Semua Bab Tujuh Perkara Sang Ibu Sambung: Bab 101 - Bab 110

154 Bab

100. Anak tiri

"Kamu teman baru sampai ke rumah?" Julio menegur kedatangan Jenar. Jenar awalnya tak acuh. Dia melanjutkan langkah kaki tanpa mau menatap keberadaan Julio."Jenar!" Julio memanggilnya dengan tegas. Berharap kalau sekarang dia akan diperhatikan.Sayang sekali, Jenar masih saja melangkah untuk pergi ke kamar Jean. "Kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan?" tanya Julio. "Aku sedang menanyaimu sekarang."Jenar berhenti di depan kamar Jean. Dia hampir membuka pintu, tetapi benar mengurungkan niatnya.Jenar memandang Julio. Dia diam sejenak, sebelum akhirnya membuka suara. "Jean sudah tidur?" Julio tidak menjawab. Dia hanya memandang raut wajah Jenar yang terlihat begitu asing hari ini. Sepertinya Jenar sedang menyembunyikan permasalahan di dalam matanya. "Kalau tidak menjawab ya sudah, aku akan memeriksa sendiri." Jenar berbalik badan, dia tak acuh dengan Julio yang jelas-jelas penasaran akan apa yang terjadi padanya hari ini.Julio tidak melarangnya untuk memeriksa Jean, jadi dia
Baca selengkapnya

101. Konflik Ibu Sambung

Jenar mulai muak dengan Julio. "Apa aku tanya tentang itu padamu?" tanya Jenar.Jenar mendengus kesal. "Aku tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi. Permasalahanku terlalu banyak hari ini."Jenar menutup kalimatnya. Setelah itu dia langsung pergi dari hadapan Julio. Jenar peduli. Itulah permasalahan dalam dirinya sekarang."Aku yakin kamu membutuhkan informasi itu." Julio kembali menghentikan langkah kaki Jenar. Jenar berbalik dan menatapnya. "Kenapa kamu ini?" tanyanya sembari mengerutkan."Kenapa kamu jadi tiba-tiba peduli apa yang aku rasakan dan apa yang terjadi padaku?" Jenar terus mendesaknya. "Bersikaplah seperti Julio biasanya. Kamu tidak perlu berusaha keras untuk membalas kebaikanku."Julio mendekatinya. "Kamu tidak bisa berbohong padaku, Jenar.""Emangnya aku berbohong tentang apa padamu?" Jenar harus terlibat perkelahian dengan Julio sekarang. Jenar tersenyum tipis. "Tolong tinggalkan aku sendiri. Aku sedang tidak mau berdebat dengan siapa pun termasuk kamu.""Papa per
Baca selengkapnya

102. Muak!

Jasmine membuat kekacauan lagi. Jenar kembali dipanggil ke kantor polisi, kali ini permasalahan serius sebab Jenar harus menghadapi keluarga korban."Aku menuntutnya!" Kalimat itu membuat seluruh tubuh Jenar merinding. Jenar tidak tahu dia harus berbicara apa. Membuat pembelaan saja dia tidak bisa."Dia mengancam putriku dengan video yang diharapkan milih galih dalam hp-nya!" Wanita tua itu berteriak. "Bagaimana bisa aku membiarkan dia lolos begitu saja?"Jenar hanya menunduk. Sesekali dia melirik ke arah Jasmine yang duduk di sudut ruangan. Jasmine bukannya menyesal, tatapan matanya dipenuhi kemarahan."Sekali lagi maafkan putri saya," ucap Jenar merendah. "Saya akan memarahinya ketika sampai di rumah, Bu."Wanita itu menyeringai pada Jenar. "Aku dengar dia anaknya orang kaya. Papanya pemilik perusahaan makanan terkenal di Jakarta, aku juga dengar kalau papanya bercerai dari mamanya."Jenar hanya diam ketika dia mendapat pandangan mata aneh dari wanita di depannya. Dia tahu kalau d
Baca selengkapnya

103. Mantan Pacar Jenar

Jenar mempercepat langkah kaki. Dalam benaknya, dia segera ingin menemukan tempat yang paling nyaman untuk menangis sejadi-jadinya. Namun, kota tidak memberikan dia ruang yang cukup untuk meluapkan semua sesaknya. "Jenar?" Seseorang tiba-tiba saja memanggilnya dan menghentikan langkah kakinya. "Itu kamu?"Suaranya tidak asing untuk Jenar. Ketika Jenar menoleh dia mendapati mantan kekasihnya berdiri tak jauh darinya. "Adam?" Jenar bergumam pada dirinya sendiri.Adam tersenyum tipis. Dia berjalan mendekati Jenar. Tidak ada pembicaraan, keduanya saling memandang. Hingga akhirnya Adam mendapati raut wajah Jenar yang tak biasa. "Kamu baik-baik saja?" Adam berusaha menerka-nerka apa yang kiranya ada di dalam kepala Jenar. Raut wajahnya seakan berbicara sebaliknya. Jenar tidak menjawab. Dia hanya menggelengkan kepalanya. Jenar kembali melanjutkan langkah kakinya begitu saja.Adam juga kukuh. "Ada masalah?" Adam menarik tangan Jenar."Raut wajah kamu sepertinya berbicara seperti itu." Ada
Baca selengkapnya

104. Bukan Wanita Malam

Suara dentuman menyita fokus Julio. Pemuda itu lekas datang ke sumber suara. Dia menemukan Jenar yang terkapar di sisi pintu masuk, keadaannya begitu kacau dengan wajahnya yang sembab dan hidungnya yang memerah."Jenar?"Julio berusaha berjongkok dan mendekatinya. "Kamu nggak apa-apa?" Jenar tidak menjawab. Dia hanya mendongak dan tersenyum pada Julio.Julio terperangah melihat penampilan Jenar malam ini. Dia menghilang sejak sore tadi, sekarang pulang dalam keadaan begini. Aroma alkohol menyeruak masuk ke dalam hidungnya."Kamu mabuk rupanya." Julio langsung menyimpulkan begitu aroma yang tak asing untuknya datang menyela, mengalahkan parfum wangi semerbak milik Jenar biasanya.Julio menghela nafas. "Kalau sampai Papa tahu kamu pulang hampir tengah malam dalam keadaan mabuk, kamu bisa dimarahi habis-habisan!" gerutunya. "Aku antar ke kamarmu," ucap Julio. Dia menarik tubuh Jenar agar bangun dari tempatnya.Sayangnya alkohol mempengaruhi kemarasan Jenar. Perempuan itu malah tertawa d
Baca selengkapnya

105. Perselingkuhan Juga?

Jenar menghela nafasnya. Dia tahu kalau mengeluh dalam bentuk apapun tidak akan pernah mengubah semua keadaan yang sudah berjalan. Meskipun begitu, Jenar masih ingin mengeluh sejadi-jadinya."Aku hanya penasaran, apa yang dilakukan papamu di sana?" Jenar berandai-andai. Berhalusinasi, seakan semuanya ada di depan pandangan matanya. "Aku selalu bertanya-tanya, kenapa akhirnya dia melakukan itu?" Jenar memandang Julio yang ada di sisinya. "Jika dia memang tidak mencintaiku dari awal, seharusnya dia menyetuju ketika aku menolak pernikahannya."Jenar tersenyum kecut. "Aku tidak pernah memaksa dia untuk bertanggung jawab.""Faktanya memang aku tidak pernah hamil anaknya." Jenar menutup kalimat.Julio ikut menghela nafas panjang. Seakan dia punya rasa sakit tersendiri di sini, Julio bisa merasakan apa yang Jenar rasakan."Kamu berniat untuk meninggalkannya?" Julio malah memancing Jenar untuk berpikir semakin buruk. "Secara tidak langsung kamu mengetahui perselingkuhannya."Jenar menoleh pa
Baca selengkapnya

106. Kepulangan Suami

Dering alarm ponsel membuat Julio kembali pada kesadarannya. Sepasang mata elang itu terbuka, lensanya berusaha menerima cahaya lampu dari langit-langit ruang kamar. "Argh—" Julio mengerang ringan. Dia merasakan nyeri luar biasa di kepalanya, lehernya sedikit sakit sebab posisi bantal yang salah. Julio jelas kebingungan saat mendapati dia bangun dalam keadaan telanjang. Yang membuat dia bingung, bukan apa yang dia lakukan semalam. Julio mengingat semua yang dia lakukan. Julio segera bangun, memakai kembali pakaiannya sebelum hari semakin siang. "Aku harus menemui Jenar." Julio bergumam pada dirinya sendiri. "Kenapa dia tidak membangunkanku?" Julio memandang dirinya sendiri dari pantulan cermin di depannya. Jelas-jelas keadaannya kacau. Dia tak ingin menghabiskan waktunya di sini tetap tujuannya adalah menemui Jenar...."Maaf karena tidak memberi kabar sejak kemarin." Julian menatap punggung istrinya. "Aku tidak bisa men
Baca selengkapnya

107. Skandal Kemarin Malam

"Tentang apa yang kita lakukan semalam. Aku yakin kamu mengingat semuanya, bukan?" tanya Julio penuh harapan.Tentu, Jenar tidak bisa langsung menjawabnya. Dia bergeming cukup lama di tempatnya.Julio melangkah lagi. Sekarang jauh lebih dekat dengan Jenar. "Meskipun kamu dalam keadaan mabuk berat, aku yakin ada sedikit ingatan di dalam kepalamu."Setelah berhasil menenangkan dirinya dalam diam, Jenar mencoba untuk melengkungkan senyum. Dia menggelengkan kepalanya dengan keyakinan yang terus bertambah. "Emangnya apa yang sudah kita lakukan kemarin?" Jenar tertawa kecil dengan kalimatnya sendiri. "Aku tidak yakin kita melakukan sesuatu yang—""Hanya aku yang terbangun dalam keadaan telanjang di atas ranjang?" Julio memotong argumen Jenar. "Jadi semalaman aku hanya tidur seorang diri?"Julio kembali melangkah, tentu saja dia memangkas jarak agar suaranya tidak perlu ditinggikan. "Lalu semalam aku hanya berhalusinasi?"Jena
Baca selengkapnya

108. Pagi Setelah Skandal Bersama Anak Tiri

"Aku berangkat kerja dulu. Kamu bisa beristirahat." Julian mengusap pundak Jenar dengan lembut. "Kamu melakukan banyak hal pagi ini."Jenar tersenyum tipis. Kepalanya mengangguk tak yakin. "Itu sudah kewajibanku, Mas Julian.""Kamu benar. Kamu banyak berusaha dan aku menghargainya." Julian mencium puncak kepala Jenar. "Aku beruntung menikah denganmu."Kalimat itu tidak bisa menjadi penenang untuk Jenar setelah dia tahu apa yang terjadi di belakangnya. Benar memang tidak mengkonfirmasi bahwa itu termasuk tindak perselingkuhan di belakangnya. Bukannya Jenar tidak mau melakukan itu, tetapi dia takut untuk melakukannya. Dia belum bisa menerima kemungkinan buruk yang mungkin terjadi padanya. "Kamu hati-hati di jalan. Jangan terlalu banyak memaksakan diri untuk bekerja," ucap Jenar dengan lembut. "Kamu tidak boleh sakit. Nanti Jean jadi sedih."Julian tertawa kecil. "Kamu ini ....""Kalau begitu aku pergi dulu. Ada urusan di kantor yang harus aku lakukan sebelum jam kerja dimulai," imbuh
Baca selengkapnya

109. Derita Ibu Sambung

Jasmine tersenyum seringai ketika melihat Jenar tampak gelisah di depannya. Tanpa dia memberikan penyerangan, Jenar sudah merasa terintimidasi."Katakan saja apa yang kalian lakukan." Jasmine bersedekap di depannya. "Aku rasa pertanyaanku sederhana, kamu tidak perlu menjelaskan detail jika memang kamu tidak melakukan sesuatu yang salah."Jenar memalingkan wajahnya. Sekuat tenaga dia berusaha menyembunyikan kecemasan yang tiba-tiba datang, nyatanya dia tidak bisa membohongi gadis cerdik seperti Jasmine."Kenapa diam saja?" Jasmine mengubah nada bicaranya. "Aku melihat kalian masuk ke kamar tamu, tetapi aku tidak melihat kalian keluar setelah itu.""Awalnya aku berpikir mungkin saja kak Julio keluar setelah memastikan kamu tidur di sana," ucap Jasmine. Dia mulai mengintimidasi posisi Jenar.Jasmine tertawa kecil tiba-tiba. "Anehnya aku melihat kamu keluar dari kamar itu besok paginya, tapi aku tidak melihat Kak Julio di kamarnya."Jenar hanya bisa diam ketika Jasmine mengutarakan isi ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status