"Mas, Aku kepikiran dengan Bu Nurul dan Ibunya Mas Alif." "Kenapa?" "Bolehkah aku membantu mereka?" Raka yang sedang asik dengan laptopnya, menghampiriku yang sedang bersandar pada nakas tempat tidur. "Sungguh hatimu seluas samudra, Sayang. Bahkan pada orang-orang yang telah menzolimimu. kamu masih berbuat baik," ujar Raka seraya memelukku. "Ayo kita kunjungi mereka kapanpun kamu mau!" "Boleh?" tanyaku antusias. Raka mengangguk. "Sekarang kita ke Panti, yuk!" ajakku senang, membayangkan akan bertemu dengan sahabatku, Hikmah. "Ayo! Bersiaplah! Aku tunggu disini!" Bagaikan seorang anak kecil yang akan diajak jalan-jalan oleh ayahnya, Aku terlonjak kegirangan. Begitu aku merindukan Hikmah, sahabatku. Sejak malam itu, belum sekalipun kita kembali bertemu. "Di acara peresmian nanti aku ingin mengundang keluarga Panti dan Keluarga Alif," ujarku ketika kami sudah di perjalanan menuju rumah panti. "Silakan, Sayang... Siapapun boleh kamu undang." Kami memasuki halaman panti. S
Read more