuhkan lukamu?" Tanya Awan heran. Ketika kemampuan alamnya tidak bekerja terhadap luka Rhaysa. Kekuatannya hanya terlihat seperti pendar berwarna hijau biasa, namun tidak mampu memberi efek apa-apa terhadap luka Rhaysa.Rhaysa meminta Awan untuk segera berhenti dan menyia-nyiakan kekuatannya, "Mas, tidak usah khawatirkan aku. Mas harus segera kembali ke atas sana untuk menghentikan Karra.""Di sini ada Elisa dan yang lainnya, yang akan menjagaku." Ujar Rhaysa sekali lagi.Mereka harus segera menghentikan Karra sebelum ia berhasil menyempurnakan ritual kebangkitan Artemis Stone. Jika tidak, tidak peduli sekuat apapun Awan.Dia tidak akan berarti apa-apa melawan Karra nantinya.Beberapa orang yang datang sebelumnya adalah Elisa bersama dengan Olivia dan sekelompok pengawal elit suruhan Jackie.Awalnya, Elisa merasakan firasat buruk yang berhubungan dengan Awan.Tidak sama dengan Hanna, Elisa tidak memiliki koneksi langsung ke jiwa Awan dan hanya bisa
Baca selengkapnya

BAB 269

Awan tersenyum dingin dan berkata, "Di sana terlalu banyak orang. Aku tidak mungkin menggunakan kekuatanku dengan bebas. Sekarang, dengan kamu ada di sini, aku jadi memiliki rencana lain.""Maksudmu?""Setelah kita menghabisi sepuluh pengawal Karra. Aku akan kembali ke atas sana dan membawa Karra ke sini. Selanjutnya, kamu harus menghancurkan altar pemujaan Karra dan cobalah menyadarkan penduduk dan menjauhkan mereka dari tempat ini.""Katamu ada dua orangmu yang sudah dikendalikan oleh Karra. Akan sangat sulit, jika mereka ada di sana. Apalagi dengan kekuatan pengaruh jiwanya si Karra itu."Awan terkekeh dan berkata acuh tak acuh, "Tenang saja! Kamu sekarang memegang kalung Rhaysa. Selama kamu tidak melawan mereka, maka tidak akan ada masalah.""Terus bagaimana aku bisa menghadapi mereka, jika tidak melawannya?""Tenang saja! Aku akan meminta Gundala untuk membantumu nanti. Bukankah kamu ingin bertemu dengan Gundala, penyelamatmu?" Goda Awan setengah bercanda, biar mereka tidak terla
Baca selengkapnya

BAB 270

Awan bergerak dengan kecepatan yang sangat ekstrim, lalu dengan pedang hitam hitamnya ia menebas kepala para pengawal Karra.Dhuar, dhuar.Suara petir silih berganti, saat pedang Awan berhasil menebas setiap kepala musuhnya. Hal itu menyebabkan, tidak hanya kepala para pengawal kepala Karra yang putus dari badan mereka. Juga, tubuh mereka seketika hancur terkena serangan petir Awan.Olivia yang melihat itu, sampai menahan napas, 'Kekuatan ini terlalu menakutkan!' Kata Olivia dalam hati, antara takjub dan ngeri melihat pertunjukkan Awan sebenarnya.Meski serangan petir itu cukup jauh dari tempatnya berdiri. Olivia bisa merasakan hembusan panas dan menyesakkan dari setiap serangan Awan.Hanya dalam waktu tiga puluh detik, Awan telah berhasil membunuh sepuluh orang pengawal Karra. Olivia bahkan tidak perlu berkeringat sama sekali, karena semuanya telah diselesaikan Awan seorang."Sekarang, saatnya kita memburu mangsa yang sebenarnya." Ujar Awan dengan seringai dingin menatap ke atas pegu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
64
DMCA.com Protection Status