"Bapak, Ibu ... Kenapa marah-marah dengan Kak Rein?" protes Syafa. "Kamu diam aja, Sya! Laki-laki ini sudah melanggar kesepakatan. Kita sepakat tidak akan membawa masalah ini ke jalur hukum, asalkan dia mau bertanggung jawab atas biaya pengobatanmu hingga sembuh total dan datang setiap dua hari sekali menemanimu di sini. Jika tidak, dia harus mau menikah denganmu. Sekarang kamu sudah lumpuh, pria mana yang mau denganmu? Bisa-bisa dia juga akan kabur ninggalin kamu!" Rita bicara panjang lebar dengan berapi-api. Napasnya naik turun karena emosi. "Aku nggak mau. Lagian, Kak Rein sudah menikah, Bu. Aku juga nggak cinta dengan Kak Rein. Biar aku berobat saja, Bu! Kak Rein pasti tanggung jawab? Iya, kan, Kak Rein?" Rein mengangguk pasti. "Tidak! Kamu harus menikah dulu. Jadi istri kedua pun tidak apa. Yang penting dia tidak bisa pergi ninggalin kamu," sanggah Rita dengan emosi. "Astaghfirullah, ibu, Bapak! Tega sekali kalian bicara seperti ini. Saya adalah istri Rein. Saya juga tida
Read more