Home / Pernikahan / Istri yang Terpaksa Kau Nikahi / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri yang Terpaksa Kau Nikahi: Chapter 161 - Chapter 170

286 Chapters

BAB 161 — GARIS SAMAR

Kelopak mata Serra berkedip-kedip cepat beberapa kali. Dahinya masih setia berkerut dengan alis yang menekuk dalam. Alih-alih senang ataupun sedih, justru ekspresi tidak percaya sekaligus bingung tergambar jelas pada wajah cantiknya. Strip yang telah ia uji itu lantas diletakkan, kemudian meraih satu lagi strip yang masih terbungkus rapi. Untuk memastikan hasilnya, ia harus menguji dua kali. Jika hasilnya sama maka sudah ia pastikan itu cukup akurat. Lantas, ia melakukan hal yang sama kembali, mencelupkan strip itu kemudian menunggunya beberapa detik. Sayangnya untuk kali ini Serra hanya bisa membuang napas panjang saat ia melihat indicator garis pada alat penguji itu. Bahunya seketika melemas seakan menelan kekecewaaan ketika harapan yang benar-benar ia inginkan tidak terwujud hari ini. Garis satu yang sudah jelas artinya negative, ia tidak hamil. Kemarin, ia gagal dan sekarang ia harus menerima kegagalan itu lagi. Tubuh yang lemah itu terbungkuk, seolah-olah menahan beban yang
Read more

BAB 162 — WE'RE HUMAN TOO

“Sebentar lagi makan siang saya datang. Siapkan dan bawa ke dapur belakang ruangan. Kemudian panggilkan William, bilang saya ajak beliau makan Siang. Tawari menu, ingin makan makanan dari istri saya atau pesan di luar.” Begitulah perintah yang diberikan oleh Gamma melalui sambungan telepon pararelnya. Lelaki itu segera memutus pembicaraan setelah mendapatkan jawaban ‘baik, Pak’ dari Anna. Tidak perlu banyak-banyak menjelaskan karena sang sekretaris sudah mengerti apa yang harus dilakukan setelah ini. Direktur utama Pranadipta Group itu kembali berkutat dengan pekerjaan. memindai satu persatu nominal angka yang tertera pada kertas putih itu. Sesekali mencoret beberapa hal yang tidak ia setujui dengan pena berwarna hijau. Sejak kemarin, ia disibukkan dengan beberapa berkas yang diajukan bawahannya. Para staff, terutama bagian keuangan dan R&D berlomba-lomba meminta approval Gamma ketika mengetahui jika suami Serra ini akan meninggalkan kantor untuk sementara waktu. Meski hanya tiga ha
Read more

BAB 163 — PERGI ATAU KUPANGGIL SECURITY!

Biasanya, Rossa memakai dress formal yang mewah. Rambutnya ditata rapi dan Kaki jenjangnya selalu berhias stiletto. Tak pernah sedikitpun ia rela melepas sepatu ber-hak runcing itu. Sebagai seorang model, tidak jarang sang mantan kekasih menggunakan barang dan baju keluaran terbaru, bahkan dulu ketika masih menjalin hubungan bersama Gamma, ia selalu menggunakan pakaian edisi terbatas dari seorang designer ternama. Dulu saat namanya masih tersohor di seluruh Indonesia. Namun, hari ini Gamma melihat perubahan besar pada hidup wanita itu setelah beberapa saat tak berjumpa dengannya. Semua pakaian glamour yang dimiliki lenyap entah kemana. Tubuh rampingnya hanya berbalut gaun biasa yang acap kali dijual murah di toko pakaian. Meski tidak terlalu buruk, tetapi semua itu terasa asing untuk seorang model seperti Rossa. Rambut yang memang dasarnya bergelombang dibiarkan terurai tanpa dicatok. Kulit wajahnya bahkan terlihat sedikit kusam. Polesan makep yang tipis tak mampu menutupi beberapa b
Read more

BAB 164 — FANTASI SERRA

SINTARA HOTEL. Siapa yang tidak suka makanan khas Bali? Sebagian dari kalian pasti menjawab iya, Sebagian lagi mungkin menjawab tidak, dan mungkin beberapa dari kalian menjawab tidak tahu. Serra sendiri bingung harus suka atau tidak. Sebab matanya terpikat tetapi perutnya menggeliat. Bahkan sampai siang ini Serra tidak bisa menelan makanan. Perutnya terasa mual dan semua menu yang baru dicicip hanya terasa pahit dalam mulutnya, kemudian berujung muntah di kamar mandi. Sudah tiga macam makanan yang ia coba, tetapi sama saja. Entahlah sejak ia melakukan tes itu tubuhnya terasa lebih gila. Yang paling parah kemarin saat di rumah sakit, Gamma sempat membelikan sebuah roti isi daging di kantin, tampak menggoda selera tetapi ketika ditelan justru mengaduk-aduk perutnya. Pada akhirnya ditengah pemeriksaan ia harus muntah di hadapan para tenaga medis. Itu memalukan tapi bagaimana lagi, sudah terjadi. Tunggu, rumah sakit? Yap. Sebelum berangkat ke pulau dewata ini, mereka menyempatkan wak
Read more

BAB 165 — SEBUAH NOMOR TIDAK DIKENAL

“Ahh! Gammaaa!”Serra menjerit, bukan karena kesakitan melainkan sebaliknya. Ia merasa sangat puas setelah ledakan gairah yang sudah kesekian kali ia dapatkan. Saking kerasnya, Gamma harus membungkam bibir sang istri dengan tangannya sendiri. Tidak ingin mengundang keributan dengan jeritan yang terdengar ambigu ini. Napas wanita itu terengah-engah dengan kedua tangan yang masih mencengkeram kedua lengan kekar suaminya.Tak lain halnya dengan Gamma, lelaki itu telah bergabung dengan istrinya meraih sengatan listrik yang berhasil mengguncang tubuhnya. Entah sejak kapan Serra menjadi nakal, dan dari siapa ia belajar Gamma tidak tahu. Yang ia rasakan wanita itu semakin pintar membuatnya bergelinjang di atas ranjang, maksudnya lantai.Mereka benar-benar melakukannya di kolam renang. Private, tenang saja. Kapan lagi bisa merasakan sensasi gila ini jika tidak dicoba?“Sejak kapan kau menjadi nakal seperti ini, hm?” ujar Gamma lalu mengecup pipi sang istri yang basah karena air.Sementara Ser
Read more

BAB 166 — JANGAN MEMBANTAH SUAMI!

Nomor siapa ini? Pertanyaan itulah yang pertama kali terlintas ketika membaca pesan dari nomor tak dikenal tadi. Sembari memutar-mutar helaian mie dengan garpunya, wanita itu membukan profil sang pengirim pesan. Alih-alih mendapat jawaban, Serra justru semakin dibuat penasaran. Profil itu tidak menggunakan foto seseorang, melainkan sebuah gambar bunga mawar putih yang terlihat indah. Puluhan Pertanyaan yang belum terjawab di kepalanya kini sudah bertambah lagi. Serra masih berusaha, mencoba mengingat, apakah ada kerabat, saudara yang menggemari mawar putih? Ah, rasanya tidak. ia tidak memiliki kerabat yang menyukai bunga. Madam Lily? Tidak-tidak, nomor wanita yang ia anggap ibu itu belum terganti, bahkan kemarin sore ketika Serra hendak ke Bali mereka masih sempat terhubung dengan panggilan video. Lalu ini nomor siapa? Masih dengan rasa curiga, Serra lantas memeriksa kembali name tag yang tertera pada kontak pengirim. Di sana tertulis Rosa. Rosa? Tunggu dulu. Apakah pengirim pesa
Read more

BAB 167 — DADAKU SESAK, RA!

Malam harinya. Gamma menyugar rambutnya yang basah. Pada detik berikutnya kembali membuang napas panjang. Hal berulang yang telah ia lakukan beberapa kali dalam menit terakhir. Lelaki ini baru saja mandi, berusaha mendinginkan kepala yang terasa berasap. Otaknya buntu sekarang memikirkan apa yang harus dan akan ia lakukan untuk membuat suasana menjadi hangat kembali sebelum mereka makan malam bersama Romana dan William—juga Alisha. Sejak kejadian tadi siang, istri yang ia cinta setengah mati itu hanya menutup mulutnya rapat-rapat. Terkadang memilih membuang muka jika mereka bertemu pandang. Bahkan Gamma sudah meminta maaf atas perlakuannya yang kurang baik tetapi Serra masih saja diam. Kini wanita itu sedang mematut diri di depan cermin. Sementara Gamma sibuk mengenakan baju-bajunya di belakangnya. Tidak ada percakapan, bahkan jam dinding pun tertawa dengan detiknya, seolah mengumandangkan ejekan betapa sepinya ruangan mewah ini. Lebih menyebalkan lagi Gamma sekarang bersin-bersin,
Read more

BAB 168 — BELUM MENGUNCI PINTU!

Makan malam yang baru saja hendak dimulai harus ditinggalkan. Gala dinner sebelum peresmian operasional Sintara Hotel milik Romana itu terpaksa dimulai tanpa pimpinan tertinggi mereka. Gamma harus dilarikan ke rumah sakit karena sesak napas. Meski berulang kali mengatakan bahwa sesaknya hanya ringan dan tidak terlalu parah, semua orang tetap panik dan buru-buru memberikan pelayanan ekslusif baginya. Klorin dalam kandungan kaporit menyebabkan iritasi pada kulit juga tubuhnya dan karena tidak segera diobati, reaksi alergi itu menjadi semakin buruk. Sebenarnya, Gamma sudah merasakan iritasi itu sewaktu mereka selesai berenang dan berendam di kolam tadi. Tetapi pekerjaan lebih menyita prioritas dan lelaki itu mengabaikan kesehatannya sendiri. Toh selama beberapa jam setelah itu hanya terjadi gatal biasa, tidak pernah berpikir akan menjadi seperti ini. Dan, inilah akibat yang harus ia terima sebab menyepelekan hal yang sebenarnya cukup berbahaya. Kini mereka sudah tiba kembali di hotel,
Read more

BAB 169 — NAMA KITA SAMA

“Bisakah kalian mengunci pintu dulu sebelum melakukannya?” tegur William setelah mendengus kesal.Bukan tanpa alasan mengapa pria yang tengah mengenakan jas hitam legam itu mengerang kesal. Niat hati, setelah mendengar informasi bahwa kakaknya sudah pulang, ia ingin menemui Gamma. Lelaki itu hendak membahas beberapa hal terkait dengan peresmian operasional Sintara Hotel yang akan diselenggarakan besuk pagi. Selain itu, William juga ingin menyampaikan perihal pembangunan pada beberapa sisi yang belum sempurna dimatanya.Sedangkan saat ia datang, pintu kamar ini tidak terkunci, bahkan masih terbuka sedikit, ia menganggap bahwa sang penghuni belum beristirahat. Juga suara televisi yang menyala membuat William semakin mantap bahwa Gamma masih terjaga.Sayangnya, bukan melihat pemandangan Serra dan Gamma sedang menonton televisi dan bersantai, ia jusru memergoki sepasang suami istri itu sedang melakukan sebuah rutinitas intim. Hah! Menyebalkan tapi bagaimana jika ia sudah terlanjur melihat
Read more

BAB 170 — SAMSARA

Tiga bulan berlalu, tidak terasa usia pernikahan Gamma dan Serra sudah genap satu tahun. Banyak duka yang harus mereka lalui. Entah kenapa duka itu terus berlanjut dalam hidup mereka. Masih ingat dengan tespack bergaris samar itu? Ada kabar buruk. Dua hari setelah pulang dari Bali Serra kembali mendapatkan periode menstruasi. Kecewa? Tentu saja. Tetapi perlahan dua manusia itu saling menguatkan dan menerima kenyataan. Bahwa semua yang terjadi dalam hidup mereka adalah sebuah ujian. Mereka mencobanya lagi. Mereka tetap menjalani hidup seperti biasa. Gamma dengan pekerjaan kantornya, dan Serra yang sibuk dengan bisnis barunya. Istri Gamma Pranadipta itu memiliki tanggungan baru. Sebuah café yang dibangun tak jauh dari kantor sang suami sudah hampir selesai dikerjakan. Kini Serra dan Gamma sedang meninjau lokasi tersebut. Mengawasi beberapa pekerja yang sedang sibuk dengan alat-alat mereka sendiri. Ada yang mengecat, ada yang melukis dinding, ada pula yang sedang memasang beberapa al
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
29
DMCA.com Protection Status