All Chapters of Istri Dekilku Anak Sultan: Chapter 291 - Chapter 300

431 Chapters

Bab 291

"Pratama ...!" "Laura, kamu di sini?" Wajah Pratama sangat terkejut. "Ayah, kenal dengan Mama Laura? Mama Laura ini adalah ibu kandung Rein." Maira mendekati Pratama dan mencium tangannya. Rein yang sedang menggendong Kaisar mengikuti Maira mencium tangan Pratama. Namun tatapan Pratama belum lepas pada Laura yang masih berdiri menatapnya. Hal itu tidak luput dari perhatian Nuri. Rasa-rasanya Pratama belum pernah menceritakan tentang wanita bernama Laura padanya. Beberapa detik kemudian, Pratama dan Laura tersadar akan sikap mereka yang sempat menjadi pusat perhatian. Dengan cepat Pratama segera mengklarifikasi sikap mereka itu. "Oh ,ya. Bu Laura ini dulu sempat menjadi relasi bisnis Ayah dulu." Pratama nampak gugup. "Oh gitu. berarti sudah lama dong, Yah? Waktu Maira masih kecil?" tanya Maira penasaran. Laura sudah duduk kembali dan tersenyum canggung. ia seakan merasakan kembali debaran yang pernah hadir berpuluh tahun yang lalu. "Pratama masih sangat tampan dan gagah," p
Read more

Bab 292

."Heh, Aina, sudah dijemput tuh sama pacar barunya!' teriak salah satu karyawan pantry pada Aina. Sementara beberapa karyawan lainnya mulai mencibir dan melirik Aina dengan tatapan sinis. Aina buru-buru membersihkan tangannya dan membuka celemek, kemudian menggantungnya di dinding. Ia tak menggubris sindiran-sindiran para karyawan lainnya. Sesegera mungikin ia ingin keluar dari nigth club yang sudah tutup sejak tadi itu. Wanita cantik itu keluar dari pantry tanpa perlu bicara apapun lagi pada teman-teman seprofesinya. "Percuma juga pamit sama mereka. Nggak akan ada yang peduli juga!" bathin Aina. Aina bergegas melangkah melalui pintu keluar. ia melihat Indra berdiri bersandar pada mobil sambil tersenyum padanya. Di saat yang bersamaan, Paul baru saja selesai memarkir mobilnya. Aina berpapasan dengan paul saat melangkah di area parkir. Pria bule itu sempat melirik pada Indra dan Aina secara bergantian. Setidaknya kini ia lebih tenang melihat Aina punya seseorang yang bisa melindun
Read more

Bab 293

"Apaaa? Dua milyar?" Seorang wanita cantik berumur empat puluhan itu hampir saja memekik saat berbicara dengan seseorang di ponselnya. Wanita berpenampilan formil dan sangat elegan itu membulatkan matanya saat mendengar kata dua milyar yang disebutkan oleh seorang pria di seberang sana. Sementara seorang pria paruh baya dengan rambut yang mulai memutih namun masih nampak gagah yang saat ini berada disampingnya, sontak menoleh dan menatapnya dengan penuh tanda tanya. "Kenapa harus ganti mobil sih, Mas? Kalau rusak ya dibetulkan saja!" lanjut wanita itu dengan nada ketus, saat ini ia masih bicara lewat ponselnya. Wajah wanita itu seketika memerah karena emosi. Baru kali ini ia mendengar permintaan uang dengan jumlah yang tidak sedikit itu. "Iyaaa iyaaa. Nanti aku hubungi lagi. Aku sedang rapat dengah klienku!" Dengan malas-malasan akhirnya wanita itu menutup panggilan ponselnya. "Siapa yang menghubungimu, Anita?" "Siapa lagi kalau bukan Mas Indra yang bodoh itu," sahut wanita
Read more

Bab 294

Sembilan belas tahun yang lalu.. "Pak, tolong cepat Pak! Perutku sakit sekali." Rita terus merintih kesakitan. Perutnya yang terlihat sangat besar sepertinya sudah saatnya melahirkan. "Iya bu, Aku cari bantuan dulu." Akbar berlari keluar. Namun saat itu pukul dua pagi. Semua tetangganya sedang tertidur lelap. Satu pun dari mereka juga tidak ada yang memiliki kendaraan. Akbar bingung dan mengetuk beberapa pintu rumah tetangga terdekatnya. Namun tak ada satu pun yang terjaga. Akhirnya ia memutuskan membawa Rita dengan gerobak barang bekasnya ke puskesmas. Keseharian Akbar memang mengumpulkan barang-barang bekas dari rumah ke rumah lalu dijualnya kembali ke penadah. Bergegas Pria itu mengeluarkan semua isi gerobak, lalu dengan susah payah membaringkan istrinya di dalamnya. Kemudian dengan sekuat tenaga Akbar mendorong gerobaknya menujui puskesmas terdekat Walau dengan berkali-kali berhenti dan menempuh jarak yang cukup.jauh dalam kegelapan malam, akhirnya Akbar berhasil membawa
Read more

Bab 295

"Kalah di lihat-lihat, orang ini memang mirip banget sama Syafa ya, Pak!" bisik Rita yang masih menatap intens pada layar ponselnya. "Ssstt, jangan keras-keras, Bu! Nanti Syafa dengar. Ya jelas mirip lah, Bu!"Akbar yang berada di sebelahnya juga menatap foto-foto seorang pria paruh baya yang masih sangat tampan di usianya yang sudah tak muda lagi, yang ada pada layar ponsel Rita. "Tapi kenapa dia tidak pernah menengok Syafa? Kirim uang kek, gitu!" lanjut Rita masih dengan berbisik. "Ibu ini bagaimana, Kalau tiba-tiba Syafa dia bawa pergi ibu izinkan?" Rita sontak menggeleng. "Makanya, Bu. Seharusnya kita bersyukur karena ia tidak peduli dengan Syafa. Dia tidak akan mengambil Syafa dari kita." Rita terdiam. Dalam hatinya ia membenarkan ucapan suaminya. Ia yang tidak bisa punya anak lagi, akan sangat merasa kehilangan jika Syafa diambil oleh pria itu. "Tapi kenapa dia tega ya, Pak?"lirih Rita mengingat kejadian sembilan belas tahun yang lalu. "Kita mana ngerti dengan masalah or
Read more

Bab 296

"Jangan mimpi, Pak! Karyawan di sini aja susah mau ketemu beliau. Apalagi Bapak yang bukan siapa-siapa!" Sontak ketiga orang keamanan berbadan besar itu tertawa terbahak-bahak. Hati Akbar mencelos. Andai saja ketiga orang di hadapannya itu tau duduk permasalahan sebenarnya. Namun ia tidak mungkin menceritakan hal yang terjadi pada mereka. "M-maaf, Pak. Ada berita yang sangat penting yang harus Saya sampaikan pada beliau." Akbar kembali memberanikan diri untuk bicara. "Memangnya sepenting Apa, Pak? Mau minta sumbangan? Atau mau minta kerjaan? Sampaikan saja pada Kami. Nanti akan Kami teruskan ke stafnya. Bapak bisa buat proposalnya dulu!" Akbar semakin tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh para keamanan itu. Kini ia semakin bingung mau bagaimana lagi. Harapan untuk bertemu dengan Bapak Boy Azka masih hampa. Dirinya semakin cemas. Bagaimana nasib pernikahan Syafa nanti? Akbar semakin resah dan cemas. Beberapa menit kemudian, salah satu dari ketiga keamanan itu melangkah
Read more

Bab 297

"Bu, Aku pergi lagi. Doakan ya, Bu. Mudah-mudahan Aku bisa bertemu Bapak Boy Azka itu!" Akbar pamit dengan setengah berbisik pada istrinya. "Jadi mau ambil motor Syafa, Pak?" tanya Rita. "Jadi,Bu. Dari pada bayar ojeg, lebih baik aku tebus saja motor Syafa yang di bengkel. "Hati-hati, Pak! " Rita melambaikan tangannya pada Akbar yang sudah mempercepat langkahnya. Pria paruh baya itu tidak mau kehilangan jejak pria bernama Boy Azka itu. Beruntung bengkel tempat motor Syafa dibetulkan setelah kecelakaan waktu itu tidak jauh dari rumahnya. Sebenarnya Rein sudah memberikan uang untuk membetulkan motor itu sejak lama. Namun Akbar dan Rita masih fokus pada kesembuhan Syafa hingga lupa menebus motor itu di bengkel. Karena pemilik bengkel sudah kenal baik dengan mereka, maka motor Syafa masih aman di sana. Setelah dari bengkel, Akbar segera melajukan motornya menuju kantor Boy Azka yang tadi pagi ia datangi. Saat tiba di sana, Akbar menunggu di.depan sebuah warung rokok tak jauh dari
Read more

Bab 298

"Ritaaa, Ritaaa! Suami kamu itu pulang babak belur!" "Bu Ritaaaa, cepet atuh, Bu! Bapaknya Syafa itu hampir pingsan!" Rita terlonjak mendengar teriakan dari beberapa tetangganya. "Bapak, Bu! Bapaaaak!" Syafa pun sontak ikut berteriak panik. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa tetap duduk di kursi rodanya. Rita melompat keluar. Ia melihat orang-orang berkerumun di ujung gang. Rita lantas setengah berlari menuju ke arah kerumunan itu. "Bapak, Bapak!" Rita berteriak melihat Akbar bersandar lemas pada salah satu bahu tetangganya. Mereka membantu Akbar yang sudah lemas dan kelelahan untuk berjalan. Sementara tetangga yang lain mendorong motornya sampai ke rumah. "Bapak! Bapak kenapa sampai begini?" Rita mengikuti Akbar dari belakang sambil terus memberondong dengan berbagai pertanyaan. Akbar yang masih terlihat lemas masih belum menjawab satupun pertanyaan dari Rita. Pria paruh baya itu di rebahkan di sofa panjang yang sudah lusuh yang teronggok di ruang tamu Rita. "Terim
Read more

Bab 299

"Syukurlah Aku tiba di sini masih pagi." Akbar melirik jam tua pada pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul delapan pagi. Saat ini ia berdiri tepat di depan rumah Boy Azka yang gerbangnya tertutup rapat. Seperti komplek perumahan lainnya, ada beberapa tukang sayur dan pedagang lainnya yang lewat. Namun rata- rata mereka berjualan mamakai motor, bukan gerobak. Sepertinya Akbar mendapat ide baru untuk usahanya nanti. Mungkin ia bisa memanfaatkan motor Syafa untuk mencari uang. Ia tidak lagi menjadi pemulung. Karena akan membuat malu keluarganya. Terutama anak dan calon menantunya. Tak lama kemudian salah satu pedagang sayur menghentikan motornya di depan rumah Boy Azka. Sepertinya tukang sayur itu sedang menuggu penghuni rumah keluar dari dalam untuk membeli dagangannya. Beberapa kali tukang sayur itu melirik ke arah gerbang yang tak kunjung terbuka. Beberapa menit kemudian terdengar suara pintu pagar dibuka. Seorang wanita usia lima puluhan keluar dan menghampiri tukang sayu
Read more

Bab 300

"Astaga, Pak! Uangnya banyak sekali!" Rita membelalak melihat uang ratusan ribu yang terisi penuh di dalam amplop coklat itu. "Kira-kira jumlahmya berapa, ya Pak?" Rita masih menghitung jumlah lembaranya yang tak habis-habis. Selama ini suami istri itu tidak pernah melihat apalagi memiliki uang sebanyak itu. "Bapak, Aku gemetaran ini,loh!" ujar Rita yang gugup melihat lembaran merah yang begitu banyak di hadapannya. Sesekali ia menggenggam uang itu, lalu meletakkannya kembali. Sementara Akbar hanya diam memandang uang itu dengan wajah murung. Ia menduga Boy Azka memberikan uang itu sebagai bentuk penyelesaian masalahnya. "Untuk apa uang sebanyak ini. Yang kita butuhkan itu adalah kehadirannya sebagai Wali nikah Syafa, bukan uang." Akbar nampak kecewa. Ia khawatir Boy Azka menganggap semuanya akan beres hanya dengan uang. "Dasar orang kaya, penguasa. Mereka pikir, dengan uang semuanya langsung beres," Akbar terus mengumpat. "Lalu uang sebanyak ini mau kita apakan, Pak?" tanya Ri
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
44
DMCA.com Protection Status