" Sebentar, bagaimana jika nanti Ayah marah lagi? Kamu nggak apa-apa?"Tiba-tiba Rein berhenti dan meraih jemari Shinta. Shinta menoleh pada Rein. Mereka berdua saling tatap dalam beberapa detik. "Aku nggak apa-apa. Bukankah kamu bilang kita harus berjuang sama-sama?" Shinta berbicara pelan. Genggaman tangan Rein begitu erat. Seakan ingin saling memberi kekuatan. "Terima kasih, Sayang!" Rein mengecup singkat jemari Shinta. Hingga ada rona kemerahan di wajah cantik itu. "Yuk, ke dalam!" Perlahan Shinta melepaskan jemarinya dan melangkah lebih dulu menuju ruang makan. Rein tersenyum kagum pada Shinta. Walau wanita itu pernah menikah, tapi dia sangat pandai menjaga diri. Pria bule super tampan itu merasa gemas melihat Shinta kadang masih malu-malu seperti seorang remaja. Langkah mereka telah sampai di ruang makan yang cukup luas. "Ayah, Ibu, kak Hafiz dan Hikmah. Aku ngajak Rein sekalian sarapan di sini, ya!" "Ayo, Rein sini gabung!" sapa Hafiz Hangat. Hikmah ikut tersenyum pada S
Baca selengkapnya