Elkan Yuda masih terdiam dengan mata menatap kosong pada langit-langit kamar UGD yang berwarna putih. Napasnya berat naik turun. "El ..., baca email!" "Sudah, Yud." Tenggorokanku tercekat. Sebenarnya tak ingin membicarakan tentang surat wasiat itu saat ini. Banyak hal yang ingin aku diskusikan..Tapi sepertinya tak mungkin. "T-tolong segera buat surat wasiat it-tu ...!" "Tidak usah kamu pikirkan, Yud. Kamu harus sehat dulu," pungkasku pelan. "Tidak ..., waktuku sudah tidak banyak. Tolong El, Aku mohon ...!" Suara Yuda melemah.. "Baik. Aku akan buatkan segera. Malam ini akan aku serahkan padamu. Sekarang istirahatlah!" "Mas Yuda ...!" Tiba-tiba Salma membuka tirai dan langsung memeluk Yuda. "Kamu kenapa, Mas? Kamu sakit apa, Sayang?" Dengan raut wajah sangat khawatir, Salma membelai wajah Yuda dan lalu menciumnya. Aku spontan menunduk. Hatiku tak karuan melihat pemandangan tepat di hadapanku.. "Jangan nangis, Sayang. Aku nggak apa-apa. Cuma kecapean," lirih Yuda dengan su
Baca selengkapnya