Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 181 - Chapter 190

286 Chapters

BAB 181 — PERIHAL BAHAGIA

Jika banyak orang berkata bahwa bahagia itu sederhana, maka Serra orang pertama yang menyetujuinya. Baginya, bahagia tidak harus berawal dari hal yang besar, tidak harus muluk-muluk dibelikan barang-barang mewah, jalan-jalan ke luar negeri, ataupun hal besar lainnya yang berwujud materi. Bangun dipagi hari dipelukan sang suami sudah mampu membuat Serra menerbitkan senyumnya. Sembari bercengkrama kecil akibat tendangan pada perutnya yang kian membuncit itu sudah mampu membuat kadar oksitosin dalam tubuhnya meningkat drastis. Ya, sesederhana itu kebahagiaannya. Tapi bagaimana bisa? Orang bilang cinta saja tidak cukup untuk membangun rumah tangga. Cinta bila tidak diimbangi materi semuanya hanya akan terasa hambar. Memang benar. Tetapi apa bedanya jika suamimu hanya memberi uang, uang, dan uang, tetapi tidak pernah memberimu cinta? Sama hambarnya bukan? Cinta dan materi harus berimbang. Lalu bagaimana jika keduanya sudah setara? Sifat manusia itu rakus. Semua itu tidak akan pernah ter
Read more

BAB 182 — PRIA PEMAKSA

“Jelaskan pada ibu kenapa kau tidak mau menandatangani perjanjian itu dan meminta mereka merevisinya? Itu membuat semua agenda menjadi mundur lagi, Gamma!” Romana menatap Gamma penuh selidik. Dua tangannya bersedekap di depan dada seolah menantang putranya memberikan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai gagalnya penandatanganan Memorandum of Understanding Pembangunan Pranacana hari ini. Belasan menit yang lalu, ia mendapat laporan jika putra sulungnya itu tidak mau menandatangi berkas-berkas yang disusun seminggu lamanya dan meminta pihak Surya Kencana merevisi pembagian laba. Sementara Gamma menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya dalam sejarah lima tahun terakhir, ia duduk menghadap sang ibu di kantornya sendiri. Apa yang dituduhkan ibunya adalah benar. Ia memang tidak mau menandatangani perjanjian itu sebab tidak sesuai dengan kesepakatan awal. Bagi hasil 50% untuk masing-masing perusahaan. Tetapi pagi ini berubah menjadi 35% pembagian laba untuk Pranadipta dan sisanya
Read more

BAB 183 — HOW ARE YOU FEELING?

Semburat jingga memantul di permukaan samudera, menciptakan kilau yang memukau setiap mata memandang. Di tengah Mentari yang kian tenggelam, angin pantai berhembus perlahan, membawa aroma laut yang segar dan menyejukkan. Debur air yang saling menggulung menjadi satu-satunya suara yang menggema, menemani dua manusia yang tengah menikmati senja. Serra dan Gamma sengaja meliburkan diri dari hiruk pikuk kehidupan dan kegiatan padat mereka, meluangkan waktu untuk sekadar menikmati hari berdua—maksudnya bertiga dengan anak mereka. Walau hanya duduk bersama sembari menyaksikan ombak yang berlomba-lomba mencapai bibir pantai. “How are you feeling, Babe?” tanya Gamma dengan setengah berbisik di telinga Serra yang duduk dipangkuannya. Bibir perempuan itu melengkung dengan lembut, mengungkapkan perasaan luar biasa yang tak bisa ia pendam. “Aku bahagia. Sangat bahagia,” ujarnya kemudian meraih tangan Gamma dan meletakkannya di atas perutnya yang tak lagi rata. “Kau bisa merasakannya? Sejak tad
Read more

BAB 184 — GENDER REVEAL!

Ada bagai pertanyaan yang menyerang kepala Serra saat ini. Apa yang dibawa suaminya itu? Apakah bunga seperti pada drama china? Atau mungkin boneka lucu film romansa yang pernah ia tonton sebelumnya? Entahlah pertanyaan itu hanya berputar di kepalanya tanpa bisa ia jawab sendiri. Belum lagi, mengapa Gamma memintanya menutup mata? Tidak tahu, tetapi itu cukup membuatnya semakin penasaran.“Tutup matamu, Ra,” titah Gamma kepada Serra yang tidak kunjung membuka mata. Namun, alih-alih melakukan perintahnya Serra justru menekuk dahinya.“Kenapa aku harus menutup mataku?” goda wanita itu“Cepatlah! Tutup matamu!”Kali ini perintah itu tidak terbantahkan. Serra lantas melakukan apa yang diminta oleh suaminya, merapatkan kedua kelopak mata hingga hanya gelap yang bisa ia lihat. Dan entah apa yang dilakukan Gamma selama ia menutup mata, Serra juga tidak tahu. Hanya merasakan sebuah sensasi dingin pada lehernya, seperti bersentuhan dengan sesuatu. Serra ingin mengintip, memberanikan diri membuka
Read more

BAB 185 — NIGHTMARE

Tidur nyenyak Serra terusik ketika mendengar sebuah suara berat yang memanggil-manggil namanya. Tubuh yang belum sepenuhnya sadar tak mampu membuat gendang telinganya menangkap jelas suara apa yang terdengar itu. Juga ranjang yang bergerak-gerak gelisah di sampingnya sedikit mengguncang tubuhnya yang sedang bergelung nyaman. Entah. Matanya terlalu berat untuk terbuka akibat kantuk yang masih melanda. “Sayang! Serra!” Panggilan itu sontak membuat matanya terbuka lebar. Sedikit terkejut sebab ia menyadari itu suara Gamma. Buru-buru wanita itu membalikkan badan dan menemukan suaminya sedang mengigau. Kepalanya bergerak ke kanan dan kekiri. Matanya terpejam tetapi bibirnya terus menyebutkan namanya namanya. Dengan perlahan Serra mendudukkan dirinya kemudian beringsut mendekat ke arah Gamma. Sepertinya lelaki itu sedang mimpi buruk. “Gamma …. Hei! Gamma bangunlah!” pinta Serra sembari menepuk pelan pipi suaminya. Berulang kali ia lakukan hingga Gamma terbangun dari tidurnya. Entah apa y
Read more

BAB 186 — TERHIMPIT KEADAAN

“Bagaimana perkembangan kerjasama kita dengan Pranadipta Group?” Suara itu langsung menggema begitu seorang berkemeja putih datang. Adam menghadap Presiden Direktur Surya Kencana. “Maaf, Pak. Gamma tetap ingin kita mengubah seperti kesepakatan awal!” jawab Adam masih dengan berdiri di hadapan sang atasan. Menundukkan kepala seraya menggenggam tangannya. “Kau ini benar-benar tidak becus, ya! Aku sudah bilang lakukan cara apapun supaya Gamma mau menandatangani perjanjian itu! Apa kau tidak mencoba bertemu dengannya sekali lagi?!” “Sudah, Pak. Namun, Sepertinya Gamma masih belum ada waktu untuk bertemu dengan kita. Tadi pagi saya menelpon sekretarisnya, ada banyak agenda minggu ini dan tidak bisa dibatalkan. Jadi kemungkinan kita bisa bertemu Gamma kembali saat makan malam nanti, tanggal sebelas di Samsara.” Pria paruh baya itu berdecak. Kesal akan sikap Adam yang menurutnya terlalu suci dalam bekerja. “Kenapa lama sekali? Apa kau tidak meminta sekretarisnya mencarikan waktu? Apa kau
Read more

BAB 187 — AVOCADO TOAST

“Gamma?” Serra mengerutkan dahinya ketika melihat avocado toast yang dibuat beberapa saat lalu hanya dibiarkan mendingin di meja makan. Roti gandumnya masih utuh, telur setengah matangya pun hanya dipecah tanpa tujuan. Sepuluh menit yang lalu, Serra menaruh piring itu, tetapi hingga ia selesai membuat sarapan untuk dirinya sendiri penampilan piring Gamma masih saja sama, tak berubah sedikitpun. Lelaki itu sibuk memandangi tablet kerjanya, entah apa yang sedang dibaca tetapi ekspresinya tampak serius sekali. Dua mank hitamnya tak bergeser sedikitpun dari layar benda pipih berwarna abu itu. Begitulah suaminya jika sudah fokus dengan pekerjaan. Perihal makan bisa jadi prioritas nomor sekian. Padahal, dua puluh menit lagi sudah harus pergi bekerja. “Gamma!” tegur Serra sekali lagi. Merasa namanya disebut, Gamma yang sejak tadi mencermati layar tabnya lantas mendongakkan kepala. Pria itu berdeham sebentar dan meletakkan tablet kerjanya. “Ya?” Pada akhirnya Serra mendengus. “Kenapa be
Read more

BAB 188 — TIGA TINJU

SAMSARA CAFE AND EATERY. Bangunan berkelir putih itu lebih terlihat memukau. Berhias lampu-lampu kristal yang tergantung di dinding atap menciptakan efek kilau yang mempesona di seluruh penjuru ruangan. Sentuhan elegan dari paduan konsep klasik dan eropa pada setiap fasad bangunan, menambah nuansa mewah nan menawan. Dikombinasikan dengan dekorasi bunga-bunga segar yang tersebar di setiap meja semakin memanjakan mata. Tak heran, jika ketika matahari mulai tenggelam, Samsara disesaki manusia dengan beragam latar belakang. Mulai dari para anak muda yang sekedar bersantai, mahasiswa yang tengah mengerjakan tumpukan tugas, pegawai kantoran yang mencari asupan perut setelah bekerja seharian, hingga para pebisnis yang sengaja berkumpul untuk menjalin kerjasama. Seperti di lantai dua gedung ini, di sebuah ruang VIP, telah berkumpul beberapa orang yang menikmati sajian makan malam. Direktur Surya Kencana beserta istrinya, Adam dengan Rossa, William dengan Romana, dan Gamma dengan Serra. Lalu
Read more

BAB 189 — THAT'S JUST YOUR PAST!

Ketika berjalan menuruni tangga yang ada di pikiran Gamma hanyalah satu, menemukan sang istri dan memeluknya erat. Ia tahu Serra sangat terpukul dengan kejadian malam ini. Siapa yang bisa merasa baik-baik saja setelah dicemooh dan dipermalukan di hadapan semua orang? Terlebih di depan orang-orang penting dan memiliki jabatan. Rossa memang wanita kurang ajar! Seharusnya ia juga juga menampar mulutnya tadi! Sayangnya ia tak ingin melanggar peraturan, ia tak ingin bermain tangan dengan perempuan. Tetapi tidak apa-apa, meski ia tak bisa memukul Rossa, ia cukup puas kali ini karena bisa melampiaskan emosi yang selama ini ia pendam kepada Adam.Ya ya ya. That’s enough, even in the midst of her unresolved fury.Persetan dengan mereka dan kekacauan di lantai dua. Ia hanya ingin melihat Serra saat ini. Entah kemana perginya wanita itu, Gamma tidak tahu. Dirinya sendiri pun panik, tidak tahu kemana arah yang harus ia tuju. Ingin mengamuk lagi tetapi itu tak akan berpengaruh apa-apa, tak akan me
Read more

BAB 190 — KARMA FOR THE QUEEN OF DRAMA

Mendengar Rossa terjatuh, sebenarnya Gamma ingin acuh. Tidak peduli dengan nasibnya. Masa bodoh jika mantan kekasihnya itu akan mengalami hal apa, pun jika terjadi hal buruk maka terkutuklah! Biarkan saja Rossa menerima karmanya! Namun, lagi-lagi Serra dengan kerendahan hatinya memaksa Gamma agar membantu wanita itu.“Bagaimanapun dia jatuh di café kita, Gamma. Lupakan sejenak statusnya siapa, tapi sebagai pemilik kita harus membantu dan bertanggung jawab atas kejadian itu,” kata istrinya beberapa saat yang lalu.Sungguh hati istrinya ini mulia sekali, bukan? Masih ingin peduli dengan seseorang yang baru saja mempermalukannya dan menghinanya di hadapan banyak orang. Jika ia menjadi Serra tidak akan pernah sedikit membantu Wanita itu. Akan tetapi Serra yang sebenarnya tidak demikian. Mau tidak mau Gamma harus melakukannya, menyusul William dan Romana ke rumah sakit milik keluarganya. Toh, ia sudah berjanji akan mengakhiri semua perselisihan yang terjadi antara dirinya dengan Rossa. Dan
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
29
DMCA.com Protection Status