Di sebuah taman, di rooftop rumahnya sendiri Gamma merenung. Memanggil angin malam, melemaskan tubuhnya yang terasa kaku. Sesekali memijat tangannya sendiri, menghalau rasa nyeri yang datang dan pergi sesuka hati. Dua jam yang lalu amarah penguasa tahta Pranadipta itu memuncak lalu meledak, bagai gunung api yang sedang erupsi. Tak ayal, sebuah dinding bermotif bata mendadak jadi lawan tinju tanpa kompensasi. Kendati demikian, api yang berkobar itu hanya tinggal bara saat ini. Lainnya telah menjadi abu, dilebur hawa dingin dari udara yang berhembus. Mulanya, sisi gelap Gamma memerintahkan pergi, kalau bisa sejauh-jauhnya dari rumah ini. Mungkin sebotol alkohol dalam vodka bisa jadi sebuah pelampiasan emosi yang masih berapi-api. Namun, sisi lain dalam hatinya memperingati, untuk tidak melakukannya lagi. Sudah cukup, jangan diulangi. Ingat istri dan jaga kesehatan hati. Toh, ia tak bisa menghubungi William saat ini. Ponsel saja ia tinggalkan di kamar tadi, bersama istrinya yang enta
Baca selengkapnya