Home / Pernikahan / Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung: Chapter 121 - Chapter 130

154 Chapters

120. 'Kematian' Untuk Jasmine

"Pacar kamu?" Seseorang menepuk pundak Jasmine. Jari telunjuknya mengarah pada seorang pemuda yang nangkring di atas motornya. "Ganteng banget!" gerutunya. Jasmine mengerutkan kening, mencoba mengenali siapa yang menunggunya di depan gerbang sekolah."Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu punya cowok seganteng itu?" kekeh temannya. "Kamu takut kalau kita mengambilnya?"Setelah Jasmine menyadari siapa yang menunggunya, dia berdecak ringan. "Pacar apanya," gumam Jasmine lirih. "Kalian pergi duluan. Kalau ada waktu aku menyusul," ucap Jasmine berpamitan. "Pacar kamu beneran, Jas?" Temannya berteriak sebab pertanyaannya belum mendapat jawaban. "Kakakku yang menyebalkan!" Jasmine menjawab seadanya. Tanpa mau menoleh dia melambaikan tangan meninggalkan temannya. Jasmine menghampiri Julio yang mulai tersadar akan kehadirannya. Senyuman Julio seakan mengisyaratkan sesuatu. Jenar menghela nafas kesal. "Sudah kubilang jangan menampakan diri di depan sekolahku.""Emangnya kenapa kau tidak bo
Read more

121. Makan malam

"Papa mengumpulkan kalian malam ini karena ada pengumuman yang penting." Julian memandang satu persatu anaknya. Julian berhenti pada Julio yang sibuk dengan ponsel di tempatnya. "Itu juga berlaku untuk kamu, Julio."Suara Julian menghentikan Julio. Pemuda itu menatap papanya. Julian lebih serius dari dugaan Julio. "Letakkan ponselmu." Julian berbicara dengan tegas. Dalam kalimatnya dia memberikan penekanan. "Papa harap kamu menghargai acara malam ini."Julian memandang Jenar. "Hargai juga mama kamu yang meluangkan waktu malam ini.""Bukankah seharusnya Papa yang menghargai kita?" Jasmine melipat tangannya di atas meja. "Aku ada ujian minggu depan. Kak Julio juga harus menyelesaikan projek skripsinya."Jasmine memicingkan mata. "Tidak ada yang tidak sibuk di sini.""Untuk itu dengarkan dan papa akan membiarkan kalian pergi setelah ini." Julio bersikeras. "Papa tidak akan lama."Tidak ada yang membantah lagi, Julian memulai pengumumannya."Jean akan bersama dengan Mama Luce selama sat
Read more

122. Diskusi Malam

Julio memilih menepi. Julio tahu perdebatannya dengan Jenar tidak akan selesai. Kalau dipikir-pikir, Jenar akan keras kepala dengan pendiriannya. Untuk saat ini Jenar pasti ingin mempertahankan rumah tangganya."Kak Julio gak tidur?" Jasmine menyela heningnya malam. Dia datang menghampiri Julio yang duduk di belakang rumah. Julio memandangnya. "Teman kamu minta nomor aku?" Julio asal menebak, melihat dari sorot mata Jasmine yang menginginkan sesuatu darinya.Jasmine tertawa. "Jika pun mereka minta, gak akan aku kasih," jawabnya ketus. "Kecuali mereka membayar.""Uang saku dari Papa kurang?" kekeh Julio. Membiarkan adiknya duduk di sebelahnya. "Mau aku beri uang sakuku juga?" Jasmine hanya menatapnya. Mereka saling tersenyum satu sama lain. "Ngomong-ngomong tentang ayah kandungmu," seloroh Jasmine pelan. "Kamu tidak bertemu dengan dia lagi?""Dua minggu yang lalu. Dia berpamitan mau pergi ke luar kota." Julio menjawab seadanya, yang terpenting dia mengatakan apa adanya.Tidak ada al
Read more

123. Aku Hamil Anak Siapa?

Jenar tak yakin harus datang ke tempat ini. Akan tetapi, cemasnya menuntun langkah Jenar untuk mendatangi Sarah. "Kenapa tidak masuk?" Sarah datang dari arah berlawanan. Pertanyaannya tidak aneh, pintu terbuka lebar untuk Jenar masuk ke dalam rumah. Meskipun jarang datang kemari, tetapi persahabatan mereka melegalkan hal demikian. "Kamu habis jadi warung?" Jenar menatap barang bawaan Sarah. "Beli apa?"Sarah malah tertawa. "Kamu ditanya apa jawabnya apa." Dia mempersilahkan Jenar masuk tanpa kata-kata. Anggukan kepala dan tangannya sudah menyambut kedatangan Jenar.Chemistry keduanya sudah terjalin, Jenar tahu maksud Sarah."Tumben datang ke sini?" Sarah meletakkan belanjaannya di atas meja. "Tidak ada kerjaan di rumah?"Jenar menganggukkan kepalanya yakin. "Jean masih tinggal bersama mamanya. Minggu depan aku akan menjemputnya," ucap Jenar. "Kalau Julio dan Jasmine ...." Sekarang Jenar menaikkan kedua bahu. "Mereka sudah dewasa, aku tidak perlu tahu apa yang mereka lakukan."Sarah
Read more

124. Pengkhianatan

Sarah masih terguncang dengan pengakuan Jenar hari ini. Sarah ingin memprotes sejadi-jadinya, mengatakan kalau benar tidak seharusnya bodoh seperti itu.Sayang sekali, Sarah terlalu menyayangi sahabatnya itu. Perasaan Jenar adalah sesuatu yang berharga untuknya. "Sarah?" Seseorang memanggilnya. Sarah yang baru saja ingin membuang sampah, harus dihentikan oleh kedatangannya. Wajahnya tak asing, dia ini adalah pesuruh Nyonya Luce. "Kenapa?" Sarah membalasnya malas. "Aku kira itu tidak ada hubungan lagi setelah aku menjalankan misiku.""Tugasku sudah selesai sesuai dengan kontrak perjanjian," ucap Sarah lagi. "Tidak perlu datang ke sini untuk memastikan apapun. Aku juga tidak akan membocorkan rahasia ini ke siapa pun."Sarah berdusta. Uang membuatnya melakukan kejahatan, tetapi rasa cintanya pada Jenar sebagai seorang sahabat membuatnya mengaku pada akhirnya.Lelaki itu memberikan sesuatu pada Sarah. Catatan dokter yang mengatakan ibu Sarah harus segera dioperasi. Sarah terkejut keti
Read more

125. Ayo menikah!

Jenar tidak bisa mengalihkan pandangan matanya, pernak-pernik cantik di depannya menyita seluruh fokus Jenar. "Ah, haruskah aku beli salah satu?" Jenar bimbang pada dirinya sendiri. Bukannya Julian tidak memberikan uang saku padanya, Jenar bahkan bisa membeli seluruh pernak-pernik di dalam toko itu, tetapi dia masih sungkan membelanjakan uang Julian untuk keinginannya sendiri. "Mau aku belikan satu?" Julio tiba-tiba berdiri di samping Jenar. Seakan ikut memandang jajaran etalase dengan pernak-pernik yang begitu cantik.Jenar menoleh padanya. "Kamu kok ada di sini?""Aku tidak boleh ada di sini?" Julio tertawa. "Ini adalah tempat umum, siapa pun bisa ada di sini."Jenar menganggukkan kepalanya setuju. "Kamu benar juga. Pertanyaanku memang sedikit aneh.""Kamu dari kampus?" tanya Jenar lagi, dia berusaha membuat topik pembicaraan agar tidak monoton. Meskipun sebenarnya pertanyaan Jenar sangatlah monoton."Aku membolos hari ini," ucap Julio seadanya. Jenar langsung menoleh dan memand
Read more

126. Buang Julio!

"Aku ingin bicara sama kamu, Julian.""Ini penting sekali jadi, aku harap kamu mau datang dan menyempatkan waktu." Julian datang karena pesan itu. Dia tidak bisa mengabaikan Luce, setelah semua bantuan yang dikirim Luce untuk menopang perusahannya. "Katanya mau bicara?" Julian memulai. Menu makanan yang mereka pesan sudah datang semua, jadi tidak akan ada yang mengganggu pembicaraan mereka.Luce tidak benar-benar yakin mengatakan semua ini. Pada kenyataannya, dia sedikit ragu. Keputusannya tidak benar-benar mantap untuk dia lakukan. "Kenapa malah diam saja?" Julian mencoba untuk menebak apa kiranya yang akan menjadi topik pembicaraan mereka. "Bukan tentang bisnis?"Luce menggelengkan kepala. "Sebelum aku mengatakan itu, aku ingin bertanya sesuatu padamu."Julian manggut-manggut. "Katakan saja. Aku akan mendengarnya.""Belakangan ini apakah kamu melihat sesuatu yang aneh pada Julio?" Luce menatap Julian tanpa jeda. "Mungkin dia menunjukkan perilaku yang tidak biasanya."Julian menco
Read more

127. Tertangkap Basah (1)

"Jangan menggodaku!" Jenar berusaha mendorong tubuh Julio agar menjauh darinya. "Aku bilang aku tidak nyaman kalau kamu begitu terus!" Jenar menggerutu habis-habisan sejak turun dari bus kota, sedangkan Julio tak mau berhenti untuk menempel padanya. "Kalau ada orang yang lihat, nanti mereka salah paham!" Jenar menggerutu lagi.Tetap keras kepala, Julio terus mengikuti kemanapun Jenar pergi. Hingga mereka tidak sadar, jikalau keduanya sudah berada di depan halaman rumah. "Julio!" "Bukankah ini hal yang mau jadi lakukan oleh ibu dan anak tirinya?" kekeh Julio. "Kita mencoba saling akrab satu sama lain, Jenar."Jenar mendesah panjang. "Kamu ini!" "Bukankah itu yang kamu mau sejak dulu?" Julio tertawa. "Sekarang ini aku hanya sedang mengabulkan permintaanmu saja."Jenar berhenti sejenak, sebelum akhirnya dia kembali melanjutkan langkah kaki. Jenar masuk ke dalam rumah. "Mas Julian?" Dia terkejut ketika Julian sudah berdiri di ambang pintu, tidak menyangka kalau suaminya akan pulang
Read more

128. Keresahan Julio

"Papa tahu apa yang sudah kamu lakukan dengan Jenar.""Julio, Papa tidak akan menghukum kamu atau Jenar. Akan tetapi, Papa harus memisahkan kalian berdua.""Papa tidak bisa membiarkan kalian terus bersama, itu akan berdampak buruk pada keluarga kita.""Apa yang Papa takutkan? Papa takut aku akan tidur dengan Jenar lagi? Itu hanya kesalahan! Kita tidak akan mengulanginya lagi. Jenar juga tidak mau! Aku yakin itu!""Papa hanya takut ... jika Jenar menyukaimu."Julio berdiam diri. Dia memilih menepi dari orang-orang di rumahnya. Julio sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun malam ini. Dia berharap semua orang memahaminya. Sayangnya, tidak untuk Jasmine. Dia mendapati Julio sendirian di taman belakang rumah. "Kakak nggak masuk?" tanya Jasmine mendekatinya. Julio mendongak. "Pergi saja, jangan ganggu aku." Dia menolak kedatangan Jasmine mentah-mentah. "Aku sedang tidak mau diganggu."Bukan Jasmine kalau menurut begitu saja pada Julio. Julio mengerutkan dahi ketika melihat Jasmine m
Read more

129. Kepergian Julio

Ada satu pertanyaan di dalam hati Jenar sejak mendengar pembicaraan antara Jasmine dan Julio beberapa hari yang lalu. Julio seperti menyembunyikan sesuatu, alasan dia memutuskan untuk pergi ke luar negeri. Julio tidak pernah mau bercerita pada Jenar meskipun dirinya sudah memaksa beberapa kali. Julio bahkan mengabaikan rengekan Jasmine untuk menahannya tetap ada di sini. Tidak ada angin tidak ada hujan, hari ini Jenar mengantar putra tirinya tertua itu ke bandara untuk pergi ke luar negeri. "Papa kamu akan segera datang, Jasmine pamit sebentar untuk ke kamar mandi." Jenar berusaha untuk bersikap netral, meskipun sebenarnya dia juga enggan membiarkan Julio pergi begitu saja.Julio tidak memberi jawaban. Belakangan ini dia jadi lebih pendiam. "Kamu sudah yakin akan tinggal di Amerika?" Jenar bertanya dengan lembut. Dia memandang Julio yang sedari tadi terkesan tak acuh pada dirinya."Aku bukannya mau ikut campur dengan urusanmu, aku berhak tahu kan ke mana kamu pergi?" Jenar begitu
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status