Semua Bab Kaya Setelah Diusir Mertua: Bab 161 - Bab 170

220 Bab

Bab 161

"Pagi, Salma!" Aku terlonjak saat wanita itu memutar tubuhnya dan menyapaku. "Sabrina?" "Pagi, Tante ..!" Tristan tersenyum menyapaku. Aku yang terkejut segera mencoba menguassi diri dengan memberikan senyuman pada mereka. "Ini Tristan katanya mau main dengan Raihan. Makanya aku ajak main ke sini. Kebetulan sedang tidak jadwal praktek." Mendengar ucapan Sabrina, Aku mengembangkan senyum pada ibu dan anak yang berada di.hadapanku. "Ayo, ayo, silakan masuk, Sabrina, Tristan. Kebetulan Raihan sedang main di halaman belakang. Sebentar Tante panggilin ya. Silakan duduk dulu!" "Oh ya, Salma. Ini ada buah-buahan untuk kalian. Semoga suka ya." "Wah, kok jadi repot gini? Makasih ya, Sabrina. InsyaAllah kami suka." Aku menerima sekeranjang parsel yang berisi macam-macam buah dari tangan dokter cantik itu. Aku melangkah menuju taman belakang. "Mas, ada tamu." "Siapa?" "Sabrina dan anaknya." ."Apaa?" Mas Yuda yang sedang duduk di salah satu kursi taman sontak berdiri. Wajahnya ter
Baca selengkapnya

Bab 162

Pov Elkan Hari ini aku janji bertemu Yuda di kantornya. Setumpuk dokumen dan surat wasiat permintaan Yuda sudah aku siapkan. Seminggu yang lalu Yuda memintaku mengganti semua harta miliknya menjadi atas nama Salma dan kedua anaknya. Termasuk semua perusahaan miliknya. "Kamu yakin dengan keputusanmu, Yud? Apa kamu tidak takut suatu hari nanti Salma meninggalkanmu dan membawa seluruh harta atas nama miliknya?" Yuda menggeleng. "Andai itu membuat ia dan kedua anakku bahagia, Aku tidak apa-apa." jawaban yang diucapkan dengan sangat tenang. Namun Elkan mengerutkan dahinya karena heran. Hari ini Yuda juga memintaku untuk membuat sebuah surat wasiat. Namun semua dokumen ini tidak boleh diketahui oleh Salma. Yuda minta memberikan semuanya setelah dia tiada. Sebenarnya hal ini biasa bagiku sebagai seorang pengacara pada kliennya. Namun Yudatara bukanlah sekedar klien bagiku. Kami sudah bersama-sama sejak remaja, dan kini ... Yuda menikah dengan satu-satunya wanita yang tak pernah bisa
Baca selengkapnya

Bab 163

Pov Elkan "Elkan ..., apakah kamu mencintai Salma, istriku? Aku tersentak, Tatapan Yuda begitu tajam dan dalam. Kenapa Yuda menanyakan hal ini padaku? Apakah aku harus jujur? "Elkan ..." Tatapan Yuda semakin tajam. "Apa itu penting untukmu? Apa harus aku jawab?" Aku tertunduk. Tak kuasa menerima tatapan yang menghunus netraku. "Jawab saja!" tegasnya. Aku menghempas napas kasar. "Yud, bukankah setiap.orang berhak mencintai siapapun? Dan setiap orang berhak menerima atau menolak cinta itu." "Jangan bertele-tele! Jawab saja yang jujur! Ya .. atau ...tidak?" Ya Tuhan. Apa maksud Yuda menanyakan hal ini? Aku tidak mungkin berbohong. "Elkan jawaabb!" Aku terlonjak.mendengar suara Yuda semakin keras. "Iy-iyaaa ... Aku ... mencintainya ... Sangat mencintainya ... M-maafkan aku!" Tubuhku gemetar setelah melontarkan sebuah pengakuan. Walau sebelumnya mungkin Yuda sudah menduga hal ini dari sikap-sikapku selama ini. Namun semenjak dia lupa.ingatan, Aku belum pernah berbicara segamb
Baca selengkapnya

Bab 164

Pov Elkan Salma berkali-kali menghubungiku. Ia pasti bingung setelah membaca pesanku yang memintanya untuk segera ke rumah sakit. Tanoa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. [ Aku tunggu kamu di rumah sakit sekarang] Setelah kembali mengirim pesan, tak kuhiraukan lagi panggilan dari Salma. Semoga Ia segera berangkat ke rumah sakit. Posisi mobilku masih berada di belakang ambulan saat memasuki area rumah sakit. Ambulan berhenti di depan unit gawat darurat. Sementara aku membawa mobilku ke area parkir yang berada tak jauh dari UGD. Setelah memarkir mobil, aku bergegas berlari ke arah UGD. "Suster, saya keluarga pasien yang baru saja masuk." Aku menghampiri salah satu perawat di depan pintu masuk UGD. "Oh, keluarga Bapak Yudatara? Pasien sedang ditangani dokter jaga, sambil kami sedang menghubungi dokter Sabrina." Sepertinya nama itu tak asing ditelingaku. Aku duduk di ruang tunggu menunggu Yuda diperiksa. Tak berapa lama kemudian seorang wanita cantik dengan jas dokternya me
Baca selengkapnya

Bab 165

Elkan Yuda masih terdiam dengan mata menatap kosong pada langit-langit kamar UGD yang berwarna putih. Napasnya berat naik turun. "El ..., baca email!" "Sudah, Yud." Tenggorokanku tercekat. Sebenarnya tak ingin membicarakan tentang surat wasiat itu saat ini. Banyak hal yang ingin aku diskusikan..Tapi sepertinya tak mungkin. "T-tolong segera buat surat wasiat it-tu ...!" "Tidak usah kamu pikirkan, Yud. Kamu harus sehat dulu," pungkasku pelan. "Tidak ..., waktuku sudah tidak banyak. Tolong El, Aku mohon ...!" Suara Yuda melemah.. "Baik. Aku akan buatkan segera. Malam ini akan aku serahkan padamu. Sekarang istirahatlah!" "Mas Yuda ...!" Tiba-tiba Salma membuka tirai dan langsung memeluk Yuda. "Kamu kenapa, Mas? Kamu sakit apa, Sayang?" Dengan raut wajah sangat khawatir, Salma membelai wajah Yuda dan lalu menciumnya. Aku spontan menunduk. Hatiku tak karuan melihat pemandangan tepat di hadapanku.. "Jangan nangis, Sayang. Aku nggak apa-apa. Cuma kecapean," lirih Yuda dengan su
Baca selengkapnya

Bab 166

Hatiku nyeri melihat Mas Yuda kembali terbaring di rumah sakit Ketakutan akan kehilangan orang yang aku cintai kembali membuatku sesak. "Mas, dulu Aku pernah hampir kehilanganmu. Kini aku tak mau benar-benar kehilanganmu. Aku ingin kita hidup menua berdua. Melihat Raihan dan Yumaina beranjak remaja. Aku merasa belakangan ini kamu mulai mengingat semuanya. Kamu sempat cemburu ketika Kak Lina membicarakan Bang Adam padaku. Kamu menggodaku karena pernah menolak rumah 10 milyar pemberianmu. Aku bahagia, Mas. Ingatanmu mulai kembali pulih walaupun secara perlahan." Aku terus berbicara seakan Mas Yuda mendengar dari balik kaca ini. "Salma, Biarkan Yuda istirahat. Ayo aku antar pulang!" Aku menggeleng menolak ajakan Elkan."Salma, ada dokter Sabrina yang merawat Yuda. Kamu tenang aja." Sontak aku menoleh pada Elkan dan menatap kesal pada pria itu. "Kamu gimana, sih. Istrinya Mas Yuda itu kan Aku. Bukan Sabrina!" ketusku. "Astaga Salmaa, Sabrina itu dokter. Dia lebih paham dalam me
Baca selengkapnya

Bab 167

Pagi-pagi sekali aku sudah terjaga. Aku meringis saat menoleh ke sisi sampingku yang kosong. Hanya ada bantal dan selimut Mas Yuda. Sungguh aku sangat merindukannya. Malam-malam belakangan ini kami jarang berpelukan sampai pagi, karena Mas Yuda yang aku pikir sangat kelelahan. Namun ternyata dia sedang berjuang melawan rasa sakit. Istri macam apa aku ini. Tak tau kalau suaminya sakit. Malah mencurigainya dengan dugaan yang tak pantas. Sungguh aku menyesal. "Bundaaaa, Ayah mana?" Raihan menghampiriku di meja makan ketika sedang menyiapkan bekal untuknya. Apa yang harus aku katakan pada Raihan. Perlahan aku menunduk mensejajarkan diri dengannya. "Raihan .... Ayah Yuda ... sakit. Jadi harus dirawat di rumah sakit dalam beberapa hari," jelasku hati-hati dan tetap berusaha bersikap tenang. "Ayah sakit? Raihan mau nengok Ayah pulang sekolah nanti, boleh, Bun?' Aku menarik napas. Rasanya tak tega jika Raihan melihat Ayahnya terbaring dengan beberapa alat yang tersambung pada tubuhnya.
Baca selengkapnya

Bab 168

Yuda Mataku mengerjap saat terjaga. Rasa pusing yang mendera tak kunjung hilang. Seketika mataku tertuju pada sepasang tangan dengan jemari yang lentik sedang menggenggam lengan kananku. "Siapa wanita ini?" gumamku dengan kesadaran yang belum penuh. Wanita berambut panjang yang tidur menelungkupkan kepalanya di sampingku. "Sabrina ...!" gumamku lagi. Dia tidak pulang. Apakah dia tidur di sini semalaman dengan posisi seperti itu? Kenapa Wanita ini memperlakukan aku dengan sangat berlebihan? Aku tak mau Salma melihat ini. Dia pasti akan marah dan kecewa. Tapi ... bukankah ini justru akan mempermudah rencanaku? Sabrina menggeliat. Sepertinya dia sudah bangun. "Yuda ..., kamu sudah bangun?" Aku mengangguk. "Kenapa kamu nggak pulang? Anakmu pasti nunggu kamu di rumah." "Nggak usah khawatir. Sejak kecil Tristan sudah biasa aku tinggal-tinggal kayak gini. Bahkan aku pernah meninggalkannya beberapa tahun untuk melanjutkan kuliahku di luar negeri." Aku tak lagi bicara apa-apa. Se
Baca selengkapnya

Bab 169

"Tebar pesona aja terooosss!" "Aku nggak ada tebar pesona. Ibu-ibu itu tiba-tiba saja menghampiriku dan minta foto. Masa aku tolak. Kasian dong mereka udah usaha." Dengan gaya sombongnya Elkan membela diri sambil senyum-senyum. Bikin aku mual. Saat ini kami sudah berada di perjalanan menuju rumah sakit. Kalau saja tadi aku tidak pura-pura batuk, Elkan tidak akan menyadari kehadiranku dan mereka akan terus foto-foto sampai siang. "Dih, fansnya ibu-ibu aja segitu bangganya." "Tadi itu ibu-ibu muda, loh. Memang mereka tipe aku," sahut Elkan dengan percaya diri. "Haaa?" "Terlihat lebih mateng dan pengalaman aja ..." Kali ini dia bicara sambil terkekeh melihat wajahku. "Udah buruan ke rumah sakit!" Entah kenapa aku semakin kesal dengan tingkah Elkan yang selalu percaya diri di depan para wanita. Sementara pikiranku terus tertuju pada ucapan Tristan tadi. Apa benar Sabrina menemani Mas Yuda semalaman? Kemarin bahkan mereka yang memintaku pulang. Apa mereka sengaja agar bisa berdua
Baca selengkapnya

Bab 170

"Salma ... sini dekat Mas!" Suamiku itu kembali memanggilku dengan suaranya yang lemah. Sepertinya Mas Yuda sedang menahan rasa sakit ketika berusaha menoleh padaku. Sabrina melihat kehadiranku sontak berdiri dan melangkah mundur, sedikit menjauh dari Mas Yuda. "Kamu terlihat lebih baik, Mas." Aku menghampiri Mas Yuda, melewati Sabrina yang masih memegang mangkuk bubur. "Sabrina, terimakasih, ya. Kamu udah merawat Yuda." Sabrina membalas senyumku tanpa menjawab. Kemudian dia meletakkan mangkuk bubur yang isinya sudah tinggal sisa-sisa yang menempel pada permukaan mangkuk, di atas nampan. "Aku ke ruanganku dulu. Permisi." "Silahkan." Sabrina mengangguk samar pada Elkan, kemudian melangkah keluar. Aku tak menyadari, ternyata sejak tadi tatapan Mas Yuda tak lepas darilku. "Salma ..." "Maass ...." Kami saling menyapa bersamaan. Kemudian senyum penuh rindu terbit di wajahku. Mas Yuda pun tersenyum seraya membelai lenganku.. "Ehm, aku keluar dulu, cari sarapan." Elkan membalikk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
22
DMCA.com Protection Status