Share

Bab 164

Penulis: Rina Novita
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Pov Elkan

Salma berkali-kali menghubungiku. Ia pasti bingung setelah membaca pesanku yang memintanya untuk segera ke rumah sakit. Tanoa mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.

[ Aku tunggu kamu di rumah sakit sekarang]

Setelah kembali mengirim pesan, tak kuhiraukan lagi panggilan dari Salma. Semoga Ia segera berangkat ke rumah sakit.

Posisi mobilku masih berada di belakang ambulan saat memasuki area rumah sakit. Ambulan berhenti di depan unit gawat darurat. Sementara aku membawa mobilku ke area parkir yang berada tak jauh dari UGD.

Setelah memarkir mobil, aku bergegas berlari ke arah UGD.

"Suster, saya keluarga pasien yang baru saja masuk." Aku menghampiri salah satu perawat di depan pintu masuk UGD.

"Oh, keluarga Bapak Yudatara? Pasien sedang ditangani dokter jaga, sambil kami sedang menghubungi dokter Sabrina."

Sepertinya nama itu tak asing ditelingaku.

Aku duduk di ruang tunggu menunggu Yuda diperiksa. Tak berapa lama kemudian seorang wanita cantik dengan jas dokternya me
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Just Rara
kenapa yuda gak cerita sama salma klu dia sakit tumor
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
iya Yuda Salma hrs tau penyakit nya Yuda jadi Salma g men duga2 dn curiga sam Yuda .karena kontrol k RS pulang mlm g ngomong k Salma jadi Salma salah faham k Yuda dn dr Sabrina ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 165

    Elkan Yuda masih terdiam dengan mata menatap kosong pada langit-langit kamar UGD yang berwarna putih. Napasnya berat naik turun. "El ..., baca email!" "Sudah, Yud." Tenggorokanku tercekat. Sebenarnya tak ingin membicarakan tentang surat wasiat itu saat ini. Banyak hal yang ingin aku diskusikan..Tapi sepertinya tak mungkin. "T-tolong segera buat surat wasiat it-tu ...!" "Tidak usah kamu pikirkan, Yud. Kamu harus sehat dulu," pungkasku pelan. "Tidak ..., waktuku sudah tidak banyak. Tolong El, Aku mohon ...!" Suara Yuda melemah.. "Baik. Aku akan buatkan segera. Malam ini akan aku serahkan padamu. Sekarang istirahatlah!" "Mas Yuda ...!" Tiba-tiba Salma membuka tirai dan langsung memeluk Yuda. "Kamu kenapa, Mas? Kamu sakit apa, Sayang?" Dengan raut wajah sangat khawatir, Salma membelai wajah Yuda dan lalu menciumnya. Aku spontan menunduk. Hatiku tak karuan melihat pemandangan tepat di hadapanku.. "Jangan nangis, Sayang. Aku nggak apa-apa. Cuma kecapean," lirih Yuda dengan su

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 166

    Hatiku nyeri melihat Mas Yuda kembali terbaring di rumah sakit Ketakutan akan kehilangan orang yang aku cintai kembali membuatku sesak. "Mas, dulu Aku pernah hampir kehilanganmu. Kini aku tak mau benar-benar kehilanganmu. Aku ingin kita hidup menua berdua. Melihat Raihan dan Yumaina beranjak remaja. Aku merasa belakangan ini kamu mulai mengingat semuanya. Kamu sempat cemburu ketika Kak Lina membicarakan Bang Adam padaku. Kamu menggodaku karena pernah menolak rumah 10 milyar pemberianmu. Aku bahagia, Mas. Ingatanmu mulai kembali pulih walaupun secara perlahan." Aku terus berbicara seakan Mas Yuda mendengar dari balik kaca ini. "Salma, Biarkan Yuda istirahat. Ayo aku antar pulang!" Aku menggeleng menolak ajakan Elkan."Salma, ada dokter Sabrina yang merawat Yuda. Kamu tenang aja." Sontak aku menoleh pada Elkan dan menatap kesal pada pria itu. "Kamu gimana, sih. Istrinya Mas Yuda itu kan Aku. Bukan Sabrina!" ketusku. "Astaga Salmaa, Sabrina itu dokter. Dia lebih paham dalam me

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 167

    Pagi-pagi sekali aku sudah terjaga. Aku meringis saat menoleh ke sisi sampingku yang kosong. Hanya ada bantal dan selimut Mas Yuda. Sungguh aku sangat merindukannya. Malam-malam belakangan ini kami jarang berpelukan sampai pagi, karena Mas Yuda yang aku pikir sangat kelelahan. Namun ternyata dia sedang berjuang melawan rasa sakit. Istri macam apa aku ini. Tak tau kalau suaminya sakit. Malah mencurigainya dengan dugaan yang tak pantas. Sungguh aku menyesal. "Bundaaaa, Ayah mana?" Raihan menghampiriku di meja makan ketika sedang menyiapkan bekal untuknya. Apa yang harus aku katakan pada Raihan. Perlahan aku menunduk mensejajarkan diri dengannya. "Raihan .... Ayah Yuda ... sakit. Jadi harus dirawat di rumah sakit dalam beberapa hari," jelasku hati-hati dan tetap berusaha bersikap tenang. "Ayah sakit? Raihan mau nengok Ayah pulang sekolah nanti, boleh, Bun?' Aku menarik napas. Rasanya tak tega jika Raihan melihat Ayahnya terbaring dengan beberapa alat yang tersambung pada tubuhnya.

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 168

    Yuda Mataku mengerjap saat terjaga. Rasa pusing yang mendera tak kunjung hilang. Seketika mataku tertuju pada sepasang tangan dengan jemari yang lentik sedang menggenggam lengan kananku. "Siapa wanita ini?" gumamku dengan kesadaran yang belum penuh. Wanita berambut panjang yang tidur menelungkupkan kepalanya di sampingku. "Sabrina ...!" gumamku lagi. Dia tidak pulang. Apakah dia tidur di sini semalaman dengan posisi seperti itu? Kenapa Wanita ini memperlakukan aku dengan sangat berlebihan? Aku tak mau Salma melihat ini. Dia pasti akan marah dan kecewa. Tapi ... bukankah ini justru akan mempermudah rencanaku? Sabrina menggeliat. Sepertinya dia sudah bangun. "Yuda ..., kamu sudah bangun?" Aku mengangguk. "Kenapa kamu nggak pulang? Anakmu pasti nunggu kamu di rumah." "Nggak usah khawatir. Sejak kecil Tristan sudah biasa aku tinggal-tinggal kayak gini. Bahkan aku pernah meninggalkannya beberapa tahun untuk melanjutkan kuliahku di luar negeri." Aku tak lagi bicara apa-apa. Se

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 169

    "Tebar pesona aja terooosss!" "Aku nggak ada tebar pesona. Ibu-ibu itu tiba-tiba saja menghampiriku dan minta foto. Masa aku tolak. Kasian dong mereka udah usaha." Dengan gaya sombongnya Elkan membela diri sambil senyum-senyum. Bikin aku mual. Saat ini kami sudah berada di perjalanan menuju rumah sakit. Kalau saja tadi aku tidak pura-pura batuk, Elkan tidak akan menyadari kehadiranku dan mereka akan terus foto-foto sampai siang. "Dih, fansnya ibu-ibu aja segitu bangganya." "Tadi itu ibu-ibu muda, loh. Memang mereka tipe aku," sahut Elkan dengan percaya diri. "Haaa?" "Terlihat lebih mateng dan pengalaman aja ..." Kali ini dia bicara sambil terkekeh melihat wajahku. "Udah buruan ke rumah sakit!" Entah kenapa aku semakin kesal dengan tingkah Elkan yang selalu percaya diri di depan para wanita. Sementara pikiranku terus tertuju pada ucapan Tristan tadi. Apa benar Sabrina menemani Mas Yuda semalaman? Kemarin bahkan mereka yang memintaku pulang. Apa mereka sengaja agar bisa berdua

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 170

    "Salma ... sini dekat Mas!" Suamiku itu kembali memanggilku dengan suaranya yang lemah. Sepertinya Mas Yuda sedang menahan rasa sakit ketika berusaha menoleh padaku. Sabrina melihat kehadiranku sontak berdiri dan melangkah mundur, sedikit menjauh dari Mas Yuda. "Kamu terlihat lebih baik, Mas." Aku menghampiri Mas Yuda, melewati Sabrina yang masih memegang mangkuk bubur. "Sabrina, terimakasih, ya. Kamu udah merawat Yuda." Sabrina membalas senyumku tanpa menjawab. Kemudian dia meletakkan mangkuk bubur yang isinya sudah tinggal sisa-sisa yang menempel pada permukaan mangkuk, di atas nampan. "Aku ke ruanganku dulu. Permisi." "Silahkan." Sabrina mengangguk samar pada Elkan, kemudian melangkah keluar. Aku tak menyadari, ternyata sejak tadi tatapan Mas Yuda tak lepas darilku. "Salma ..." "Maass ...." Kami saling menyapa bersamaan. Kemudian senyum penuh rindu terbit di wajahku. Mas Yuda pun tersenyum seraya membelai lenganku.. "Ehm, aku keluar dulu, cari sarapan." Elkan membalikk

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 171

    Sebelum melanjutkan langkahku menuju ruangan Sabrina, aku menyempatkan diri menghubungi dan meminta Mak Isah untuk menjemput Raihan dengan pak supir. Jangan sampai Raihan menunggu terlalu lama di sekolah. Sesuai petunjuk dari perawat tadi, akhirnya aku tiba di depan ruang yang bertuliskan dr.Sabrina (Dokter Onkologi). Perlahan kuketuk pintu. "Masuk!" Sabrina berdiri menyambutku saat aku membuka pintu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengangguk ramah. "Duduklah, Salma!" Sabrina kembali duduk setelah aku menjatuhkan badanku pada kursi yang berada di hadapannya.. "Ada yang ingin kamu bicarakan padaku? Tentang Yuda?' "Ya betul." "Bicaralah!" Sebenarnya aku tak mau berlama-lama berhadapan dengan Sabrina. Entahlah, aku kurang menyukai wanita ini sejak melihat kedekatannya dengan Mas Yuda. Sabrina sepertinya sedang mempersiapkan diri untuk bicara denganku. Tampak berkali-kali wanita itu menghela napas dan gelisah. "Begini, Salma. Beberapa dokter menganjurkan agar Yuda berobat ke

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 172

    Pov Elkan Malam ini Yuda memintaku datang ke rumah sakit. Sejak kemarin sahabatku itu sudah dipindahkan ke kamar rawat VIP. Walau menurut dokter Sabrina tumor yang dideritanya semakin parah, namun kondisi tubuh Yuda sedikit lebih baik. Mungkin dia lebih tenang karena tidak lagi menyembunyikan penyakitnya ini dari Salma. Aku berhenti di depan kamar 109. Nomor kamar yang diberitahu Yuda lewat pesan ponselnya tadi. Perlahan aku membuka pintu. Mataku melebar melihat siapa yang berada di dalam. Kenapa perempuan itu selalu berada disamping Yuda? Pantas saja Salma cemburu. "Selamat malam, Dok. Sedang memeriksa Yuda?" tanyaku basa basi. Padahal jelas-jelas Sabrina sedang tidak memakai jas putihnya. Malahan saat ini pakaiannya cukup santai. Dokter cantik itu hanya mengenakan kaos lengan pendek , celana jeans dan outher tak berlengan. "Tidak. Kebetulam Aku lagi off. Oh ya, silakan saja kalau ada yang mau dibicarakan." Aku mengangguk seraya tersenyum. "Yud, Aku tinggal dulu. Nanti aku ba

Bab terbaru

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 220

    "Mas, sepertinya lagi banyak tamu." Langkah Seruni terhenti ketika hendak masuk ke dalam rumah bersama Elkan. "Mereka semua kakak-kakakku. Ayo kita masuk!" Seruni merasa ciut ketika melihat penampilan kakak-kakak Elkan dan keponakannya yang glamour dan elegan. Sangat jauh berbeda dengan dirinya yang sangat sederhana. "Kenapa? Takut? Atau malu?" bisik Elkan saat Seruni menolak untuk masuk ke dalam. Seruni menggeleng dengan wajah pucat. Ia takut tidak diterima oleh keluarga besar suaminya. "Ayo Sayang ...!" Seruni menunduk menatap pakaiannya. Untunglah di mall tadi dia sudah berganti pakaian dengan yang baru. Kemeja dan kulot berbahan silk import yang sempat membuat Seruni ternganga melihat harganya. Setelah menarik napas panjang, Seruni menggandeng tangan Elkan untuk masuk ke dalam. "Selamat malam semua ...!" sapa Elkan pada keluarga besarnya yang sedang berbincang di ruang tamu. "Malam ..., nah ini dia yang ditunggu-tunggu2 sudah datang." Semua menoleh ke arah pintu. Seruni m

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 219

    "Kami akan mengundang kalian di acara resepsi kami minggu depan." Elkan menyerahkan sebuah undangan berwarna perak. "Resepsi?" Salma masih memandang heran dengan keduanya. "Syukurlah. Akhirnya kamu menikah juga. Aku pikir kamu akan seperti Rein." Yuda tertawa lega. Elkan tersenyum namun sesekali masih mencuri-curi memandang Salma dengan lekat. Hal ini pun tidak luput dari penglihatan Seruni dan Yuda. Mereka berbincang hangat. Seruni sesekali ikut tertawa, menjawab secukupnya jika ada yang bertanya. Kesan pertama Seruni pada Salma adalah seorang wanita yang lembut dan ramah. Sungguh Seruni sangat kagum pada sahabat suaminya itu. Seruni pun merasa ada sesuatu antara suaminya dengan Salma. Namun entahlah, dia belum bisa menerka-nerka. Seruni melihat tatapan yang berbeda dari suaminya saat memandang Salma. Raihan dan Maina pun sangat akrab dengan Elkan. Seruni juga melihat suaminya itu sudah sangat familiar dengan lingkungan di rumah itu. Termasuk para pelayannya. Namun Seruni melih

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 218

    "Elkan .. , akhirnya kamu datang," ucap Salma. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang dia lihat saat ini. Elkan spontan berdiri, lalu menatap wanita yang hampir menjadi istrinya itu dengan lekat. Semua kenangan itu langsung terlintas begitu saja di benaknya. Banyak waktu yang telah mereka lalui bersama. Kenangan itu masih sangat segar di ingatannya. Salma pun demikian. Ia mampu melewati masa-masa sulitnya bersama Elkan. Pria yang mau menemaninya di saat dirinya tak punya siapa-siapa. Pria yang selalu menyemangatinya di saat dirnya lemah. Entah apa yang terjadi jika tak ada Elkan di dekatnya waktu itu. Elkan bahkan mau berkorban demi kebahagiaannya dan Yuda. Seruni merasakan ada sesuatu diantara suaminya dan wanita yang dipanggil Salma itu. Wanita berhijab yang sangat cantik dan anggun. Seruni sempat kagum pada kecantikan wajah Salma yang begitu menenangkan.. "Om Elkan, ayo kita masuk!" Yumaina menarik lengan kekar Elkan untuk masuk ke ruang tamu. "Astaghfirullah ... Sampai l

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 217

    "Maaf, ya ...! Maaf ...! Saya permisi dulu. Istri saya sudah menunggu!" "Apaa? Istri?" "Mas Elkan becanda ya? "Memangnya Mas Elkan sudah punya istri?" Para wanita penggemar Elkan itu bukannya menjauh, malah semakin penasaran ketika Elkan mengatakan ditunggu istrinya. "Oke ... oke, Aku akan perkenalkan istriku pada kalian." Elkan berkata seraya tersenyum menatap istrinya yang sedang cemberut sejak tadi. Mata Seruni melebar mendengar ucapan Elkan. Wanita itu lantas memberi kode dengan tangannya agar suaminya itu tidak melakukannya. Dia belum siap jika Elkan memperkenalkan dirinya sebagai istrinya di depan umum. "Yang mana istrinya Mas Elkan?" "Ayo dong Mas kenalin sama kita-kita!" Para wanita itu penasaran sambil memandang sekeliling. Elkan tak menyia-nyiakan kesempatan itu, perlahan melangkah menuju meja Seruni. Para Wanita itu terus memperhatikan Elkan yang ternyata menghampiri seorang gadis remaja yang sangat cantik walau tanpa riasan wajah. Gadis dengan rambut panjangnya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 216

    "Mas, kita ke mall ini?" Seruni memandang takjub mall besar dan megah di hadapannya. "Iya. kita parkir mobil dulu." Mobil Elkan baru saja memasuki Mall besar di daerah cassablanca. Karena akhir pekan, mall itu tampak sangat ramai pengunjung. Bahkan untuk masuk mencari parkir saja harus sabar mengantri. "Mau nonton dulu, atau belanja?" "Nonton bioskop, Mas? Wah, pasti bioskopnya bagus banget di sini." Elkan terkekeh melihat kepolosan Seruni. Gadis yang unik, namun sangat menyenangkan.. "Aku belanja apa lagi sih, Mas?" "Kata Mama, pakaian kamu itu standar remaja banget modelnya. Nanti orang-orang pikir aku ini bukan suamimu. Tapi Bapakmu." Mereka terbahak-bahak. "Tapi aku enggak ngerti model, Mas." "Gampang. Nanti minta bantuin manager tokonya." Setelah memarkir mobil, Elkan membawa Seruni masuk ke dalam mall. Nampak banyak muda mudi yang berpasangan menghabiskan waktu berakhir pekan. Seruni bergelayut manja pada lengan Elkan. Sesekali berdecak kagum melihat kemegahan mall ya

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 215

    "Loh, Seruni kamu ngapain di sini?" Bu Astrid menegur Seruni yang berada di dapur. "Selamat pagi, Ma. Aku lagi masak sarapan untuk Mas," sahut Seruni tenang. Ia tak menyadari kalau Bu Astrid sudah melotot pada beberapa pelayan di sana. "M-maaf nyonya. Kami tadi sudah melarang. Tapi Non Seruni tetap mau di sini," sahut salah seorang pelayan. "Nggak apa-apa, Ma. Runi sejak kemarin nggak ngapa-ngapain. Bingung, cuma makan dan tidur aja," jelas Seruni sambil mengupas udang di wastafel. Nyonya Astrid hanya menggeleng-geleng kepala, lalu berjalan meninggalkan dapur, kemudian menghampiri putranya yang sedang minum kopi di teras samping. "Elkan, istrimu itu sebaiknya kuliah saja. Sepertinya dia jenuh di rumah." "Apa? Kuliah? Bagaimana nanti jika ada pria seumurannya yang tertarik dengannya?" pikir Elkan dalam hati. Pasti akan banyak pria yang akan tertarik dengan istrinya yang cantik itu. "Elkan, kok malah ngelamun? Kamu setuju, kan?" "Ya nanti aku bicarakan dulu dengan Seruni, Ma."

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 214

    "M-massshh ...!" Lagi-lagi Seruni mengigau menyebut kata 'mas'. Suara Seruni hampir mirip seperti desahan di telinga Elkan. Hingga membuat miliknya memberontak di bawah sana. Elkan tak mungkin melakukannya disaat istrinya tertidur. Dia tak bisa membayangkan gadis itu akan terkejut bahkan mungkin berteriak di saat terjaga nanti. Elkan geleng-geleng kepala. Saat ini dia hanya bisa menikmati pelukan Seruni yang cukup erat. Hembusan napas gadis itu menyapu hangat wajahnya. Kini mereka saling berhadapan dan sangat dekat. Elkan mulai bergerak gelisah. Rasa lapar yang tadi menyerangnya kini berubah menjadi rasa yang berbeda. Perlahan didekatkan wajahnya pada Seruni hingga mereka nyaris tak berjarak. Elkan memberanikan diri mengecup singkat bibir ranum milik istrinya. Cukup singkat, namun berkali-kali. Setelah menarik napas panjang, Elkan mencoba untuk mengecupnya lebih lama. Mungkin sedikit melumatnya dengan lembut tidak akan membuat istrinya itu terjaga. Bagai kecanduan, Elkan tak ma

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 213

    "Ini kamar Mas?" Seruni memandang takjub kamar yang begitu besar, bahkan lebih besar dari rumah mereka di desa. Kamar yang menyatu dengan ruang kerja Elkan itu dilengkapi dengan berbagai elektronik dan perabot mewah. "Iya. Ini rumah orang tua Mas. Semua fasilitas di rumah ini milik Mama dan Papa. Kalau rumah Mas tidak sebesar ini." Elkan duduk di tepi ranjang. Memandang Seruni yang masih terkagum-kagum dengan kamar mewah mirip hotel kelas bintang lima itu. Elkan tersenyum melihat wajah Seruni yang sedang terpesona. "Aku berasa mimpi bisa tidur di kamar ini, Mas." . Elkan langsung teringat sesuatu setelah mendengar ucapan Seruni. Tidur di kamar ini berdua dengan Seruni tentu sangat indah. Ini pasti akan menjadi malam pertamanya yang luar biasa. Pikiran liar pria tampan itu langsung travelling ke mana-mana. Mungkin setelah ini ia akan mengajak Seruni membeli beberapa pakaian, termasuk beberapa pakaian tidur yang sexy dan transparan. Elkan meneguk salivanya saat membayangkan Seruni

  • Kaya Setelah Diusir Mertua   Bab 212

    Elkan menggandeng Seruni yang nampak sangat gugup. Ia melihat Seruni tidak percaya diri dengan penampilannya yang sangat sederhana. "Selamat datang Tuan muda!" seorang wanita paruh baya membuka pintu dan mempersilakan Elkan dan Seruni masuk. "Mama Papa di mana, Mbok?" "Ada di ruang keluarga, Tuan." Mbok Asih, salah satu asisten rumah tangga mereka memandang Seruni dengan penuh tanda tanya. Selama bertahun-tahun bekerja di rumah orang tua Elkan, baru kali ini anak majikannya itu membawa wanita ke rumah. "Ini Seruni, Mbok. Istriku." Seruni mengangguk seraya tersenyum pada Mbok Asih." "Oalaaah, nikahannya jadi, toh waktu itu? Mbok kirain nggak jadi gara-gara nyonya dan tuan nggak bisa hadir. ya sudah sana cepat dikenali istrinya!" "Iya, Mbok. Seruni memandang Elkan penuh tanda tanya. ia tak mengerti apa yang dibicarakan Mbok Asih. Elkan pun blm sempat membicarakannya. "Yuk kita ke atas. Mama dan Papaku di sana." Seruni memandang setiap foto yang ia jumpai. Ada beberapa fot

DMCA.com Protection Status