Semua Bab Istri Dekilku Anak Sultan: Bab 171 - Bab 180

431 Bab

Bab 171

"Aku akan menemanimu hari ini," ujar Shinta tanpa menoleh. Ia masih belum sanggup membalas tatapan Rein yang mendebarkan. Rein yang sudah lepas infus, sengaja menutup sebagian tirai di dekat ranjangnya. "Tapi aku mau kamu menemaniku selamanya," lirih Rein membuat Shinta semakin salah tingkah. "Mungkin kita harus lebih bersabar, Rein!!" Rein menghela napas panjang. "Baiklah. Minggu depan. Tidak bisa ditawar lagi. Minggu depan aku akan melamarmu pada Bapak Pratama." Shinta berpikir sejenak. Ia pun tak ingin menunda-nunda. Ia sudah sangat yakin dengan keputusannya. "Rein, bagaimana jika Ayah tidak merestui?" lirih Shinta lemah. Ada rasa khawatir yang begitu besar tersirat dari ucapannya. "Kita terus berjuang. Aku minta kamu jangan pernah menyerah. Kita sudah berjanji akan berjuang bersama-sama." Rein meraih jemari Shinta dan mengenggamnya erat. Pria tampan berhidung mancung itu mengecup jemari lentik Shinta cukup lama. Napas Shinta seakan berhenti saat merasakan sentuhan bibir
Baca selengkapnya

Bab 172

"Shinta ... kamu cantik. Sejak dulu kamu memang cantik." Rein terus membelai lembut kepala Shinta yang tertutup hijab. Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja. Shinta merasakan hangatnya hembusan napas Rein pada wajahnya. Debaran pada dadanya semakin berdetak. Rein semakin mendekat. "Kamu mau apa?" Shinta ingin sekali bangkit untuk menghindari pria di hadapannya. Namun tubuhnya seakan tak sanggup untuk berdiri. Rein tersenyum dan menggeleng. "Aku hanya ingin memandang wajahmu. Setiap malam wajah ini menemaniku sebelum tidur. Bertahun-tahun lamanya. Kamu mungkin tidak tau seperti apa rasanya mencintai seseorang yang sangat sulit untuk diraih. Mungkin sebentar lagi aku akan benar-benar gila jika tak segera menikahimu." Rein masih terus membelai kepala Shinta dengan lembut. Ya, hanya sebatas itu. Tak lebih. Shinta tak menyangka begitu dalamnya cinta Rein padanya. Mungkin cintanya tak sebesar itu pada Rein. Entahlah. Shinta memberanikan diri meraih tangan Rein yang masih memb
Baca selengkapnya

Bab 173

"Dasar bodoh, kenapa kamu balik ke sini lagi? Aku sudah menyuruhmu menginap di sana! Malam ini kita harus bisa menjebak bule sialan itu!" Alif menatap geram penuh emosi pada Ayu. Perempuan itu gemetar setelah dibentak kasar oleh pria gondrong yang membayarnya beberapa waktu lalu. "Ingat! Kamu sudah menerima uang dariku! Bagaimana kalau rencana kita gagal? Bisa habis kita!" Alif meremas rambutnya frustasi. Raka sudah memberinya uang cukup banyak. Namun sampai saat ini ia belum juga berhasil menghabisi Rein. Ternyata tak semudah yang ia bayangkan. Dia pikir dengan pengalamannya selama dipenjara akan mudah menyingkirkan Rein. "Bu-bukan begitu, Tuan. S-saya diminta pulang oleh Tuan Rein.Tapi saya sudah memasukkan obat perangsang itu ke dalam minumannya. Saya akan kembali lagi malam ini. S-saya akan pura-pura nggak bisa pulang." Alif menyeringai. Diam-diam dia memuji ide gadis itu. "Baiklah. Ayo saya antar sekarang juga ke sana. Pastikan si bule bodoh itu sudah meminum obat perangsang
Baca selengkapnya

Bab 174

"Ya Tuhan. Apa yang sudah kamu lalukan pada Ayu, Rein? K-kamu--" "Non Shinta ..., tolong lepasin Saya. Tuan Rein hampir saja memperkosa saya. Huhuhu ...!" Ayu menangis meraung-raung. Dia terus berteriak seolah- olah dialah korbannya. Rein geleng-geleng kepala mendengar ucapan Ayu yang dia anggap bodoh. Wajah Shinta semakin terkejut. Namun beberapa saat dia berpikir. Jika Rein yang ingin memperkosanya, kenapa Rein justru membawanya keluar dalam keadaan seperti itu? Shinta mencoba untuk tenang dan meredam emosinya. Ia harus berpikir jernih saat ini. Perlahan wanita cantik itu melangkah mendekati Ayu. Ia sungguh risih dengan pakaian Ayu yang terbuka. "Kancing bajumu!" ujar Shinta datar. "T-tangan Saya diikat oleh Tuan Rein, Non," lirih Ayu. Ia menunduk. Shinta semakin yakin dengan pendapat yang ada di pikirannya. Dengan cepat ia memasang kembali kancing kemeja Ayu yang terbuka. Rein terus menatap wajah kekasihnya dengan cemas. Ia masih belum tau apa yang ada dalam pikiran Shinta.
Baca selengkapnya

Bab 175

"Aku dimana? Raka ..., Raka ..." Aina membuka matanya perlahan. Awalnya semua terlihat samar. Sesaat kemudian dia tersadar bahwa sedang berada di rumah sakit. "Aina, kamu sudah sadar?" Aina menoleh pada pria bule yang menghampirinya. Pria itu tampak kusut sekali masih dengan pakaian terakhir kali Aina melihatnya. Kenapa Paul yang ada disampingnya? Kenapa bukan Raka?, pikirnya. "Paul, dimana suamiku?" Paul terdiam menahan sesak mendengar pertanyaan Aina. Apa yang harus dia katakan? "Istirahatlah, Aina. Kamu baru saja sadar setelah menjalankan operasi sore tadi. Kondisimu masih lemah." Pria mancung dengan rambut kecoklatan itu berusaha untuk mengalihkan pembicaraan."Apa? Operasi?" Seketika Aina panik dan meraba perutnya yang memang belum.membesar. "Paul, operasi apa? Aku kenapa?" cecar Aina dengan wajah sangat panik. "Sial! Kenapa jadi aku yang harus menjelaskan ini semua pada Aina? Kemana laki-laki keparat itu?" umpat Paul dalam hati. "Paul, kenapa diam?"lirih Aina dengan suar
Baca selengkapnya

Bab 176

"Kurang ajar! Kalian sudah tidak bisa mengelak lagi. Tertangkap basah kalian sekarang!" Aina buru-buru melepaskan diri dari pagutan Paul. Wanita itu sontak duduk dan menggeser tubuhnya sedikit menjauh dari Paul. "Hebat permainan kalian!" Raka menatap keduanya dengan mata berkilat-kilat. Langkah kakinya semakin mendekat. Paul melihat ketakutan dari wajah Aina. Ia menatap wanita itu tak tega. "Raka ..." lirih Aina putus asa. Dia merutuki dirinya yang sudah dua kali tertangkap.basah oleh suaminya sendiri. Tak bisa ia pungkiri. Ia sangat menikmati ciuman tadi. Namun ia hanya menganggap itu adalah bentuk perhatian yang diberikan oleh Paul padanya. Dan saat ini ia sangat membutuhkan itu. "Kenapa? Kamu mencintainya? Atau kamu memang mengumbar cintamu ke semua pria?" Sorot mata Raka begitu tajam hingga menembus iris mata hitam milik Aina. Wajah Aina yang masih pucat semakin memutih. "Dasar perempuan murahan!" "Cukup, Raka! Jangan menghina Aina. Dia istrimu!" Paul geram dengan sikap kasa
Baca selengkapnya

Bab 177

"Maira .... kamu milikku. Tidak akan ada yang bisa memilikimu selain Aku," desis Raka. Matanya masih tertuju pada Shinta yang berada di dalam sana. Raka tau persis laki-laki pemilik suara di ponsel itu. Hatinya begitu sakit. Ia tak bisa melihat Shinta berduaan dengan pria lain. Walaupun hanya lewat ponsel. Mantan istrinya itu tersenyum bahagia, duduk bersandar pada kursi kebesarannya. Shinta sampai tak menyadari kehadirannya di pintu. Raka memutuskan untuk melangkah lebih mendekat setelah membuang buket bunga yang sudah remuk di tong sampah. "Maira ...!" Shinta mendongakkan kepalanya. Ia terkejut, Raka sudah berada di dalam ruang kerjanya. "Rein. Maaf, ada yang datang. Nanti aku akan menghubungimu lagi." "Oke. love you!" Shinta tersenyum malu-malu menatap layar ponselnya. Mereka nyaris seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Semua itu tak luput dari perhatian Raka. Hatinya semakin panas seakan ada bara api yang bersemayam di sana. Dadanya terasa begitu nyeri. Matanya memejam s
Baca selengkapnya

Bab 178 ( Gratis )

"Hari ini aku akan bawa Kaisar ke rumah Ayah. Tolong siapkan beberapa pakaiannya. Kemungkinan Kita menginap," ujar Shinta pada salah satu baby sitter Kaisar. Shinta sudah tampil segar dengan pakaian casualnya. Sabtu ini dia tak ada meeting atau pekerjaan apapun di luar. Dia memutuskan untuk berkunjung ke rumah Pratama. Sang Ayah pun sudah sangat rindu dangan cucunya. Shinta tersenyum saat membaca pesan dari Hafiz. Dia pun akan membawa Hikmah untuk menginap. Kakak tirinya itu berjanji akan mendampinginya untuk bicara pada Ayah mereka tentang lamaran Rein. Shinta harus bicara lebih dulu pada Ayahnya sebelum Rein datang melamar secara resmi. Ponsel di meja rias bergetar. Shinta yang sedang memakai hijabnya berhenti. Ternyata panggilan video dari Rein. Ia buru-buru merapikan hijabnya sebelum menerima panggilan itu. "Hallo." "Hai, Cantik banget. Mau kemana?" Wajah tampan itu memenuhi permukaan layar ponsel Shinta. "Aku dan Kaisar mau ke rumah Ayah." "Apa? Ke rumah Ayah? Tunggu di sa
Baca selengkapnya

Bab 179

"Aku harus bilang apa pada Ayah jika datang bersama Rein? Bisa-bisa Ayah marah dan malah akan sulit nantinya untuk meminta restu." Shinta terus berpikir. Beberapa kali mencoba menghubungi Rein, namun tak diangkat. sepertinya pria itu sudah dalam perjalanan menuju rumahnya. Sambil menunggu kedatangan Rein, wanita cantik memakai kemeja lengan panjang dan celana jeans itu melangkah menuju kamar Kaisar, hendak memeriksa perlengkapan putranya itu. "Sudah siap semua?" tanyanya setelah mengingat satu persatu apa saja barang yang dibutuhkan Kaisar. Mulai dari susu, pakaian ganti dan beberapa mainan. "Sudah, Non." ujar Nina, baby sitter yang akan ikut Shinta ke rumah Pratama. Oke. Saya ke depan dulu..Kaisar di ajak main saja. Saya mau ada tamu sebentar. "Baik, Non." Shinta membawa langkahnya menuju teras. Jika hari sabtu, perjalanan dari rumah Rein menuju rumahnya hanya memakan waktu lima belas menit. Apalagi jika masih pagi jalanan belum macet. Sebuah mobil CRV hitam masuk melewati ger
Baca selengkapnya

Bab 180

"Kenapa dia ada di sini?" lirih Shinta dengan wajah berubah murung. Perasaannya tidak enak. Sesaat ia menoleh pada Rein. Menatapnya dengan rasa tak menentu. Pria itu pasti tidak akan nyaman bicara dengan Ayah nanti. "Ada Raka." Rein membelokkan mobilnya ke tepi memarkirnya di sana. "Kamu nggak apa-apa?" tanya Shinta. Wajahnya mendadak lesu. "Memangnya kenapa?" Rein terlihat baik-baik saja. "Maksud Aku--" "Jangan pikirkan Aku. Justru Aku takut kamu akan jadi bimbang." Rein mematikan mesin mobil. Lalu turun, kemudian memutar bagiam mobil untuk membukakan pintu untuk Shinta. Rein meraih Kaisar dari pangkuan Shinta. "Deddii ... deddii ..." Rein mencium gemas pipi tembam Kaisar ketika anak itu mulai bisa memanggilnya. "Jagoan Daddy cepat pintar." Shinta terkekeh, suasana yang tadi sempat tegang kembali mencair. Nina mengeluarkan tas dan stroller dari bagasi. Lalu mereka mulai melangkah menuju pintu rumah yang terbuka. Terdengar dari dalam suara Pratama sedang berbincang dengan Rak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
44
DMCA.com Protection Status