"Silakan masuk, usahakan satu saja yang menemani." Sarah memberi kesempatan pada Julian untuk menjadi orang pertama yang melihat Jenar dan putranya. Meskipun sebenarnya, dia sudah tidak sabar sejak pertama kali mendengar suara tangisan bayi itu. Julian melangkah hati-hati, seakan tidak mau meninggalkan suara. Akan tetapi, kedatangannya diketahui oleh Jenar. Jenar menoleh dan menetap ke arahnya. Dari bibir pucatnya, perempuan itu tersenyum manis. "Pak Julian?"Julian berusaha mengimbangi suasana. Tidak ingin terlalu canggung di antara mereka berdua. Julian menatap bayi dalam gendongan Jenar. "Dia tampan," gumamanya. Julian mengusap ujung jari mungil itu. "Jari jemarinya begitu cantik."Jenar tersenyum manis. "Aku bersyukur bisa melahirkannya.""Hidungnya mirip sekali denganmu," ucap Julian lagi. "Matanya juga."Keduanya berusaha memaksakan senyuman, meskipun sebenarnya mereka punya kekhawatiran yang sama. Pertanyaan tentang anak siapa ini, masih membekas di dalam kepala Jenar. Nam
Baca selengkapnya